Sunday, February 14, 2016

Anatomi Dasar Tulang, Otot, Sendi dan Persarafan (muskuloskeletal)

Materi ini merupakan materi anatomi yang dipelajari pada semester awal di kedokteran. Untuk melihat bagaimana penjelasan dari anatomi dasar tulang, otot, sendi, dan persarafan mari kita simak penjelasannya di bawah ini.

ANATOMI UMUM

Istilah ANATOMI berasal sari kata Yunani purba ANATOME yang berarti melihat, mengangkat  ke permukaan  dengan cara mengiris dan menguraikan, yaitu melakukan dissection dengan menggunakan alat scalpel, pincet dan gunting.


Jadi ilmu Anatomi mempelajari struktur tubuh manusia lapis demi lapis dengan cara menguraikan dan memotong bagian-bagiannya.
Ilmu Anatomi dibagi menjadi :

1.  Anatomi descriptiva = Anatomi systematica, yang mempelajari morfologi dan lokalisasi setiap organ, baik menurut fungsi maupun menurut regio.
2.    Anatomi topografica, mempelajari suatu letak organ terhadap organ lainnya.
3.    Embryologi, mempelajari perubahan-perubahan perkembangan dan pertumbuhan sel-sel mulai dari saat pembuahan sampai menjadi manusia.
4.    Anatomi comparativa, membandingkan struktur tubuh manusia dengan hewan.
5.    Anthropologi ragawi, membandingkan struktur tubuh antar manusia (etnis)

Nomenciatur  yang digunakan berbahasa latin, yang untuk pertama kali disepakati pada tahun 1895 di Basel, disebut Nomina Anatomica Baseli. Pada tahun 1935 disepakati Nomina Anatomica Jenai dan pada tahun 1980 diterbitkan Nomina Anatomica baru, yang merupakan “ A Revision by the International Anatomical Nomenclatur Committee apporoved by the Elevent International Congress of Anatomists in Mexico, 1980.
Sebagai dasar untuk menentukan tempat dan arah dipakai SIKAP ANATOMI, yaitu suatu Sikap yang berdiri tegak, kepala tegak, mata memandang lurus ke depan, kedua lengan tergantung bebas ke bawah dan berada disamping tubuh dengan telapak tangan membuka ke arah depan, dan kedua tungkai berdiri lurus serta sejajar dengan kedua kaki sejajar ke depan.


TERMINOLOGI
Ada beberapa kata Latin yang penting dan sering dipakai  :

A.   Kata sifat yang menyatakan bidang :
1.    Medianus, bidang yang membagi tubuh menjadi 2 bagian kiri kanan yang simetris.
2.    Paramedianus, bidang yang berada disamping dan sejajar dengan bid.medianus.
3.    Sagitalis, setiap bidang yang sejajar dengan bidang medianus
4.    Frontalis, bidang yang tegak lurus pada bidang sagitalis, sejajar dengan permukaan perut.
5.    Transversalis, bidang yang melintang tegak lurus pada arah memanjang tubuh.

B.   Kata sifat yang menyatakan arah :
1.    Medialis = lebih dekat pada garis tengah badan.
2.    Lateralis = lebih jauh dari garis tengah badan
3.    Ventralis = searah dengan vebter. Istilah ini sama dengan Anterior = searah dengan anticus.
4.    Dorsalis = serarah dengan dorsum. Istilah ini sama dengan Posterior = searah dengan posticus.
5.    Cranialis = searah dengan cranium.
6.    Caudalis =  searah dengan cauda
7.    Longitudinalis =  kearah ukuran panjang
8.    Proximalis =  lebih dekat ke pangkal
9.    Distalis      =  lebih dekat ke ujung
10.Volaris      =  searah telapak tangan
11.Plantaris    =  searah telapak kaki
12.Ulnaris      =  kearah ulna
13.Radialis    =  kearah radius
14.Rostralis   =  kearah moncong

C.   Kata benda yang menyatakan bangunan menonjol :
1.    Processus     =  nama umum untuk tonjolan
2.    Spina             =  tonjolan yang tajam
3.    Tuber              =  benjolan bulat
4.    Tuberculum =  benjolan bulat yang kecil
5.    Crista              =  tepi yang bergerigi
6.    Pecten          =  bagian pinggir yang menonjol
7.    Condylus       =  tonjolan bulat di ujung tulang
8.    Epicondylus =  benjolan pada condylus
9.    Cornu             =  tanduk
10.Linea              =  garis

D.   Kata benda yang menyatakan bangunan melengkung :
1.  Fossa              = nama umum
2.  Fossula          =  fossa yang kecil
3.  Fovea              =  lekuk yang agak rata
4.  Foveola          =  fovea yang kecil
5.  Sulcus                        =  alur
6.  Incisura          =  takik

E.   Kata benda yang menyatakan lubang, saluran, ruangan :
1.  Foramen         =  lubang
2.  Fissura           =  celah
3.  Apertura         =  pintu
4.  Canalis           =  saluran
5.  Ductus            =  pembuluh
6.  Meatus            =  liang
7.  Cavum            =  rongga
8.  Cellula                        =  ruang kecil berisi udara

Pembagian regio adalah sebagai berikut :
1.    Regiones capitis
2.    Regiones facialis
3.    Regiones cervicales
4.    Regiones pectoralis
5.    Regiones abdominales
6.    Regiones dorsales
7.    Regiones perinaelis
8.    Regiones membri superioris
9.    Regiones membri inferioris

OSTEOLOGI

A. OSTEOLOGI UMUM

Tubuh manusia tersusun oleh seperangkat tulang yang saling berhubungan membentuk persendian, dan dinamakan Skeleton
Adapun fungsi tulang :

1.    Menegakkan dan memberi bentuk pada tubuh
2.    Melindungi organ, seperti enchepalon, cor
3.    Sebagai alat gerak pasif
4.    Memproduksi sel darah
5.    Tempat penyimpanan mineral, mis Ca, P.

KLASIFIKASI TULANG
A.   Morfologi :
1.    Os longum, yaitu tulang yang pada kedua ujungnya membentuk persendian mis. humerus
2.    Os breve, yaitu tulang yang mengadakan persendian pada lebih dari dua permukaannya, mis. Ossa carpalis, ossa tarsalis
3.    Os planum, berbentuk pipih, mis. scapula
4.    Os pneumaticum, yaitu tulang berongga yang berisi udara, mis. os ethmoidale
5.    Os sesamoidea, yaitu tulang yang terdapat di dalam tendo, mis: patella
6.    Os irregulare, yaitu tulang-tulang yang tidak bisa dikelompokkan pada no. 1 sd 5

B.   Histologi :
1.    Osseum
2.    Cartilago

C.   Ontologi :
1.    Osteogenesis desmalis
2.    Osteogenesis chondralis

D.   Lokalisasi :
1.    Skeleton appendiculare
2.    Skeleton axiale

STRUKTUR TULANG
Secara makroskop terdiri dari (1) substantia compacta dan (2) substantia spongiosa. Pada os longum substantia compacta berada di bagian tengah dan makin ke ujung tulang menjadi semakin tipis. Pada ujung tulang terdapat substantia spongiosa, yang pada pertumbuhan memanjang tulang membentuk cavitis medullaris. Lapisan superficialis tulang disebut periosteum dan lapisan profunda disebut endosteum. Bagian tengah os longum disebut corpus, ujung tulang berbentuk konveks atau konkaf, membesar, membentuk persendian dengan tulang lainnya.

Dari aspek pertumbuhan, bagian tengah tulang disebut diaphysis, ujung tulang disebut epiphysis dibentuk oleh cartilago, dan bagian diantara keduanya disebut metaphysis, tempat peartumbuhan memanjang dari tulang (peralihan antara cartilago menjadi osseum).

B. OSTEOLOGI KHUSUS
Menurut lokalisasi Skeleton dibagi menjadi :
1. Skeleton appendiculare,
  • Extremitas superior
  • Extremitas inferior
2. Skeleton axiale, terdiri dari :
  • Columna vertebralis
  • Costa
  • Sternum
  • Cranium
SCAPULA
Berbentuk segitiga, tepi sebelah medial disebut margo vertebralis, sejajar dengan columna vertebralis, tepi yang menghadap cranial disebut margo superior dan tepi lateral disebut margo axillaris. Ketiga tepi tersebut membentuk angulus medialis (=angulus superior) antara margo superior dan margo vertebralis, angulus inferior dibentuk oleh margo medialis dan margo lateralis, dan angulus lateralis (=angulus axillaris) dibentuk oleh margo lateralis dan margo superior.
Pada angulus lateralis terdapat cavitas glenoidalis, suatu lekuk tempat persendiaan dengan caput humeri. Antara cavitas glenoidalis dengan bagian lain dari scapula terdapat bagian yang agak mengecil, disebut collum scapulae.

Pada facies dorsalis terdapat penonjolan yang besar dan memanjang arah miring dari caudomedial ke craniolateral, disebut spina scapulae. Di bagian medial dari spina scapulae terdapat trigonum spinae scapulae. Ujung lateral spina scapulae membentuk acromion, suatu tonjolan besar ke arah lateral. Fossa di sebelah cranial spina scapulae disebut fossa supraspinata, dan yang berada di sebelah caudalnya disebut fossa infraspinata.

Disebelah medial dari cavitas glenoidalis terdapat sebuah taju mengarah ke ventral, berbentuk seperti paruh gagak, disebut processus coracoideus. Di sebelah medial dari processus coracoideus terdapat incisura scapulae, berupa suatu takik.

Facies ventralis scapulae, berhadapan dengan costae, merupakan suatu lekukan yang besar, disebut fossa subscapularis.

Di bagian cranial dan cavitas glenoidalis tedapat tonjolan-tonjolan kecil, disebut tuberositas supra glenoidalis, di bagian caudalnya cavitas terdapat tuberositas infra glenoidalis.
Pada acromion terdapat facies articularis acromii.

CLAVICULA
Berbentuk seperti huruf S, bagian medial melengkung lebih besar dan menuju ke anterior. Lengkungan bagian lateral lebih kecil dan menghadap ke posterior. Ujung medial disebut extremitas sternalis, membentuk persendian dengan sternum, dan ujung lateral disebut extremitas acromialis, membentuk persendian dengan acromion.
Facies superior clavicula agak halus, dan pada facies inferior di bagian medial terdapat tuberositas costalis. Disebelah lateral tuberositas tersebut terdapat sulcus subclavius, tempat melekat m.subclavius, dan di sebelah lateralnya lagi terdapat tuberositas coracoidea, tempat melekat lig.coracoclavicularis.
Pada facies medial clavicula terdapt foramen nutriculum, yang dilalui oleh pembuluh darah.

PARS LIBERA MEMBRI SUPERIORIS

HUMERUS
Morfologi adalah os longum. Ujung proximal membentuk caput humeri, suatu tonjolan bentuk bulat yang serasi dengan cavitas glenoidalis, yang mengarah ke dorso-medial. Caput terpisah dari corpus humeri oleh collum anatomicum. Disebelah caudal dari collum anatomicum terdapat tuberculum majus yang mengarah ke lateral dan tonjolan tuberculum minus yang berada di sebelah medial. Diantara kedua tuberculum tadi terdapat sulcus intertubercularis. Ke arah distal tuberculum majus melanjutkan diri menjadi crista tuberculi majoris, dan tuberculum minus membentuk crista tuberculi minoris. Di sebelah distal dari tuberculum majus et minus terdapat collum chirurgicum.

Pada copus humeri, di bagian lateral terdapat tuberositas deltoidea, dan di bagian dorsal terdapat sulcus spilaris (= sulcus nervi radialis) dengan arah dari craniomedial menuju ke caudolateral.

Ujung distal corpus humeri melebar, disebut epicondylus medialis dan epicondylus lateralis humeri. Di bagian dorsal dari epicondylus medialis terdapat sulcus nervi ulnaris. Di bagian medial ujung distal humeri terdapat trochlea humeri, yang membentuk persendian dengan ulna, dan bagian lateral terdapat capitulum humeri, yang membentuk persendian dengan radius. Di sebelah proximal dari trochlea humerio terdapat fossa coronoidea, yang sesuai dengan processus coronoideus ulnae, dan fossa radialis yang sesuai dengan capitulum radii. Di bagian dorsal terdapat fossa olecranii, yang ditempati oleh olecranon.

RADIUS
Ujung proximal radius membentuk caput radii (=capitulum radii), berbentuk roda, letak melintang. Ujung cranial caput radii membentuk fovea articularis (=fossa articularis) yang serasi dengan capitulum radii. Caput radii dikelilingi oleh facies articularis, yang disebut circumferentia articularis dan berhubungan dengan incisura radialis ulnae. Caput radii terpisah dari corpus radii oleh collum radii. Di sebelah caudal collum pada sisi medial terdapat tuberositas radii.

Corpus radii di bagian tengah agak cepat membentuk margo interossea (=crista interossea), margo anterior (=margo volaris), dan margo posterior.
Ujung distal radius melebar ke arah lateral membentuk processus styloideus radii, di bagian medial membentuk incisura ulnaris, dan pada facies dorsalis terdapat sulcus-sulcus yang ditempati oleh tendo. Permukaan ujung distal radius membentuk facies articularis carpi.

ULNA
Ujung proximal ulna lebih besar daripada ujung distalnya. Hal yang sebaliknya terdapat pada radius. Pada ujung proximal ulna terdapat incisura trochlearis (= incisura semiulnaris), menghadap ke arah ventral, membentuk persendian dengan trochlea humeri. Tonjolan di bagian dorsal disebut olecranon. Di sebelah caudal incisura trochlearis terdapat processus coronoideus, dan di sebelah caudalnya terdapat tuberositas ulnae, tempat perlekatan m.brachialis. di bagian lateral dan incisura trochlearis terdapat incisura radialis, yang berhadapan dengan caput radii. Di sebelah caudal incisura radialis terdapat crista musculi supinatoris.

Corpus ulnae membentuk facies anterior, facies posterior, facies medialis, margo interosseus, margo anterior dan margo posterior.
Ujung distal ulna disebut caput ulnae (= capitulum ulnae ). Caput ulnae berbentuk circumferentia articularis, dan di bagian dorsal terdapat processus styloideus serta sulcus m.extensoris carpi ulnaris. Ujung distal ulna berhadapan dengan cartilago triangularis dan dengan radius.

OSSA CARPI (CARPALIA)
Terdiri dari 8 buah tulang dan terletak dalam 2 baris.
Baris I (deretan proximal) : os scaphoideum (=os naviculare), os lunatum, os triquentrum dan os pisiforme.
Baris II (deretan distal) : os trapezium (= os multangulum majus), os trapezoideum (= os multangulum minus), Os capitulum dan os hamatum.

Os scaphoideum membentuk tuberculum ossis scaphoidei. Os trapezium membentuk tuberculum ossis trapezii. Os hamatum membentuk hamalus ossis hamati. Tonjolan-tonjolan ini bersama-sama dengan os pisiforme membentuk eminentiae carpi yang membatasi sulcus carpi. Sulcus carpi ditutupi oleh ligamentum carpi transcersum dan membentuk canalis carpi.

OSSA METACARPI (METACARPALIA)
Terdiri dari 5 buah os longum. Setiap os metacarpale mempunyai basis metacarpalis, corpus metacarpalis dan caput metacarpalis.

OSSA DIGITORUM (PHALANGES)
Setiap jari mempunyai 3 ruas, kecuali ibu jari yang mempunyai 2 ruas, yaitu phalanx proximalis, phalanx media dan phalanx distalis. Setiap phalanx mempunyai basis phalangis, corpus phalangis dan caput phalangis.

CINGULUM MEMBRI INFERIORIS (CINGULUM PELVICULUM)

OS COXAE (PELVICUM)
Terdiri dari tiga buah tulang, yaitu os ilium, os ischium dan os pubis. Ketiga tulang tersebut bertemu pada acetabulum pada usia kira-kira 16 tahun.

Os coxae sinister dari os coxae dexter bertemu di bagian anterior pada linea mediana, membentuk symphysis pubis, di bagian dorsal membentuk persendian dengan os sacrum. Os coxae dexter, os coxae sinister, os sacrum dan os coccygeus membentuk cavum pelvicum.
Os coxae mempunyai dua facies, yakno facies medialis atau facies pelvina dan facies lateralis atau facies externa. Facies lateralis dibagi menjadi 3 bagian, sebagai berikut : (1) pars glutealis  (aspect  posterolateral),   (2)   pars  adductoris (aspect anterior) dan (3) pars acetabulum. Pada facies lateralis ini terdapat sebuah lekukan yang dalam, berbentuk cangkir, disebut acetabulum, berada di cranialis foramen obturatorium. Tepi acetabulum tajam, disebut limbus acetabuli, kecuali di bagian caudal membentuk incisura acetabuli. Lantai acetabulum membentuk fossa acetabuli, ditempati oleh ligamentum teres femoris. Antara lantai acetabulum dan tepi acetabulum terdapat suatu cartilago, berbentuk telapak kuda, disebut facies lunata dan mengadakan persendian dengan caput femoris membentuk articulatio coxae.

Facies medialis dibagi apertura pelvis superior menjadi major, berada di bagian cranial, dan pelvis minor yang berda di bagian caudal. Apertura pelvis superior dibentuk oleh : promontorium, margo anterior ala ossis sacri, linea iliopectinea, crista pubica dan tepi cranial symphysis ossis pubis. Kedua buah os coxae membentuk dinding anterior dan dinding lateral cavum pelvicum.
Foramen obturatorium, berbentuk oval, memisahkan os pubis yang terletak di bagian anterosuperior dari os ischium yang berada di bagian posteroinferior. Foramen ini ditutupi oleh membrana obturatoria, kecuali di bagian cranial pada sulcus obturatorius yang dilalui oleh nervus obturatorius dan vasa obturatoria. Pada membrana obturatoria ini melekat m.obturator internus dan m.obturator externus.


OS PUBIS (PUBIS)
Terdiri dari corpus, ramus superior dan ramus inferior. Corpus ossis pubis berbentuk pipih, dilapisi oleh cartilago hyaline, bersatu yang kiri dan kanan, membentuk symphysis osseum pubis. Crista pubica adalah suatu peningian yang kasar, berada di sepanjang tepi antero-posterior corpus ossis pubis dan berakhir sebagai suatu tonjolan kecil yang dinamakan tuberculum pubicum, tempat melekatnya ligamentum inguinale. Letak dari crista pubica kira-kira 3 cm di lateral linea mediana dan padanya melekat m.rectus femoris, conjoint tendon dan vagina musculi recti.
Facies interna corpus ossis pubis licin, membentuk dinding anterior cavitas pelvis. Permukaan anterior corpus ossis pubis kasar dan merupakan tempat perlekatan dari m.adductor longus. Facies pelvina corpus ossis pubis mempunyai permukaan yang halus, menghadap ke arah cranial, ditempati oleh vesica urinaria. Facies femoralis corpus ossis pubis menghadap ke arah caudal, permukaannya kasar.
Pada posisi Anatomi, tuberculum pubicum dan spina iliaca anterior superior terletak pada bidang frontal yang sama. Demikian pula crista pubica, os coccygeus, pertengahan acetabulum, caput femoris dan ujung trochanter major terletak pada bidang horizontal yang sama.

Ramus superior ossis pubis berbentuk segitiga, meluas dari bagian superior corpus ossis pubis menuju ke eminentia iliopectinae (= eminentia iliopubica), yang merupakan suatu  peninggian pada perbatasan antara ramus superior ossis pubis dengan os ilium. Ramus superior mempunyai tiga permukaan, yaitu (1) facies pelvina, (2) facies pectinea, dan (3) facies obturatoria. Facies pelvina halus, berbentuk segitiga, turut membentuk dinding cavitas pelvis. Facies pectinea berbentuk segitiga, tempat melekat m.pectinea, dan dipisahkan dari facies pelvina oleh linea pectinea, meluas dari tuberculum pubicum sampai pada eminentia iliopectinea. Facies obturatoria menghadap ke arah caudo-dorsal, turut membentuk sulcus obturatorius. Ujung lateral ramus superior membentuk 1/5 bagian dari acetabulum.
Ramus inferior ossis pubis pendek, meluas dari corpus ossis pubis menuju ke arah dorso-caudo-lateral, dan bertemu dengan ramus inferior ossis ischii; turut membentuk foramen obturatorium.

OS ILII (ILIUM)
Tepi superior os ilii melengkung dan disebut crista iliaca, ke arah interior berakhir sebagai spina iliaca anterior superior, dan ke arah superior berakhir spina iliaca posterior superior. Crista iliaca membentuk labium externum dan labium internum. Di antaranya terdapat linea intermedia. Kira-kira 5 cm di sebelah dorsal dari spina iliaca anterior superior labium externum membentuk tuberculum iliacum. Di bagian anterior crista iliaca melekat m.obliquus internus abdominis, m.obliquus externus abdominis dan m.transversus abdominis. Pada bagian posterior crista iliaca terdapat perlekatan dari m.quadratus lumborum dan m.erector spinae. Di antara spina iliaca anterior superior dan acetabulum terdapat suatu penonjolan yang bulat, disebut spina iliaca anterior inferior, tempat perlekatan dari ligamentum iliofemorale dan m.rectus femoris.

Pada facies lateralis, di sebelah cranial dari acetabulum os ilii membentuk facies glutea (=dorsum ilii), di bagian anterior berbentuk konveks dan di bagian posterior berbentuk konkaf. Pada permukaan ini terdapat linea glutea posterior, letak vertikal dan berada di sebelah anterior spina iliaca posterior superior. Garis ini memisahkan perlekatan m.gluteus maximus daripada m.gluteus medius. Di sebelah anterior dari linea glutea posterior terdapat linea glutea anterior, yang mulai dari incisura ischiadica major melengkung ke cranial dan berakhir pada crista iliaca dekat pada acetabulum/ di antara linea glutea dan linea glutea posterior terdapat perlekatan dari m.glutea medius.
Garis yang ketiga adalah linea glutea inferior, yang melengkung kira-kira 2,5 cm di cranialis dari acetabulum. M.gluteus minimus melekat di antara linea glutea anterior dan linea glutea inferior. Sebuah tonjolan yang terletak di sebelah cranial dan incisura ischiadic major, di sebelah caudal dari spina iliaca posterior superior, disebut spina iliaca posterior inferior.

Facies medialis dibagi oleh linea arcuata menjadi dua bagian. Bagian yang berada di sebelah superior linea arcuata membentuk fossa iliaca, tempat melekat m.iliacus, dan bagian yang berada di sebelah inferior linea arcuata mempunyai permukaan yang licin, disebut corpus ossis ilii dan bersatu dengan facies medialis corpus ossis pubis dan ossis ischii.
Di sebelah cranialis dari incisura ischiadica major terdapat facies auricularis, berbentuk huruf  “C” dengan kakinya yang membuka ke arah posterior, membentuk articulatio sacroiliaca dengan os sacrum.
Bagian yang terletak di antara facies auricularis dan crista iliaca disebut tuberositas iliaca, mempunyai permukaan yang kasar dan merupakan tempat melekat ligamentum sacroiliacum.

OS ISCHII (ISCHIUM)
Terdiri atas bagian, yakni (1) corpus, (2) tuber ischiadicum dan (3) ramus ossis ischii. Corpus ossis ischii berbentuk segitiga, yang turut membentuk tepi foramen obturatorium, acetabulum dan incisura ischiadica major, mempunyai tiga permukaan yakni (1) facies medialis (= facies pelvina), (2) facies lateralis (= facies acetabularis) dan (3) facies posterior (= facies glutealis). Facies glutealis terletak di antara tepi acetabulum dan incisura major, ke arah cranialis bersatu dengan corpus ossis ilii dan ke arah caudal melanjutkan diri menjadi tuber ischiadicum.

Ramus ossis ischii terdiri dari ramus superior dan ramus inferior ossis ischii, yang mengelilingi foramen obturatorium. Ramus inferior ossis ischii bersatu dengan ramus inferior ossis pubis.
Tuber ischiadicum adalah bagian yang berada di antara ramus superior dan ramus inferior ossis ischii. Ada literature yang tidak membagi ramus ossis ischii menjadi ramus superior et inferior dan tuber ischiadicum adalah bagian yang terletak di antara corpus ossis ischii dan ramus ossis ischii. Tuber ischiadicum berbentuk oval, mempunyai tepi medial dan tepi lateral, berfungsi menempung berat badan ketika seseorang duduk dan tempat melekat m.hamstring.

CAVITAS PELVIS
Dibentuk oleh pelvis minor, di sebelah cranial dibatasi oleh apertura pelvis superior dan di sebelah caudal dibatasi oleh apertura pelvis inferior. Apertura pelvis superior (= inlet atau brim) dibentuk oleh promontorium di sebelah posterior, linea arcuata di lateral dan crista pubica di bagian anterior.
Caldwell dan Moloy membuat klasifikasi pelvis wanita atas dasar bentuk apertura pelvis superior, menjadi (1) tipe gynecoid, (2) android, (3) anthropoid dan (4) platypelloid.

Besar kecilnya cavitas pelvis ditemukan oleh ukuran-ukuran apertura pelvis superior, seperti ukuran anterior-posterior (= diameter conjugata) dan diameter transversa.
Apertura pelvis inferior dibentuk oleh ujung oscoccygeus, tuber ischiadicum dan arcus pubis di bagian anterior. Arcus pubis dibentuk oleh ramus inferior ossis pubis sinister dan dexter.
Sumbu cavitas pelvis berbentuk arcus yang melengkung, mengikuti dinding anterior yang pendek dan dinding posterior yang panjang.

Dibandingkan dengan pelvis pria, maka pelvis wanita :
-          lebih ringan
-          jarak antara spina iliaca anterior superior lebih panjang
-          tempat melekat otot kurang jelas
-          apertura pelvis superior lebih besar dan bulat
-          arcus pubis lebih besar (sudut tumpul)
-          foramen obturatorium berbentuk seperti segitiga, dan lebih kecil
-          acetabulum lebih kecil, dan mengarah ke anterior

PARS LIBERA MEMBRI INFERIORIS

FEMUR (OS FEMORIS)
Merupakan tulang yang paling panjang dan paling berat dalam tubuh manusia. Panjangnya kira-kira 1/4 sampai 1/3 dari panjang tubuh. Pada posisi berdiri, femur meneruskan gaya berat badan dan pelvis menuju ke os tibia.

Terdiri dari corpus, ujung proximal dan ujung distal. Pada ujung proximal terdapat caput ossis femoris, collum ossis femoris, trochanter major dan trochanter minor. Pada ujung distal terdapat condylus medialis dan condylus lateralis. Pada posisi Anatomi kedua ujung condylus medialis dan condylus lateralis terletak pada bidang horizontal yang sama.

Caput ossis femoris berbentuk 2/3 bagian dari sebuah bulatan (bola), letak mengarah ke cranio-medio-anterior. Pada ujung caput femoris, di bagian caudo-posterior dan titik sentral,  terdapat fovea capitis, yang menjadi tempet perlekatan dari ligamentum teres femoris.

Collum femoris terletak di antara caput dan corpus ossis femoris, ukuran panjang 5 cm, membentuk sudut sebesar 125 derajat. Pada bayi dan anak-anak sudut tersebut lebih besar dan pada wanita lebih kecil.

Trochanter major adalah sebuah tonjolan ke arah lateral yang terdapat pada perbatasan collum dan corpus ossis femoris. Pada facies anteriornya melekat m.gluteus minimus. Pada permukaan lateral melekat m.gluteus medius. Pada sisi medial dari trochanter major terdapat fossa trochanterica, tempat melekat m.obturator externus
Trochanter major berada 10 cm di sebelah caudal dari crista iliaca, dan dapat dipalpasi pada sisi lateral tungkai. Pada posisi berdiri trochanter major berada pada bidang horizontal yang sama dengan tuberculum pubicum, caput femoris dan ujung os coccygeus.

Trochanter minor merupakan suatu tonjolan berbentuk bundar (konus), terletak mengarah ke medial  dan berada di bagian postero-medial perbatasan collum dengan corpus ossis femoris. Di antara trochanter minor dan trochanter major, pada permukaan posterior terdapat crista intertrochanterica, tempat melekat m.quadratus femoris.

Corpus ossis femoris melengkung ke ventral, membentuk sudut sebesar 10 derajat dengan garis vertical yang ditarik melalui caput femoris, garis tersebut merupakan axis longitudinalis dari articulatio coxae. Axis longitudinalis dari corpus ossis femoris dengan axis longitudianlis dari collum ossis femoris membentuk sudut inklinasi, yang bervariasi menurut usia dan sex. Apabila sudut inklinasi mengecil maka kondisi ini dinamakan coxa valga.

Bentuk corpus ossis femoris di bagian proximal bulat dan makin ke distal menjadi agak pipih dalam arah anterior-posterior. Pada facies dorsalis terdapat linea aspera, yang terdiri atas labium laterale dan labium mediale. Ke arah superior labium laterale membentuk tuberositas glutea dan labium medial menjadi linea pectinea sampai pada trochanter minor. Ke arah inferior labium laterale berakhir pada epicondylus lateralis dari labium mediale mencapai epicondylus medialis femoris. Di antara kedua ujung distal labium laterale dan labium mediale terdapat planum popliteum. Pada linea aspera melekat mm.adductores, m.vastus medialis, m.vastus lateralis dan caput breve m.biceps femoris.
Ujung distal corpus ossis femoris membentuk dua buah tonjolan yang melengkung, disebut condylus medialis dan condylus lateralis. Daerah di antara kedua condylus itu, di bagian posterior dan caudal disebut fossa intercondyloidea. Di bagian ventral, kedua condylus tersebut membentuk facies patellaris, yang dibagi oleh sebuah alur menjadi dua bagian yang tidak sama besar, pars lateralis lebih besar dan kurang menonjol dibandingkan dengan pars medialis. Pars lateralis mengadakan persendian dengan facies articularis lateralis patellae. Facies medialis lebih kecil dan lebih menonjol ke distal, mengadakan persendian dengan facies articularis patellae.

Bagian distal condylus lateralis secara relatif lebih besar dan terjal, sedangkan condylus medialis lebih kecil dan melengkung. Facies medial dari condylus medialis femoris konveks dan kasar, dan bagian yang paling menonjol disebut epicondylus medialis,
Bagian yang paling menonjol pada facies lateralis condylus lateralis femoris disebut epicondylus lateralis femoris, bentuknya lebih kecil daripada yang medial.

PATELLA
Adalah sebuah os sesamoidea, ukuran kira-kira 5 cm, berbentuk segitiga, berada di dalam tendo (bertumbuh di dalam tendo) m.quadriceps femoris. Dalam keadaan otot relaksasi, maka patella dapat digerakkan ke samping, sedikit ke cranial dan ke caudal.
Mempunyai facies anterior dari facies articularis; facies articularis lateralis bentuknya lebih besar daripada facies articularis medialis.
Margo superior atau basis patellae berada di bagian proximal dan apex patellae berada di bagian distal. Margo medialis dan margo lateralis bertemu membentuk apex patellae.

TIBIA
Sebuah os longum, mempunyai corpus, ujung proximal dan ujung distal, berada di sisi medial dan anterior dari crus. Pada posisi berdiri, tibia meneruskan gaya berat badan menuju ke pedis.
Ujung proximal lebar, mengadakan persendian dengan os femur membentuk articulatio genu, membentuk condylus medialis dan condylus lateralis tibiae, facies proximalis membentuk facies articularis superior, bentuk besar, oval, permukaan licin.

Facies articularis ini dibagi menjadi dua bagian, dari anterior ke posterior, oleh fossa intercondyloidea anterior, eminentia intercondyloidea dan fossa intercondyloidea posterior. Fossa intercondyloidea anterior mempunyai bentuk yang lebih besar daripada fossa intercondyloidea posterior. Tepi eminentia intercondyloidea membentuk tuberculum intercondylare mediale dan tuberculum intercondylare laterale. Eminentia epicondylaris bervariasi dalam bentuk dan sering juga absen.
Facies articularis dari condylus medialis berbentuk oval, sedangkan facies articularis condylus lateralis hampir bundar. Condylus lateralis lebih menonjol daripada condylus medialis. Pada facies inferior dari permukaan dorsalnya terdapat facies articularis, berbentuk lingkaran, dinamakan facies articularis fibularis, mengadakan persendian dengan capitulum fibulae. Di sebelah inferior dari condylus tibiae terdapat tonjolan ke arah anterior, disebut tuberositas tibiae. Di bagian distalnya melekat ligamentum patellae.

Corpus tibiae mempunyai tiga buah permukaan, yaitu  (1) facies medialis, (2) facies lateralis dan (3) facies posterior. Mempunyai tiga buah tepi, yaitu (1) margo anterior, (2) margo medialis dan (3) margo interosseus.
Fossa medialis datar, agak konveks, ditutupi langsung kulit dan dapat dipalpasi secara keseluruhan. Facies lateralis konkaf, ditempati oleh banyak otot. Bagian distalnya menjadi konveks, berputar ke arah ventral, melanjutkan diri menjadi bagian ventral ujung distal tibia. Facies posterior berada di antara margo medialis dan margo interosseus. Pada sepertiga bagian proximal terdapat linea poplitea, suatu garis yang oblique dari facies articularis menuju ke margo medialis.
Margo anterior disebut crista anterior, sangat menonjol, di bagian proximal mulai dari tepi lateral tuberositas tibiae, dan di bagian distal menjadi tepi anterior dari malleolus medialis. Margo medialis, mulai dari bagian dorsal condylus medialis sampai ke bagian posterior malleolus medialis. Margo interosseus mempunyai bentuk yang lebih tegas daripada margo medialis, tempat melekat membrana interossea. Di bagian proximal mulai pada condylus lateralis sampai di apex incisura fibularis tibiae membentuk bifurcatio.

Ujung distal tibia membentuk malleolus medialis. Malleolus medialis mempunyai facies  superior, anterior, posterior, medial, lateral dan inferior. Pada facies posterior terdapat sulcus malleolaris, dilalui oleh tendo m.tibialis posterior dan m.flexor digitorum longus. Pada permukaan lateral terdapat incisura fibularis yang membentuk persendian dengan ujung distal fibula.
Facies articularis inferior pada ujung distal tibia membentuk persendian dengan facies anterior corpus tali.

FIBULA
Terletak di bagian lateral crus, sejajar dengan tibia, hampir sepanjang dengan tibia. Di bagian proximal membentuk persendian dengan tibia dan di bagian distal dengan os talus. Bagian intermedia difiksasi oleh membrana interossea pada tibia, membentuk suatu syndesmosis. Fibula tidak menampung gaya berat badan, dan karena bagian medial ditutupi oleh otot-otot, maka hanya ujung-ujungnya saja yang dapat dipalpasi. Fibula terdiri dari corpus, ujung proximalis dan ujung distal.

Ujung proximalis disebut capitulum fibulae, membentuk persendian dengan ujung proximal bagian posterior tibia, disebut articulatio tibiofibularis proximalis, dapat dipalpasi di caudalis condylus lateralis tibiae, di bagian posteriornya.
Capitulum fibulae terletak setinggi dengan tuberositas tibiae. Pada bagian medial di ujung capitulum fibulae terdapat facies articularis, yang membentuk persendian dengan condylus laterlis tibiae. Permukaan persendian ini menghadap ke arah ventro-cranio-medial. Facies lateralis capitulum fibulaea kasar, tempat melekat m.biceps femoris dan ligamentum collaterale. Dari facies latero-posterior terdapat tonjolan yang menjulang ke cranial, disebut apex capitis fibulae (=processus styloideus).

Corpus fibulae pada 3/4 bagian proximal mempunyai tiga margo atau crista, yaitu (1) margo anterior, (2) margo interosseus, (3) margo posterior. Corpus fibulae mempunyai tiga facies, sebagai berikut : (1) facies lateralis, (2) facies medialis dan (3) facies posterior.
Margo anterior lebih menonjol daripada margo lainnya, dan dimulai dari apex capitis fibulae, tempat melekat septum intermusculare. Margo posterior meluas mulai dari apex capitis fibulae menuju ke caudo-medial mencapai permukaan posterior malleolus lateralis.
Facies lateralis berada di antara margo anterior dan margo posterior, tempat melekat m.peroneus longus dan m.peroneus brevis. Facies medialis berada di antara margo anterior dan margo interosseus tempat perlekatan m.extensor digitorum longus, m.extensor hallucis longus dan m.peroneus tertius. Facies posterior berada di antara margo posterior dan margo interosseus, tempat melekat m.soleus, m.flexor hallucis longus dan m.tibialis posterior.
            Malleolus lateralis mempunyai permukaan medialis yang berbentuk segitiga, halus dan mengadakan persendian dengan os tatus. Malleolus lateralis lebih menonjol daripada malleolus medialis, terletak lebih ke posterior, dan kira-kira 1 cm lebih ke distal. Pada facies medialis terdapat facies articularis malleoli, yang mengadakan persendian dengan os talus, dan bagian superiornya membentuk articulus dengan tibia. Pada permukaan medialis, disebelah posterior facies articularis terdapat fossa malleoli lateralis. Pada facies posterior terdapat sulcus malleolaris (= sulcus tendinis mm. Peronaeorum)

OSSA TARSI (TARSALIA)
            Terdiri dari tujuh buah tulang, yakni talus, calcaneus, os naviculare, os cuneiforme mediale, os cuneiforme intermedium, os cuneiforma lateralis dan os coboideum.

TALUS
Bagian posteriornya besar, disebut corpus tali, bagian anterior kecil yang disebut caput tali dan di antaranya terdapat collum tali. Caput tali mengarah ke medialis.
            Facies superior corpus talli membentuk facies articularis, berbentuk konveks ke arah anterior-posterior, dan konkaf pada sisi-sisinya. Facies articularis tersebut kecil di bagian posterior dan besar di bagian anterior, membentuk persendian dengan ujung distalis tibia. Facies superior berlanjut ke sisi medial dan mengadakan persendian dengan malleolus medialis, ke arah lateral membentuk articulus dengan malleolus lateralis. Facies articularis tersebut disebut trochlea tali. Pada facies posterior corpus terdapat tonjolan yang disebut processus posterior tali, yang dipisahkan oleh sulcus m.flexoris hallucis longi menjadi dua bagian, yaitu tuberculum mediale dan tuberculum lateralis tali.
            Caput tali ke arah anterior membentuk facies articularis navicularis, yang membentuk articulus dengan os naviculare. Berdekatan dengan facies articularis tersebut pada facies inferior caput tali terdapat facies articularis calcanea anterior dan facies articularis calcanea media, yang mengadakan persendian dengan calcaneus. Pada facies inferior, di antara facies articularis calcanea posterior dan facies articularis anterior et media terdapat sulcus tali.

CALCANEUS
Adalah tulang yang terbesar dari semua ossa tarsi. Bagian posterior-inferior disebut tuber calcanei, yang membentuk tumit. Permukaan posterior kasar, tempat melekat tendo calcaneus.
Facies inferior membentuk processus medialis dan processus lateralis yang bertumpu pada lantai. Facies anterior mengadakan persendian dengan os cuboideum melalui facies articularis cuboidei. Pada facies medialis terdapat sebuah tonjolan yang disebut sustentaculum tali. Pada facies superior sustentaculum tali terdapat facies articularis talaris media, yang mengadakan persendian dengan facies articularis calcanea media tali yang terdapat pada facies inferior caput tali. Pada faacies inferior sustentaculum tali terdapat sulcus m.flexor hallucis longi.
            Pada facies superior calcaneus, di bagian pertengahan, terdapat facies articularis talaris posterior, yang besar, oval, konveks, mempunyai axis panjang yang mengarah ke antero lateral, membentuk persendian dengan facies articularis calcanea posterior, di antara facies articularis posterior dengan facies articularis media terdapat  sulcus calcanei. Sulcus tali dan sulcus calcanei bersama-sama membentuk sinus tarsi. Di sebelah anterior dari facies articularis media terdapat facies articularis talaris anterior, yang mengadakan persendian dengan facies articularis calcanea anterior tali.
            Pada facies lateralis, di bagian anterior calcaneus, terdapat processus trochlearis, yang memisahkan tendo m.peroneus longus daripada tendo m.peroneus brevis.



OS NAVICULARE
Terletak di sebelah anterior caput tali. Permukaan posteriornya membentuk facies articularis yang konkaf, mengadakan articulus dengan caput tali ; permukaan anteriornya membentuk facies articularis yang konveks dan mengadakan persendian dengan os cuneiforme I – II – III. Facies lateralis agak sempit dan membentuk facies articularis uyntuk bertemu dengan os cuboideum.
            Pada sisi medial terdapat tuberositas ossis navicularis, yang dapat dipalpasi 3 cm di sebelah caudo-anterior dari malleolus medialis.

OS CUBOIDEUM
Terletak pada sisi lateral pedis, mengadakan persendian di bagian dorsal dengan calcaneus, di bagian medial dengan os cuneiforme lateralis, dan di bagian anterior dengan os metatarsale IV dan V.
            Pada facies inferior terdapat tuberositas ossis cuboidei, dan di sebelah anterior terdapat sulcus tendinis m.peronaeai longi. Pada permukaan inferior tersebut melekat m.flexor hallucis brevis.

OSSA CUNEIFORMIA
Terdiri  dari :  (1)  os cuneiforme mediale <I>, (2) os cuneiforme intermedium <II> dan (3) os cuneiforme laterale <III>. Ossa cuneiforme di bagian posterior membentuk articulus dengan os naviculare dan os cuboidem, dan di bagian anterior membentuk articulus dengan os metatarsale I,II dan III.
            Os cuneiforme I (mediale) lebih besar daripada kedua ossa cuneiforme lainnya, dan os cuneiforme II (intermedia) adalah yang terkecil. Os cuneiforme III (laterale) membentuk persendian dengan os cuboideum. Pada os cuneiforme mediale melekat tendo m.peronaeus dengan os cuboideum. Pada os cuneiforme mediale melekat tendo m.peronaeus longus dan m.tibialis anterior. Tendo m.tibialis possterior melekat pada ketiga ossa cuneiformia, os cuboideum dan ossa metatarsalia II, III, IV dan V.

OSSA METATARSI (METATARSALIA)
Ada lima buah ossa metatarsi, masing-masing mempunyai caput metatarsale, caput metatarsale dan basis metatarsalis. Basis ossa metatarsalis I, II dan III mengadakan persendian dengan ossa cuneiformia. Basis ossis metatarsi IV dan V membentuk persendian dengan os cuboideum. Caput ossis metatarsalis I, II, III dan IV mengadakan araticulus dengan basis ossis phalangis proximalis.
            Os metatarsale I mempunyai bentuk yang lebih besar dan lebih kokoh daripada ossa metatarsi lainnya. Di bagian inferior caput ossis metatarsalis I terdapat dua buah ossa sesamoidea, yang berada di dalam tendo m.flexor hallucis brevis.
Basis ossis metatarsalis V membentuk tuberositas ossis metatarsalis V, yang menonjol ke arah lateral.

OSSA DIGITORUM (PHALANGES)
Setiap os phalanx mempunyai basis phalangis, corpus phalangis dan caput phalangis. Jari pertama hanya mempunyai dua buah ossa phalanges, sedangkan jari-jari lainnya mempunyai tiga buah ossa phalanges. Os phalanx jari I lebih besar dari semua ossa phalanges yang ada. Basis ossis phalanges mengadakan persendian dengan caput ossis metatarsalis.


2. SKELETON AXIALE
2.1.        Columna vertebralis
2.2.        Costa
2.3.        Sternum
2.4.        Cranium

2.1.COLUMNA VERTEBRALIS
Terdiri atas :
2.1.1.  Vertebra cevicales      7 ruas
2.1.2.   Vertebra thoracales  12 ruas
2.1.3.  Vertebra lumbales      5 ruas
2.1.4.  Vertebra sacrales     5 ruas, membentuk os sacrum
2.1.5.   Vertebra coccygeales 4 ruas, membentuk os coccygeus

MORFOLOGI VERTEBRA
            Pada umumnya terdiri atas corpus, arcus, processus spinosus dan processus transversus. Di tengah setiap vertebra terdapat lubang yang disebut foramen vertebrale, yang berada di antara corpus dan arcus vertebrae.
Di bagian cranial dan caudal dari arcus vertebrae terdapat incisura vertebralis superior dan incisura vertebralis inferior. Incisura superior dengan incisura inferior dari vertebra di sebelah cranialnya membentuk lubang yang dinamakan foramen intervertebrale, dilalui oleh nervus spinalis.
Foramen vertebralia dari ruas-ruas tulang belakang bersama-sama membentuk suatu saluran, disebut canalis vertebralis yang berisikan medulla spinalis.
Arcus vertebrae di bagian kiri dan kanan mempunyai taju yang menuju ke superior dan inferior untuk berhubungan dengan vertebra di cranialisnya dan vertebra yang berada di caudalisnya. Taju tersebut disebut processus articularais superior dan  processus articularis inferior. Setiap processus articularis mempunyai facies articularis untuk membentuk persendian dengan processus articularis dari vertebra di cranial dan di caudalisnya.
Diantara satu corpus vertebrae dengan corpus vertebrae lainnya terdapat discus intervertebralis.

2.1.1.   VERTEBRA CERVICALIS
Mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1.    corpus vertebrae kecil, pendek dan berbentuk segiempat,
2.    foramen vertebrale berbentuk segitiga dan besar,
3.    processus transversus terletak di sebelah vebtral processus articularis
4.    pada processus transversus terdapat foramen costotransversarium, dilalui oleh arteri dan vena vertebralis,
5.    processus transversus mempunyai dua tonjolan, yaitu tuberculum anterius dan tuberculum posterius yang dipisahkan oleh sulcus spinalis, dilalui oleh nervus spinalis
6.    processus spinosus pendek dan bercabang dua.
Vertebra cervicalis I mengalami modifikasi, disebut ATLAS, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a)    tidak mempunyai corpus vertebrae,
b)    hanya mempunyai arcus anterior dan arcus posterior atlantis,
c)    arcus anterior di bagian tengah membentuk tonjolan ke ventral disebut tuberculum anterius, dan arcus posterior membentuk tonjolan ke posterior di bagian tengah, disebut tuberculum posterius atlantis,
d)    facies articularis suoerior, yang membentuk persendian dengan condyly occipitalis, merupakan suatu lekukan dan disebut fovea articularis superior.
e)    pada facies internus arcus anterior di bagian medial terdapat fovea dentis, yang membentuk articulus dengan dens epistrophei,
f)     arcus anterior dihubungkan dengan arcus posterior oleh massa lateralis yang agak menonjol ke dalam foramen vertebrale.
g)    di bagian dorsal massa lateralis terdapat sulcus arteriae vertebralis, yang ditempati oleh arteria vertebralis.
Vertebra cervicalis II mengalami modifikasi, disebut EPISTROPHEUS = AXIS
            Corpus vertebrae membentuk taju yang menonjol ke cranial, disebut Dens epistrophei, yang merupakan modifikasi dari corpus vertebrae cervicalis I (Atlas). Di bagian anterior dan dens epistrophei terdapat facies articularis anterior dentis, dan pada facies posterior terdapat facies articularis posterior dentis, tempat persendian dengan atlas.
Di sebelah kanan dan kiri dari dens epistrophei terdapat facies articularis superior, dan didorsalisnya terdapat sulcus spinalis II.
Verteb+ra cervicalis VI mempunyai tuberculum anterius processus transversi yang agak besar, disebut tuberculum caroticum (Chassaignac).
Vertebra cervicalis VII mempunyai processus spinosus yang jauh lebih panjang dari vertebra cervicalis lainnya sehingga dapat dilihat dan dipalpasi dari luar. Sehubungan dengan itu vertebra ini disebut vertebra prominens. Tuberculum posterius lebih panjang daripada yang lainnya. Foramen costotransversarium hanya dilalui oleh vena vertebralis. Acapkali pada tepi caudal corpus vertebrae terdapat fovea costalis untuk costa I.
Bagian dari processus transversus yang terletak di sebelah anterior foramen costotransversarium dapat dipersamakan dengan costa. Kadang-kadang bagian ini memanjang, disebut processus costarius, bahkan dapat terjadi bagian itu diganti oleh costa, yang betul-betul dapat bergerak terhadap vertebra, costa semacam ini dinamakan costa cervicalis.

2.1.2.  VERTEBRA THORACALIS
Mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1.    corpus verterbra berukuran sedang, berbentuk jantung kartu, bagian anterior lebih rendah daripada bagian posterior,
2.    foramen vertebrale bulat,
3.    processus spinosus panjang dan runcing,
4.    pada processus transversus dan pada corpus vertebrae terdapat fovea costalis, tempat perhubungan dengan costa.
Pada corpus vertebra terdapat dua buah fovea costalis, yaitu sebuah di bagian superior dan sebuah di bagian inferior, oleh karena setiap costa melekat antara dua buah corpus vertebrae. Vertebrae Th.X –XII hanya mempunyai sepasang fovea costalis.

2.1.3.  VERTEBRA LUMBALIS
Mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1.    corpus besar, berbentuk sebagai ginjal melintang, bagian dorsal lebih rendah daripada bagian anterior,
2.    processus spinosus besar dan pendek,
3.    pada tepi dorsal processus articularis terdapat tonjolan yang tumpul, disebut processus mamillaris,
4.    processus transversus arahnya melintang,
5.    pada pangkal processus mamillaris di sebelah caudolateral terdapat processus accessories.

2.1.4.  VERTEBRA SACRALIS
            Terdiri atas 5 ruas tulang yang saling melekat menjadi satu mmbentuk os Sacrum. Os sacrum berbentuk segitiga, dasarnya berada di sebelah cranial, disebut basis ossis sacri, dan puncaknya berada di bagian caudal, disebut apex ossis sacri. Dataran ventral melengkung membentuk facies pelvina, dataran dorsal disebut facies dorsalis. Facies pelvina agak halus. Sisa-sisa batas antara ruas-ruas nampak sebagai garis-garis melintang, disebut linea transversus. Di sebelah lateral dari linea transversa terdapat foramina intervertebralia yang membentuk foramina sacralia anteriora. Bagian dari os sacrum yang terletak di lateral dari foramina sacralia disebut pars lateralis.
Facies dorsalis terbentuk dari perlekatan antara arcus-arcus vertebrae sacrales dengan taju-tajunya. Di garis median terlihat crista saacralis media yang terjadi dari perlekatan antara processus spinosis. Seperti pada facies pelvina, di sini terdapat juga lubang-lubang yang disebut foramina sacralia posteriora yang menuju ke canalis sacralis ( yaitu saluran yang tersusun oleh foramina vertebralis sacrales). Di sebelah medial dari foramina itu terdapat crista sacralis articularis yang sesuai dengan processus articularis, di sebelah lateral dari lubang-lubang itu terdapat crista sacralis lateralis yang sesuai dengan processus transversus.
Processus articularis superior vertebra sacralis I masih berhubungan dengan vertebra lumbalis V.
            Canalis sacralis di bagian arcus posterior vertebrae sacralis V di tengah-tengah tidak menutup. Lubang itu disebut hiatus sacralis. Bagian yang melekat menonjol membentuk cornu sacralis.
            Pars lateralis, dibagian superior besar dan makin ke caudal makin mengecil. Pada dataran lateralis terdapat permukaan persendian yang berbentuk sebagai telinga, disebut facies auricularis, yang mengadakan persendian dengan os coxae. Di sebelah dorsal facies auricularis pars lateralis datarannya tidak rata akan tetapi berbenjol-benjol untuk perlekatan ligamenta, tonjolan-tonjolan tersebut disebut tuberositas sacralis.

OS COCCYGEUS
Terdiri atas 4 ruas ( 3 – 6 ) yang melekat menjadi satu tulang. Vertebra coccygeus I masih mempunyai sisa-sisa processus transversus, membentuk comu coccygeus.

COLUMNA VERTEBRALIS
Ruas-ruas tulang belakang tersusun menjadi columna vertebralis. Bentuk columna vertebralis tidak lurus. Di beberapa tempat membentuk lengkungan,yaitu :
1.    Lordosis cervicalis, melengkung ke anterior di daerah cervical.
2.    Kyphosis thoracalis, melengkung ke dorsal  di aerah thoracal.
3.    Lordosis lumbalis, melengkung ke anterior di daerah lumbal.
4.    Kyphosis sacralis, melengkung ke dorsal di daerah sacral. 
Bayi yang baru lahir hanya mempunyai kyphose thoracalis, setelah usia 3 – 4 bulan saat bayi mulai mengangkat kepala mala terbentuk lordosis cervicalis. Umur 8 – 9 bulan saat bayi mulai belajar duduk dan brdiri maka terbentuk lordosis lumbalis. Kyphose thoracalis yang dibawa lahir disebut curvatura primer lordosis lumbalis yang terbentuk kemudian disebut curvatura secunder. Lengkungan-lengkungan tersebut terbentuk oleh gaya berat badan yang harus dipikul oleh columna vertebralis.
Bilamana columna vertebralis dilihat dari arah ventral, sebenarnya tidak lurus betul, kadang-kadang berbelok sedikit ke kanan atau ke kiri, keadaan ini disebut scoliose (apabila sangat jelas berarti suatu keadaan patologis).
            Foramina vertebralia merupakan saluran dari regio cervicalis sampai di regio sacralis, disebut canalis vertebralis, yang ke arah cranial berhubungan dengan cavum cranii dan ke arah caudal berakhir pada hiatus sacralis. Canalis ini ditempati oleh medulla spinalis. Nervus spinalis berjalan melalui foramina intervertebralis.
            Antara vertebra lumbalis I dan basis ossis sacri terdapat promontorium, yaitu discus intervertebralis yang menonjol ke anterior.
            Pada vertebra cervicalis I dan II foramen intervertebralenya terletak di sebelah dorsal processus articularis, sedangkan  pada vertebra lainnya terletak di bagian anterior processus articularis.

COSTA
Ada 12 pasang costa, yang berdasarkan perlekatannya pada sternum, dapat dibagi menjadi 3 bagian, sebagai berikut :
1.    Costa vera, melekat langsung pada sternum, yaitu costa I – VII.
2.    Costa spuria, melekat pada costa di cranialisnya, yaitu costa VIII – X.
3.    Costa fluctuantes, melayang-layang, tidak melekat di bagian anterior, yaitu costa XI – XII.

MORFOLOGI COSTA
            Setiap costa terdiri dari capitulum, collum dan corpus. Capitulum costae mempunyai facies articularis untuk berhubungan dengan corpus vertebrae. Pada permukaan persendian di bagian tengah terdapat crista capituli costae. Antara collum dan corpus costae terdapat suatu tonjolan yang disebut tuberculum costae, pada tuberculum tersebut terdapat facies articularis tuberculi costae yang membentuk persendian dengan processus transversus thoracalis.
Di sebelah lateral tuberculum costae, costa membelok ke medial dan membentuk sudut, yang disebut angulus costae.
            Pada margo inferior costae di bagian medial terdapat sulcus costae, oleh arteri dan nervus.
            Costa terdiri dari substantia compacta yang tipis dan substantia spongiosa yang tebal. Costa berhubungan dengan sternum dengan perantaraan cartilago, disebut pars cartilaginios, dan bagian costa lainnya dinamakan pars osseum.

Costa I
Mempunyai facies yang menghadap ke superior. Di bagian tengah terdapat sulcus subclavius, dilalui oleh arteria subclavia, dan di sebelah medialnya lagi  terdapat tuberculum scaleni (Lisfranci), tempat perlekatan m.scaleneus anterior.

Costa II
Mempunyai tuberositas II, tempat melekat scaleneus posterior.
Costa XI – XII
Mempumnyai bentuk yang amat sederhana. Collum, angulus, tuberculum dan sulcus costae tidak begitu jelas.

STERNUM
Mempunyai bentuk seperti keris, terdiri dari manubrium sterni, corpus sterni, dan pada ujung corpus sterni terdapat processus xiphoideus sterni (= processus ensiformis sterni) yang berbentuk tajam dan runcing. Ketiga bagian tersebut dihubungan satu sama lain oleh cartilago.
Tepi cranial manibrium sterni, di bagian tengah membentuk incisura jugularis. Di sebelah lateral incisura sterni terdapat incisura clavicularis, tempat persendian dengan clavicula. Di sebelah caudal dari incisura clavicularis terdapat incisura costalis I, tempat persendian dengan costa I.
Antara manubrium dan corpus sterni terbentuk angulus sterni (dapat dipalpasi).
Pada tepi lateral corpus sterni terdapat incisura costalis, tempat articulus dengan costa II – VII. Costa II melekat pada perbatasan copus dan manubrium sterni, dipakai sebagai patokan untuk menghitung costa.

Processus xiphoideus amat tipis dan bentuknya tidak tetap.
Vertebrae thoracales, costaae dan sternum dinamakan ossa thoracica, membentuk dinding cavitas thoracis. Lobang di bagian cranial disebur apertura thoracis superior, dibatasi oleh corpus vertebrae thoracalis I, costa I dan incisura jugularis sterni. Lobang dari cavitas thoracis di bagian caudal, disebut apertura thoracis inferior, dibentuk oleh Processus xiphoideus, tepi medialis pars cartilaginis costae VII – X, ujung costa XI dan XII, dan corpus vertebrae thoracalis XII.
Tepi caudal pars cartilaginis costa VII – X membentuk arcus costalis. Arcus costalis sinister dan arcus costalis dexter membentuk angulus infrasternalis.

CRANIUM

Cranium (Gr) terdiri atas serangkaian tulang-tulang yang saling berhubungan, sebagian besar membentuk Synarthrosis dan hanya sebuah tulang, yakni mandibula yang membentuk persendian dengan os temporale, berbentuk Diarthrosis (= articulatio temporomandibularis).
            Tulang-tulang yang membentuk cranium ada yang berpasangan dan ada yang tidak. Menurut klasifikasinya adalah os planum, os pneumaticum dan os irregular. Os planum terdiri atas lapisan tabula externa, tabula interna dan diantaranya terdapat diploe (lapisan spongiosa). Tabula externa bersifat elastis, tabula interna lebih tipis dan mudah retak. Suatu benturan pada cranium dapat menyebabkan tabula interna retak tanpa adanya retakan pada tabula externa.
            Lapisan superficialis membentuk pericranium, lapisan profunda yang menghadap meninx disebut endocranium.
            Ada ahli yang berpendapat bahwa Mandibula tidak termasuk dalam cranium, jadi suatu tulang tersendiri, tetapi sebagian besar ahli memasukkannya dalam cranium.

            Cranium dibagi menjadi 2 bagian, sebagai berikut :
NEUROCRANIUM
VISCEROCRANIUM (= SPLANCHNOCRANIUM)

Neurocranium membentuk cavitas cranii, yang ditempati oleh encephalon, dan dibagi menjadi bagian yang membentuk basis cranii dan calvaria cranii.
Tulang-tulang yang membentuk neurocranium adalah os frontale, os ethmoidale, os sphenoidale, os nasale, os lacrimale, os temporale dan os parietale. Dua tulang yang tersebut terakhir ini berpasangan.
Masih ada tulang-tulang lainnya yang berada di bagian profunda, yaitu sebuah os vomer, sepasang os palatinum, sepasang os concha nasalis inferior.
Pada viscerocranium terdapat rongga-rongga yang ditempati oleh organum visuale, organum vestibulocochleare, organum olfactus, organus gustatus. Juga terdapat lubang-lubang yang berfungsi sebagai pintu masuk (dan keluar) untuk makanan dan udara respirasi. Selain itu terdapat dentes pada maxilla dan mandibula, yang berperan dalam mastikasi.
            Yang dimaksud dengan Bidang Franfurt adalah suatu bidang yang ditarik melalui margo inferior orbita dan margo superior porus acusticus externus.

NORMA VERTIKALIS
            Dari arah vertikalis (superior) cranium berbentuk oval dengan bagian posterior yang lebih besar. Dibentuk oleh empat buah tulang, yaitu os frontale di bagian anterior, sepasang os parietale yang berada di bagian postero-lateral di sebelah kiri dan kanan linea mediana, dan sebuah os occipitale yang terletak di bagian posterior. Di antara keempat buah tulang tersebut terdapat sutura    (merupakan salah satu bentuk synarthorosis), yakni sutura coronaria (L, mahkota) yang menghubungkan os frontale dengan os parietale, sugura sagitalis ( L, anak panah = arrow ) yang menghubungkan os parietale sinister dengan os parietale dexter, dan sutura lambdoidea (Gr, huruf L) yang menghubungkan os parietale dengan os occipitale.
            Pertemuan antara sutura coronaria dengan sutura sagitalis membentuk bregma, yang pada masa bayi masih terbuka dan dinamakan fontanel anterior, menutup pada usia dua tahun. Pertemuan antara sutura sagitalis dengan kedua sutura lambdoidea disebur lambda, yang pada masa kehidupan foetal masih terbuka membentuk fontanel posterior, dan segera menutup sebelum bayi lahir.
            Bagian tertinggi dari cranium disebut vertex yang terletak pada sutura sagitalis, beberapa sentimeter di sebelah posterior dari bregma.
            Di sebelah anterior dari lambda di lateral dari sutura sagitalis, terdapat foramen parietale, yaitu lubang kecil dilalui oleh vena emisaria.

NORMA POSTERIOR
            Bagian ini dibentuk oleh sebagian dari os parietale, os occipitale dan pars mastoidea ossis temporalis. Pada norma posterior terdapat lambda, yang dapat diraba sebagai sebuah cekungan. Ujung inferior dari sutura lambdoidea bertemu dengan sutura parietomastoidea dan sutura occipitomastoidea, membentuk Asterion. Dekat pada sutura occipitamastoidea seringkali terdapat foramen mastoideum, suatu lubang yang dilalui oleh vena emisaria.
            Protuberantia occipitalis externa adalah sebuah penonjolan yang terdapat di bagian tengah pada pertengahan jarak antara lambda dan foramen occipitale magnum. Penonjolan ini terletak sedikit di bagian caudal dari bagian yang paling mencuat dari os occipitale sehingga tidak dapat dilihat dari norma vertikalis. Bagian tengah (pusat) dari protuberantia occipitalis externe disebut Inion.
            Ke arah lateral dari protuberantia occipitalis externa terdapat dua buah peninggian ke arah kanan dan kiri yang dinamakan linea nuchae superior. Linea ini dipakai sebagai patokan untuk menentukan batas cranial dari collum. Kira-kira 1 sentimeter di cranalis dari linea nuchae superior terdapat linea nuchae suprema (tidak selamanya ada).

NORMA ANTERIOR (NORMA FACIALIS)
            Bagian anterior dari cranium membentuk dahi (= forehead), orbita, tonjolan pipi, hidung, rahang atas dan rahang bawah.

DAHI (= FOREHEAD)
            Dibentuk oleh os frontale. Ke arah caudal, disebelah kiri dan kanan linea mediana, os frontale membentuk persendian dengan os nasale. Pertemuan antara os frontale dengan kedua os nasale pada linea mediana disebut Nasion. Daerah yang berada di cranalis dari nasion, di antara kedua arcus superficillaris disebut Glabella.
            Sampai usia anak kira-kira enam tahun, di antara os frontale sinistra dan os frontale dextra terdapat sutura metopica, yang dapat saja menetap sampai usia dewasa.


ORBITA
            Yang dimaksud dengan orbita adalah suatu rongga (cavum orbitae) yang ditempati oleh bulbus oculi. Orbita mempunyai margo superior, lateral, inferior dan medial.
            Margo superior orbitae (= margo supraorbitalis) dibentuk oleh os frontalis. Pada bagian medial terdapat incisura supra orbitalis, kadang-kadang membentuk foramen supraorbitalis, dilalui oleh nervus supraorbitalis dan vasa supraorbitalis. Ke arah lateral margo supraorbialis berakhir pada processus zygomaticus ossis frontalis.
            Dari margo superior ke arah posterior os frontale membentuk pars orbitalis yang membentuk sebagian besar atap dari orbita.
            Margo lateralis orbitae dibentuk oleh os zygomaticum (= pars orbitalis ossis zygomatici) dan os frontale (=pars zygomaticus ossis frontalis). Margo inferior orbitae dibentuk oleh os zygomaticum dan os maxilla. Margo medialis orbitae dibentuk oleh os maxilla, os lacrimale dan os frontale, dan berbentuk tumpul ( tidak tajam seperti margo lainnya). Di sebelah caudalis dari margo ini, pada os maxilla terdapat foramen infraorbitale, dilalui oleh nervus infra orbitalis dan vasa infraorbitalis.

TONJOLAN PIPI (= PROMINENCE OF CHEEK)
            Dibentuk oleh os zygomaticum. Os zygomaticum bertumpu pada maxilla, membentuk facies lateralis wajah, dinding lateral orbita dan facies temporalis yang turut membentuk fossa temporalis.
            Processus frontalis ossis zygomatici  membentuk persendian dengan processus zygomaticus ossis frontalis. Tonjolan lainnya, yang dinamakan processus temporalis ossis zygomatici membentuk persendian dengan processus zygomaticus ossis temporalis.
            Pada sisi lateral dari os zygomaticum terdapat foramen zygomaticofaciale, dilalui oleh nervus zygomaticofacialis.

HIDUNG (= BONY EXTERNAL NOSE)
            Di bentuk oleh os nasale dan maxilla, membatasi apertura piriformis. Bagian hidung yang dapat digerakkan ( ala nasi dan apex nasi ) di bentuk oleh cartiago yang difiksasi oleh jaringan ikat kepada apertura pisiformis.
            Os nasale membentuk persendian dengan os frontale di bagian cranial dan di bagian caudal dofiksasi pada cartilago nasalis.

RAHANG ATAS (= UPPER JAW)
            Dibentuk oleh dua buah tulang maxilla. Pertumbuhan maxilla menentukan panjang wajah (ukuran vertical), yang berlangsung antara usia anak 6 – 12 tahun.
            Setiap os maxilla terdiri atas :
1.    Corpus, yang mengandung sinus maxillaries.
2.    Processus zygomaticus, ke arah lateral membentuk persendian denganos zygomaticum.
3.    Processus frontalis, tonjolan ke cranialis, membentuk persendian dengan os frontale.
4.    Processus palatinus, terletak horizontal dan bertemu dengan pihak sebelah membentuk sebagian besar palatum durum.
5.    Processus alveolaris, yang ditempati oleh dentes.

CORPUS MAXILLAE
            Berbentuk pyramid, terdiri atas  :
1.    facies natalis (=basis), membentuk dinding lateral cavitas nasi
2.    facies infratemporalis, membentuk dinding anterior fossa infratemporale
3.    facies anterior, ditutupi oleh otot-otot mimik.


RAHANG BAWAH (= LOWER JAW)
            Dibentuk oleh mandibula, bersama-sama dengan dentes yang berada pada pars alveolaris mandibulae.

NORMA LATERALIS
            Dibentuk oleh sebagian dari os temporale. Di bagian ini terdapat fossa temporalis dan fossa infratemporalis. Bagian-bagian dari os temporale yang membentuk norma lateralis adalah :
1.    PARS SQUAMOSA, mengadakan persendian dengan margo inferior os parietale, membentuk sutura squamosa. Ke arah anterior mengadakan persendian dengan ala magna ossis sphenoidalis. Pars squamosa membentuk processus zygomaticus (= zygoma), menonjol ke anterior mengadakan persendian dengan os zygomaticum, membentuk arcus zygomaticus, yang dapat dipalpasi in vivo. Margo superior dari arcus zygomaticus berada setinggi margo inferior hemispherium cerebri; di tempat ini melekat fascia temporalis. Pada margo inferior dan facies medialis arcus zygomaticus terdapat origo dari m.masseter. Margo inferior dan facies medialis arcus zygomaticus di bagian sebelah dorsal dari tuberculum articulare terletak caput mediale, yang mengadakan persendian dengan fossa mandibularis membentuk articulatio temporamandibularis. Di sebelah dorsal caput mandibulae terletak meatus acusticus externus, panjang 3 – 4 cm dan mencapai dorsal membentuk tuberculum articulare, tempat melekat ligamentum laterale. Di membrana tympani, sepertiga bagian lateralnya dibentuk oleh cartilago sehingga tidak diketemukan pada preparat kering. Atap dan dinding posterior dari meatus acusticus externus dibentuk oleh pars squamosa ossis temporalis, dan bagian lainnya dibentuk oleh pars tympanica ossis temporalis. Ujung medial darimeatus acusticus externus terpisah ari cavitas tympanica oleh membrana tympani. Cavum tympani adalah sebuah lubang yang terdapat di dalam os temporale. Di sebelah cranio-dorsal meatus acusticus externus terdapat suatu cekungan berbentuk segitiga, disebut foveola suprameatica. Kira-kira 1 cm di sebelah medial dari foveola suprameatica terdapat antrum mastoideum, yaitu salah satu rongga yang terdapat di dalam os temporale.
2.    PARS TYMPANICA, membentuk lantai dan dinding anterior meatus acusticus externus.
3.    PARS STYLOIDEUS, membentuk processus styloideus, suatu tonjolan tulang yang memanjang, runcing, kadang-kadang berukuran 8 cm, yang merupakan penonjolan ke arah caudo-lateral. Antara processus styloideus dan os hyoideum terdapat ligamentum stylohyoideum. Pada processus styloideus terdapat origo dari m.styloideus, m.styloglossus dan m.stylopharyngeus, dan juga tempat perlekatan dari ligamentum stylomandibulare. Di sebelah lateral dari processus styloideus terdapat glandula parotis.
4.    PARS MASTOIDEA, merupakan bagian posterior dari os temporale, bersatu dengan pars squamosa. Pada usia dewasa pars mastoidea mengandung rongga-rongga kecil berisi udara, membentuk cellulae mastoidea dan mengadakan hubungan dengan telinga bagian tengah (middle ear) melalui antrum mastoideum. Pada pars mastoidea ini terdapat processus mastoideus, sebuah penonjolan agak bulat, yang pada waktu lahir belum terbentuk dan berkembang mengikuti pertumbuhan anak. Posisi kedua processus mastoideus berada pada satu garis lurus dengan foramen occipitale magnum. Pada processus mastoideus melekat otot, antara lain m.sternocleidoimastoideus. Antara pars mastoidea dengan pars tympanica (tympanica plate) terdapat fissura tympanomastoidea, yang dilalui oleh ramus auricularis nervi vagi.
5.    PARS PETROSA, berada di bagian profunda.

FOSSA TEMPORALIS
            Linea temporalis, tempat melekatnya fascia temporalis, mulai di bagian anterior pada processus zygomaticus ossis frontalis, melengkung ke dorsal, berada pada os frontale dan os parietale. Jaraknya dari sutura sagitalis cukup bervariasi. Ujung posterior linea ini menjadi kurang jelas dan berakhir pada crista supramastoidea ossis temporalis. Sering diketemukan dua buah linea temporalis, yaitu linea temporalis superior dan linea temporalis inferior. Pada linea temporalis inferior melekat m.temporalis.
            Fossa temporalis adalah suatu cekungan yang dibatasi di sebelah cranial oleh linea temporalis dan di bagian caudal zygomaticus. Fossa ini dibentuk oleh os parietale, os frontale, ala magna ossis sphenoidalis dan pars squamosa ossis temporalis. Tempat di mana keempat tulang tersebut bertemu dinamakan Pterion. Posisi pterion adalah setinggi dengan ramus anterior arteria meningea media, yang terdapat di bagian interna cranium, dan juga berada setinggi dengan pangkal sulcus lateralis cerebri. Lokalisasi dari bagian tengah (sentrum) pterion adalah kira-kira 4 cm di cranialis dari midpoint arcus zygomaticus.

FOSSA INFRATEMPORALIS
            Adalah suatu fossa yang tidak beraturan, terletak di sebelah posterior maxilla, di sebelah caudal fossa temportalis. Atapnya dibentuk oleh facies infratemporalis ala magna ossis sphenoialis. Dinding medial dibentuk oleh lamina lateralis pterygoidei ossis sphenoidalis, dan dinding lateral dibentuk oleh ramus mandibulae bersama processus coronoideus mandibulae.
Di dalam fossa infratemporalis terdapat :
-          bagian caudal m.temporalis
-          m.pterygoideus lateralis et medialis
-          arteris maxillaries dan percabangannya
-          plexus venosus pterygoidei
-          nervus maxillaries
-          nervus mandibularis
-          chorda tympani
Fossa infratemporalis mempunyai hubungan dengan orbita melalui fissura orbitalis inferior. Fissura  orbitalis inferior ke arah dorsal berhubumgan dengan fissura pterygomaxillaris,  suatu celah yang dibentuk oleh lamina lateralis pterygoidei ossis temporalis dengan maxilla.
Fossa infratemporalis juga mempunyai hubungan dengan fossa pterygopalatina melalui fissura pterygomaxillaris, dan melalui fissura ini berjalan arteria maxillaries. Pemberian nama fossa pterygopalatina adalah dengan alasan : fossa tersebut terletak di antara kedua lamina pterygoidei ossis sphenoidalis dan os palatinum. Fossa ini berlokasi di sebelah caudal dari apex orbita. Di dalam fossa pterygopalatina terdapat nervus maxillaris, arteria maxillaris dan ganglion pterygopalatinum.
            Dengan cavitas nasi, fossa pterygopalatina dihubungkan melalui foramen sphenopalatinum.

NORMA BASALIS
            Tanpa mandibula, norma basalis (= norma basilaris) dibentuk oleh processus palatinus ossis maxilae, os palatinum, os vomer, os sphenoidale (processus pterygoideus, ala major, corpus), facies inferior os temporale (pars squamosa, pars petrosa) dan facies inferior os occipitale.
OS OCCIPITALE terdiri dari empat bagian dan mengelilingi foramen occipitale magnum. Foramen ini terletak pada pertengahan jarak antar processus mastoideus, dilalui oleh medulla spinalis yang segera berubah menjadi medulla oblongata, meninx, ramus spinalis N.accessories, ramus meningealis nervus spimalis C 1 – 3 dam arteria vertebralis. Pada margo anterior dan margo posterior foramen occipitale magnum terdapat perlekatan dari membrana atlantio-occipitalis. Titik tengah dari margo inferior foramen occipitale magnum disebut Basion.
Bagian-bagian dari os occipitale adalah :
2.5.                SQUAMA OCCIPITALIS
2.6.                PARS LATERALIS
2.7.                PARS BASILARIS
Bagian tersebut menyatu pada usia 6 tahun.
SQUAMA OCCIPITALIS
            Membentuk basis cranii dan bagian posterior cranium, dan batasnya adalah protuberantia occipitalis externa bersama-sama dengan linea nuchae superior. Dari protuberantia occipitalis externa ke arah foramen occipitale magnum terdapat suatu peninggian, yang dinamakan crista occipitalis externa, tempat melekat ligamentum nuchae. Kira-kira dari pertengahan crista terdapat linea nuchae inferior yang menuju ke arah lateral.
Pada linea nuchae superior melekat galea aponeurotica dan beberapa otot, seperti m.trapezius, m.sternocleidomastoideus.
PARS LATERALIS
            Membentuk condylus occipitalis, dua buah tonjolan besar yang berada pada sisi-sisi foramen occipitale magnum. Condylus ini membentuk persendian dengan atlas dan sekaligus meneruskan berat cranium ke columna vertebralis. Posisi condylus occipitalis adalah setinggi dengan palatum durum. Di sebelah dorsal dari condylus occipitalis terdapat fossa condyloidea, yang mengandung canalis condyloideus dan dilalui oleh vena emmisaria. Di sebelah cranial dari condylus occipitalis terdapat canalis hypoglossi, dilalui oleh Nervus hypoglossus.
            Pars lateralis juga membentuk processus jugularis, yang meluas ke arah lateral menuju os temporale,  membentuk dinding posterior foramen jugulare. Foramen jugulare dilalui oleh vena jugularis interne, sinus petrosus inferior, Nervus glossopharyngeus, Nervus vagus dan Nervus accessories.

PARS BASILARIS (=BASIS-OCCIPUT)
            Membentuk persendian dengan os sphenoidale, persendian ini menutup pda pria usia 13 – 18 tahun dan pada wanita di usia 12 – 16 tahun.
Di sebelah ventral foramen occipitale magnum terdapat tuberculum pharyngeum, tempat melekat m.constrictor pharyngeus dan raphe pharyngeum. Tuberculum ini dipakai sebagai patokan untuk menentukan batas antara pharynx di bagian ventral dan vertebra cervicalis beserta otot-otot di bagian dorsal.
            Pada sisi pars basilaris terdapat foramen lacerum yang tertutup oleh cartilago, kecuali di bagian cranial dilalui oleh arteria carotis interna.

MORFOLOGI TULANG-TULANG CRANIUM

OS FRONTALE
            Terdiri dari dua bagian, yakni squama frontalis yang membentuk dahi dan pars orbitalis atau pars horizontal yang membentuk atap orbita dan cavitas nasi.
            Facies externa squama frontalis berbentuk konveks dan pada linea mediana masih terdapat sisa dari sutura metopica, yaitu sutura yang dibentuk oleh squama frontalis sinistra dan squama frontalis dextra, yang menghilang pada usia 8 tahun, namun dapat juga menetap seumur hidup.
            Pada squama frontalis terdapat :
1.    Tuber frontale (= eminentia frontale), terletak di sebelah kiri dan kanan linea mediana kira-kira 3 cm di sebelah cranial dari margo supraorbitalis
2.    Arcus superciliaris, suatu penonjolan yang berada di sebelah caudal tuber frontale dan dipisahkan oleh suatu cekungan dari tuber frontale, arcus superciliaris sinister dan dexter bertemu pada linea mediana, membentuk Glabella. Pada pria bentuk arcus superciliaris lebih besar daripada wanita, dan turut ditentukan oleh ukuran sinus frontale
3.    Margo supraorbitalis adalah tepi caudal dari squama frontalis yang membentuk batas dari orbita, terletak di sebelah caudal dari arcus superciliaris dan berbentuk arcus; bagian lateral dari margo supraorbitalis tajam dan agak menonjol, berfungsi melindungi bulbus oculi, sedangkan bagian medial dari margo supraorbitalis berbentuk bulat dan pada perbatasan atau bagian medial dan sepertiga intermedia incisura supraorbitalis atau foramen orbitale, dilalui oleh nervus dan vasa supraorbitalis. Ke arah lateral margo supraorbitalis berakhir pada processus zygomaticus ossis temporalis. Processus zygomaticus ini membentuk persendian dengan os zygomaticum. Dari processus zygomaticus ossis frontalis terdapat linea temporale (linea temporalis superior et inferior) yang melanjutkan diri dengan linea yang sama pada os parietale
4.    pars nasalis yang berada di antara kedua margo supraorbitalis, menonjol ke arah inferior, membentuk incisura nasalis yang mengadakan persendian dengan os nasale, processus frontalis maxillae dan os lacrimale. Pertengahan dari sutura frontonasalis disebut Nasion. Dari bagian tengah incisura nasalis terdapat spina nasalis yang menonjol ke arah inferior, turut membentuk septum nasi dengan mengadakan persendian dengan os nasale dan lamina perpendicularis ossis ethomoidalis.
Facies interna squama frontalis berbentuk konkaf dan pada linea mediana terdapat sulcus sagitalis yang berakhir pada crista frontalis. Sulcus sagitalis ditempati oleh sinus sagitalis superior. Pada tepi sulcus sagitalis dan pada crista frontalis melekat falx cerebri. Pada ujung caudal crista frontalis terdapat foramen caecum yang dilalui oleh sebuah vena dari cavitas nasi yang menuju dan bermuara ke dalam sinus sagitalis superior.
Pars orbitalis (=pars horizontalis) membentuk lamina orbitalis yang membentuk orbita dan dipisahkan satu sama lain oleh incisura ethmoidalis. Facies inferiornya konkaf dan licin, di bagian lateral membentuk fossa glandulae lacrimalis, ditempati oleh glandula lacrimalis, dan di bagian medial membentuk fovea trochlearis spina trochlearis. Facies superior atau facies infracranialis dari pars orbitalis berbentuk konveks dan tidak rata (cekungan-cekungan), ditempati oleh lobus frontalis cerebri dan vasa meningealis.
Incisura ethmoidalis memisahkan kedua pars orbitalis satu sama lain, dan ditempati oleh lamina cribriformis ossis ethmoidalis. Tepi incisura ethmoidalis bersatu dengan facies Incisura ethmoidalis memisahkan kedua pars orbitalis satu sama lain, dan ditempati oleh superior ossis ethmoidalis membentuk (melengkapi) cellulae ethmoidales.
Di sebelah anterior dari incisura ethmoidalis terdapat sinus frontalis, yang berada di dalam os frontale. Melalui ductus frontonasalis sinus frontalis dihubungkan dengan cavitas nasi, dan bermuara ke dalam meatus nasi medius (infudibulum).
Antara os frontale dan os parietale terbentuk sutura coronalis.

OS PARIETALE
            Tulang pipih (os planum) berbentuk segiempat, bertemu dengan pihak yang sebelah membentuk sutura sagitalis . Sutura sagitalis membentuk sudut tegak lurus dengan sutura coronalis. Mempunyai empat buah tepi, masing-masing adalah (1) margo sagitalis (di cranial), (2) margo frontalis (di anterior), (3) margo occipitalis (di posterior) dan (4) margo squamos (di caudal). Membentuk empat buah sudut, yaitu (1) angulus frontalis, (2) angulus occipitalis, (3) angulus mastoideus dan (4) angulus sphenoidalis.
Facies externa (facies lateralis) konveks, permukaan licin, di bagian tengah membentuk eminentia parietalis (pusat penulangan). Pada facies lateralis terdapat juga linea temporalis superior, tempat melekat fascia temporalis, dan linea temporalis inferior, tempat melekat m.temporalis. di sebelah cranial dari linea temporalis superior melekat galea aponeurotica. Dekat pada margo sagitalisa terdapat foramen parietale, dilalui oleh sebuah vena yang menuju ke sinus sagitalis superior. Adakalanya foramen parietale tidak terbentuk, dan kalau ada maka ukurannya bervariasi.
            Facies interna (= facies cerebralis) konkaf sesuai dengan bentuk lobus parietalis cerebri yang dilindunginya, dan membentuk sulcus arteriosus ( dilalui oleh arteria meningea media) serta sulcus sagitalis (dilalui oleh sinus sagitalis superior). Pada tepi sulcus sagitalis melekat falx cerebri. Di sebelah kiri dan kanan sulcus sagitalis terdapat foveolae granulares (Pacchioni), berupa cekungan-cekungan kecil yang ditempati oleh granulatio arachnoidales.
Os parietale membentuk sutura lambdoidea dengan os occipitale, dan tempat pertemuan sutura sagitalis dengan kedua sutura lambdoidea membentuk lambda.
            Yang dimaksud dengan Bregma adalah pertemuan sutura sagialis dengan sutura coronalis. Daerah tersebut pada anak-anak sampai usia 1,5 – 2 tahun tetap terbukan (ditutupi oleh jaringan ikat), disebut Fonticulus anterior (=Fontanelia anterior).

OS OCCIPATALE
            Berada di bagian postero-caudal dan bertumpu pada atlas membentuk articulatio atlanto-occipitalis. Dataran facies cerebralis berbentuk konkaf, permukaan facies superficialis berbentuk konveks. Bagian-bagian dari os occipitale membatasi suatu lobang yang oval, dinamakan foramen occipitale magnum. Pada tepi foramen ini melekat membrana atlanto-occipitalis anterior et posterior. Bagian anterior tepi foramen occiptale magnum dibentuk oleh tepi medial condylus occipitalis.
            Pada facies externa squama occipitalis terdapat protuberantia occipitalis externa, linea nuchae superior, linea nuchae inferior. Daerah squama occipitalis yang berada di sebelah superior linea nuchae superior disebut planum occipitale, ditempati oleh m.occipitalis, dan daerah yang berada di sebelah inferior linea nuchae superior disebut planum nuchae.
            Pada facies interna (=facies cerebralis) terdapat eminentia cruciformis yang memisahkan empat buah lekukan. Dua buah lekukan (=fossae) berada di bagian superior yang berbentuk segitiga dan ditempati oleh lobus occipitalis cerebri; dua buah lekukan lainnya berada di sebelah inferior berbentuk segiempat adalah tempat lokasi dari hemispherium cerebelli. Tempat pertemuan dari keempat fossa tersebut tadi disebut protuberantia occipitalis interna.
Bagian dari eminentia cruciformis yang berada di sebelah inferior protuberantia occipitalis interna disebut crista occipitalis interna, yang membentuk bifurcatio dekat pada foramen occipitale magnum; pada crista ioni melekat falx cerebelli.
Ke arah superior dari protuberantia occipitalis interne terdapat sulcus sagittalis, biasanya di sebelah kanan, yang merupakan tempat dari bagian posterior sinus sagittalis superior. Pada tepi sulcus ini melekat falx cerebri. Dari protuberantia occipitalis interna ke arah lateral terdapat sulcus transversus (= sulcus sinus transversi), ditempati oleh sinus transversus, pada tepi sulcus ini melekat tentorium cerebelli. Biasanya sulcus transversus dexter lebih besar dari yang sinister, dan merupakan lanjutan dari sulcus sagitalis superior.
            Pars lateralis ossis occipitalis terletak pada sisi lateral foramen occipitale magnum, dan pada facies inferiornya terbentuk condylus occipitalis. Condylus tersebut berbentuk oval, bagian anterior (ujung anterior) bersatu dengan pars basilaris ossis occipitalis dan bagian posterior (ujung posterior) letak saling menjauhi sampai mencapai bagian tengah foramen occipitale magnum. Permukaan persendian berbentuk konveks, menghadap ke arah latero-caudal. Pada tepi condylis occipitalis melekat capsula articularis atlanto-occipitalis. Pada basis condylus occipitalis terdapat canalis hypoglossi, dilalui oleh Nervus hypoglossus. Di sebelah posterior dari condylus occipitalis terletak fossa condylaris, pada fossa ini terdapat canalis condylaris (dilaui oleh vena emissaria).
            Di sebelah lateral dari bagian posterior condylus occipitalis terdapat suatu daerah berbentuk segiempat, disebut processus jugularis, yang ke arah anterior membentuk incisura jugularis, dan merupakan bagian posterior dari foramen jugulare. Ke arah lateral processus jugularis membentuk suatu daerah segiempat atau segitiga, yantg mengadakan persendian dengan facies jugularis ossis temporalis.
            Facies superior (-facies cerebralis) dari pars lateralis ossis occipitalis membentuk tuberculum jugulare, suatu penonjolan yang berbentuk oval yang menutupi canalis hypoglossi. Pada permukaan tuberculum ini terdapat suatu sulcus yang dilalui oleh Nervus glossopharyngeus, Nervus vagus dan Nervus accessories.
Pada permukaan superior processus jugularis terdapat sebuah sulcus yang berjalan ke arah medial dan anterior, melanjutkan diri pada incisura jugularis. Pada tepi medial sulcus ini terdapat lubang dari canalis condylaris.
            Pars basilaris ossis occipitalis terletak di bagian anterior foramen occipitalis magnum, bersatu dengan corpus ossis sphenoidalis. Sampai usia 25 tahun di antara kedua ujung tulang itu terdapat jaringan cartilago, dan selanjutnya membentuk synostosis. Pada facies inferior pars basilaris terdapat tuberculum pharyngeum, yang terletak 1 cm di sebelah anterior foramen occipitale magnum, tempat melekat raphe pharyngeum. Facies superior (facies cerebralis) berbentuk suatu lekukan yang cukup luas, ditempati oleh medulla oblongata.
            Dekat tepi foramen occipitale magnum terdapat perlekatan dari membrana tectoria.
Pada tepi lateral pars basilaris, pada facies cerebralis, terdapat sulcus petrosus inferior. Os occipitale mengadakan hubungan dengan tulang-tulang  disekitarnya, sebagai berikut  :
1.    di sebelah superior dengan os parietale, membentuk fonticulus posterior (=fonticulus occipitalis) ;
2.    di bagian inferior dengan corpus ossis spheinoidalis ;
3.    di sebelah lateral dengan pertemuan antara angulus mastoisdeus ossis parietalis dengan pars mastoidea ossis temporalis.
OS TEMPORALE
            Istilah Temporale berasal dari Tumpus (bahasa latin) yang berarti waktu, dan digunakan dengan alasan rambut uban dimulai tampak di daerah tersebut.
Os temporale terdiri dari lima bagian, sebagai berikut : (1) pars squamosa, (2) pars tympanica, (3) pars styloideus, (4) pars mastoidea dan (5) pars petrosa.
            PARS SQUAMOSA tipis, membentuk bagian anterior dan superior dari os temporale. Facies externus halus dan konveks, membentuk sebagian dari fossa temporalis, dan merupakan tempat perlekatan m.temporalis. Tempat perlekatan m.temporalis dibatasi oleh linea temporalis. Di bagian inferior pars squamosa terdapat processus zygomaticus yang menonjol ke arah anterior. Tepi superior dari processus zygomaticus berbetuk panjang, tipis dan tajam, menjadi tempat perlekatan fascia temporalis, sedangkan tepi inferior pendek, tebal dan melengkung, tempat melekat dari m.masseter. permukaan lateral dari processus zygomaticus berbentuk konveks dan terletak subcutaneus (dapat dipalpasi), permukaan medial konkaf dan tempat melekat dari m.masseter. ujung anterior mengadakan articulus dengan os zygomaticum membentuk arcus zygomaticus.
Tepi superior dari ujung posterior processus zygomaticus ke arah posterior membentuk radix posterior, yang terletak di cranialis dan meatus acusticus externus, dan melanjutkan diri pada linea temporalis. Radix anterior dari processus zygomaticus ke arah anterior melanjutkan diri dengan tepi inferior processus zygomaticus, membentuk tuberculum articulare, suatu tonjolan yang besar, bundar, kuat dan mengarah ke medial. Tuberculum articulare membentuk tepi anterior dari fossa mandibularis. Di antara dinding posterior meatus acusticus externus dan radix posterior dari processus zygomaticus terdapat suatu daerah segitiga yang disebut spina supra meatum (= fossa mastoidea = foveola suprameatica).
            Fossa mandibularis di bagian anterior dibentuk oleh tuberculum articulare, mempunyai permukaan yang halus, dilapisi oleh cartilago, dan mengadakan persendian dengan processus condyloideus mandibulae, membentuk articulatio temporomandibularis. Bagian posterior dari fossa mandibularis yang dibentuk oleh pars tympanica ossis temporalis bersifat non articularis.
            Facies superior (= facies cerebralis) dari pars squamosa mempunyai lekukan-lekukan yang sesuai dengan bentuk lobus temporalis cerebri dan vasa meningea media. Tepi superior dari squama tipis, menutupi tepi os parietale, membentuk sutura squamosa.
PARS TYMPANICA adalah tulang berbentuk melengkung, terletak di bagian inferior yang squamosa dan di sebelah anterior processus mastoideus. Permukaan posterior konkaf, membentuk dinding anterior, lantai dan sebagian dari dinding  posterior pars osseum meatus acusticus externus. Permukaan anteroinferior dari pars tympanica berbentuk segiempat, sedikit konkaf, membentuk bagian posterior fossa mandibularis. Permukaan lateral bebas dan kasar, tempat melekat dari pars cartilaginis meatus acusticus externus.
            Pada pars tympanica terdapat meatus acusticus externus, suatu saluran yang mengarah sedikit ke anterior, dinding anterior, lantai dan bagian inferior dinding posterior dibentuk oleh pars tympanica, sedangkan dinding atap dan bagian superior dinding posterior dibentuk oleh pars squamosa. Pada ujung medialis (inner end) dari meatus acusticus externus terdapat membrana tympanica.
PARS MASTOIDEA adalah bagian posterior dari os temporale dan bersatu dengan os squamosa. Permukaan externus kasar, tempat melekat m.occipitalis. dekat pada tepi posterior terdapat foramen mastoideum, dilalui oleh sebuah vena yang menuju ke sinus transversus (= sinus sigmoideus) dan sebuah cabang-cabang kecil dari arteria occipitalis yang menuju ke dura mater. Foramen mastoideum bervariasi menurut lokalisasi dan ukurannya, seringkali juga tidak ada.
            Processus mastoideus adalah suatu tonjolan agak bulat atau berbentuk konus (bervariasi dalam bentuk dan ukuran), tempat  melekat m.stemocleidomastoideus, m.splenius capitis dan m.longisimus capitis. Pada facies medialis dan processus mastoideus terdapat incisura mastoidea (= fossa digistrica), tempat melekat m.digastricus, dan di sebelah medialnya terdapat sulcus occipitalis, dilalui oleh arteria occipitalis. Pada facies medialis (= facies cerbralis) terdapat sulcus sigmoideus, ditempati oleh sinus sigmoideus ( kelanjutan dari sinus transversus). Antara sulcus sigmoideus dengan cellulae mastoidei terdapat lembaran tulang yang sangat tipis, bahkan bisa tidak sempurna.
Tepi superior pars mastoidea agak lebar dan bergerigi, membentuk persendian dengan angulus mastoideus ossis parietalis.
Tepi posterior pars mastoidea juga bergerigi dan membentuk persendian dengan tepi inferior os occipitele.
Ke arah anterior pars mastoidea bersatu dengan pars squamosa,  turut membentuk meatus acusticus externus dan cavitas tympanica.
            Processus mastoideus dibentuk oleh rongga-rongga kecil berisi udara yang diberi nama cellulae mastoidei. Salah satu rongganya yang besar disebut antrum tympanicum, terletak di bagian antero-lateral.
PARS PETROSA (=PYRAMIS) berbentuk pyramid, terletak di antara os sphenoidale dan os occipitale, berada pada basis carnii. Mempunyai apex, basis, 3 permukaan dan 2 buah tepi, di dalamnya berisi organ pendengaran dan equilibrium (= organum vestibulocochlearis).
            Basis bersatu dengan facies interna pars squamosa dan pars mastoidea. Apex dari pars petrosa (= apex pyramidis) mempunyai permukaan yang kasar dan tidak datar, terletak di antara tepi posterior ala magna ossis sphenoidalis dan pars basalis ossis occipitalis dan os sphenoidale. Pada daerah ini terdapat orificium internum (anterior) canalis caroticus, dan membentuk bagian pastero-lateral foramen lacerum.
            Facies anterior pyramidis merupakan dinding posterior dari fossa cranii media, melanjutkan diri pada facies interna pars squamosa dan membentuk sutura petrosquamosa. Pada permukaan ini terdapat :
1.    Eminentia arcuata, suatu penonjolan yang terletak di bagian tengah, merupakan indikasi untuk menentukan letak dari canalis semicircularis superior ;
2.    Di sebelah antero-lateral dari eminetia arcuata terdapat suatu cekungan yang menjadi indikasi posisi cavitas tympani, disebut tegmen tympani ;
3.    Sulcus nervi petrosi majori yang menuju ke hiatus canalis facialis, dilalui oleh nervus petrosus superficialis major ;
4.    Sulcus nervi petrosi minoris, berada di sebelah lateral hiatus canalis facialis, dilalui oleh n.petrosis superficialis minor ;
5.    Ujung terminal canalis caroticus, terletak dekat pada apex pyramidis, kadang-kadang dinding canalis carticus di sini dangat tipis ;
6.    Impressio trigemini, suatu cekungan yang berada pada apex pyramidis, ditempati oleh gengion semilunare Gasseri.
Facies posterior pyramidis membentuk pars anterior fossa cranii posterior. Dekat pada pertengahannya terdapat meatus acusticus internus, yang melanjutkan menjadi porus acusticus internus. Meatus internus ini bulat dan mempunyai tepi yang rata. Di sebelah lateral meatus acusticus internus terdapat fossa subarcuata.
Facies inferior mempunyai permukaan yang kasar dan tidak beraturan, turut membentuk sebagian dari norma basalis cranii. Pada facies ini terdapt foramen coraticum externum, dilalui oleh arteria carotis interna. Di sebelah posterior foramen coraticum externum terletak fossa jugularis, yang ditempeti oleh bulbus superior vena jugularis interna.
Di antara processus styloideus dan processus mastoideus terdapat foramen stylomastoideum, yang merupakan ujung terminal dari canalis facialis, dilalui oleh cabang perifer Nervus facialis.
Pada margo superior terdapat sulcus petrosus superior, ditempati oleh sinus petrosus superior, dan menjadi tempat perlekatan dari tentorium cerbelli. Pada ujung medial sulcus tersebut terletak Nervus trigemionus.
Pada bagian medial margo posterior pyramidis terdapat sebuah sulcus yang dilalui oleh sinus petrosus inferior, berkaitan dengan sulcus yang sama pada pars basilaris ossis occipitalis.
Pada bagian lateral margo posterior pyramidis terdapat fossa jugularis, yang bersama-sama dengan incisura jugularis ossis occipitalis membentuk foramen jugulare; banyak kali foramen ini terbagi dua.
Margo anterior bersatu dengan pars squamosa membentuk sutura petrosquamosa, juga bersatu dengan os sphenoidale.

OS SPHENOIDALE
            Turut membentuk basis cranii, terletak di sebelah anterior os temporale dan basis ossis temporalis. Terdiri dari (1) sebuah corpus di bagian medial, (2) dua buah ala major dan (3) dua buah ala minor yang berada di bagian lateral, memberi bentuk seperti kupu-kupu (4) dua buah processus pterygoideus yang berada pada facies inferior.
            CORPUS SPHENOIDALE berbentuk kubus, mengandung dua buah ruangan yang berisi udara, disebut sinus sphenoidalis, dipisahkan satu sama lain oleh sebuah septum yang tipis. Facies superior atau facies infracranial dari corpus membentuk spina ethmoidale ke arah rostral, yang mengadakan persendian dengan lamina cribrosa ossis ethmoidalis; di sebelah dorsalnya terdapat suatu dataran dengan permukaan yang licin, disebut jugum sphenoidale, agak meninggi di bagian medial dan melekuk pada kedua sisinya. Daerah ini di bagian posterior dibatasi oleh margo anterior dari sulcus chiasmatis. Pada sulcus ini terletak chiasma opticum, dan sulcus ini di sebelah lateral berakhir pada foramen opticum, dilalui oleh Nervus opticus dan arteria ophthalmica. Di sebelah posterior dari sulcus chiasmatis terdapat tuberculum sellae dan lebih ke posterior lagi terdapat suatu cekungan yang dalam, disebut sella tursica, ditempati oleh hypophyse, oleh karena itu cekungan ini disebut juga fossa hypophycialis. Fossa ini ditutupi (membentuk atap) oleh dura meter   yang membentuk    diaphragma sellae. Di sebelah anterior dari sellal tursica terdapat dua buah tonjolan, dinamakan processus clinoideus medius, tidak selamanya ada. Batas dorsal dari sella tursica adalah sebuah dataran,  disebut dorsum sellae, membentuk dua tonjolan ke arah superior, disebut processus clinoideus posterior,. Yang mempunyai bentuk dan ukuran yang berveriasi. Pada processus clinoideus posterior melekat tentorium cerbelli. Facies dorsalis dorsum sellae membentuk suatu cekungan yang dangkal, disebut clivus, selanjutnya bersatu dengan pars basilaris ossis occipitalis. Pada kedua sisi dorsum sellae terdapat sebuah cekungan yang dilalui oleh Nervus abducens, di sebelah inferiornya terdapat processus petrosus yang membentuk persendian dengan apex pyramidis ossis temporalis, membentuk dinding medial foramen lacerum.
            Facies lateralis dari corpus bersatu dengan ala major dan lamina medialis (processus pterygoidea). Pada tempat perlekatan dengan ala major ini terdapat sulcus caroticus. Di bagian posterior dari sulcus tadi, tepi lateralnya pada tempat pertemuan corpus dengan ala major membentuk suatu penonjolan yang dinamakan lingual sphenoidalis.
            Facies posterior dari corpus bersatu dengan pars basilaris corpus occipitalis. Facies anterior dari corpus membentuk dinding posterior cavitas nasi, dan pad alinea mediana membentuk crista sphenoidalis, yang mengadakan persendian dengan lamina perpendicularis ossis ethmoidalis, membentuk septum nasi. Pada kedua sisi dari crista ini terdapat muara dari sinus sphenoidalis.
            Sinus sphenoidalis bervariasi dalam bentuk dan ukurannya, jarang simetris, bisa meluas sampai mendekati foramen occipitale magnum. Sebagian dari sinus ini ditutupi oleh concha sphenoidalis, yang berupa suatu tulang yang tipis dan melengkung. Sisi lateral dari facies anterior sinus sphenoidalis membentuk persendian dengan lamina orbitalis ossis ethmoidalis. Tepi inferior membentuk persendian dengan processus orbitalis ossis palatini; tepi superior mengadakan persendian dengan lamina orbitalis ossis frontalis.
            Facies inferior dari corpus turut membentuk sebagian dari dinding cavitas nasi, dan pada linea mediana membentuk tonjolan berbentuk segitiga, disebut rostrum sphenoidale, menyatu dengan crista sphenoidalis pada permukaan anterior dan masuk ke dalam celah yang dibentuk oleh alae vomeris. Di sebelah lateral dan rostrum terdapat suatu penonjolan yang disebut processus vaginalis, mengarah ke medial dan berasal dari basis lamina medialis pterygoidei.
            ALA MAGNA (= ALA MAJOR) adalah tonjolan ke arah lateral dari corpus sphenoidalis. Bagian posterior dari tonjolan ini berbentuk segitiga, terletak pada sudut yang dibentuk oleh pars squamosa dan pars petrosa ossis temporalis, dan membentuk spina angularis (= spina ossis sphenoidalis) pada ujung inferiornya.
Facies cerebralis atau facies superior turut membentuk cranii media, ditempati oleh lobus temporalis cerebri. Di bagian antero-medial terdapt foramen rotundum, berbentuk bulat, dilalui oleh nervus maxillaries, di sebelah postero-lateralnya terdapat foramen ovale, dilalui oleh nervus mandibularis. Di sebelah posterior dari foramen ovale, pada angulus posterior dekat pada spina angulus terdapat foramen spinosum, dilewati oleh vasa meningea media.
Facies lateralis (= facies temporalis) berbentuk konveks, dibagi oleh crista infratemporalis  yang  letaknya  transversal  menjadi   dua   bagian, yaitu pars superior (= pars temporalis  yang menjadi   tempat   perlekatan m.temporalis   dan pars  inferior (= pars infratemporalis)  yang bentuknya lebih kecil, turut membentuk fossa infratemporalis.
Pada crista infratemporalis dan pada pars inferior melekat m.pterygoideus lateralis. Pada pars infratemporalis terdapat foramen ovale dan foramen spinosum, dan di sebelah posteriornya terdapat spina ossis sphenoidalis (= spina angularis). Pada facies medialis spina sphenoidalis terdapat chorda tympani. Pada spina ossis sphenoidalis melekat ligamentum sphenomandibulare dan m.tensor veli palatini.
Facies orbitalis membentuk pars posterior dinding lateral orbita. Tepi superiornya, bergerigi, melekat pada facies orbitalis ossis frontalis. Tapi inferiornya bulat, membentuk bagian pastero-lateral fissura orbitalis inferior. Tepi medialnya, tajam , membentuk bagian dari fissura orbitalis superior, dan membentuk sebuah tonjolan kecil yang menjadi tempat perlekatan m,rectus lateralis oculi.
Tepi lateral facies orbitalis bergerigi dan membentuk persendian dengan os zygomaticum.
Di sebelah inferior dari pars medialis fissura orbitalis superior terletak dinding posterior fossa pterygopalatina.
Bagian posterior dari tepi ala magna yang berada dekat pada corpus membentuk dinding anferior foramen lacerum, dan pada bagian ini terdapat lobang dari canalis pterygoideus. Sisi lateral dari ala major membentuk synchondrosis dengan pars petrosa ossis temporalis, dan di bagian inferiornya terdapt sulcus tubae auditivae, ditempati oleh pars cartilaginis tubae auditivae.
Margo squamosa melekat pada pars squamosa ossis temporalis. Margo parietalis melekat pada os parietale (angulus sphenoidale) Margo frontalis bersatu dengan os frontale, tepi ini melanjutkan diri kemedial dan membentuk bagian inferior fissura orbitalis superior, Margo zygomaticus melekat pada os zygomaticum.
            ALA PARVA (=ALA MINOR) adalah dua buah lembaran tipis yang berbentuk segitiga, berasal dari bagian antero-superior dari corpus, mengarah ke lateral dan berakhir dengan ujung yang lancip. Facies superiornya datar, ditempati oleh sebagian dari lobus frontalis cerebri. Facies interior membentuk pars posterior dinding superior (atap) orbita dan pars superior fissura orbitalis superior.
Margo anterior bergerigi, bersatu dengan os frontale. Margo posterior halus dan bundar, letaknya sesuai dengan fissura lateralis cerebri, dan ujung medialnya membentuk processus clinoideus anterior yang menjadi tempat melekatnya tentorium cerebelli.
Ala minor melekat pada corpus melalui radix superior dan radix inferior dan diantaranya terbentuk canalis opticus, dilalui oleh Nervus opticus dan arteria ophthalmica.
            PROCESSUS PTERYGOIDEUS adalah tonjolan ke lateral, berada dibagian inferior pasa tempat pertemuan corpus dengan ala major ossis sphenodalis. Terdiri atas lamina lateralius dan lamina medialis, bagian superiornya bersatu disebelah anterior, pada tempat pertemuan ini terdapat sulcus pterygopalatinus. Dibagian inferior lamina lateralius terpisah dari lamina medialis oleh fissura pterigoideus. Tepinya kasar dan membentuk persendian dengan processus pyramidalis ossis palatini. Kedua lamina itu ke arah posterior letak saling menjauhi satu sama lain (divergen) dan membatasi fossa pterygoidea, berbentuk huruf V. Pada fossa pterygoidea terdapat m. pterygoideus medialis dan m.tensor veli palatini. Disebelah superior dari fossa pterygoidea terdapat suatu cekungan berbentuk oval, disebut fossa scaphoidea, tempat melekat m.tensor veli palatini. Facies anterior dan processus pterygoideus luas, membentuk dinding posterior fossa pterygopalatina.
            Lamina lateralis processus pterygoidei bentuknya luas, tipis dan melengkung ;facies lateralisnya membentuk sebagian dari dinding medial fossa infratemporalis dan menjadi tempat perlekatan m.pterygoideus lateralis. Facies medial dari lamina lateralis dinding lateral fossa pterygoideus, tempat melekat m.ptertgoideus medialis.
            Lamina medialis processus pterygoideus mempunyai bentuk yang lebih ramping, tetapi lebih panjang daripada lamina lateralis. Ujung inferior melengkung ke lateral, membentuk hamulus pterygoideus. Facies lateral membentuk dinding medial fossa pterygoidea. Facies medial membentuk batas lateral danchoanea.
Ke arah superior lamina medialis meluas sampai pada permukaan inferior corpus sphenoidalis, membentuk processus vaginalis, yang di bagian anterior bersatu dengan processus sphenoidalis ossis palatini dan di bagian posterior bersatu dengan ala vomeris.
Di antara tepi posterior processus vaginalis dan sisi medial fossa scaphoidea terdapat tuberculum pterygoideum, di sebelah superiornya terdapat canalis pterygoideus, yang di bagian posterior berhubungan dengan foramen lacerum dan di bagian tengan anterior dengan fossa pterygopalatina.      
Pada facies inferior processus vaginalis terdapat sebuah sulcus yang dibentuk bersama-sama dengan processus sphenoidalis ossis palatini, dilalui oleh ramus pharyngealis arteria maxillaries dan nervus pharyngealis yang dipercabangkan oleh nervus pterygopalatina.
Di sepanjang tepi posterior lamina medialis melekat aponeurasis pharyngealis, daripada sepertiga bagian inferiornya terdapat origa dan m.constictor pharyngealis superior.
Tepi anterior lamina medialis bersatu dengan tepi posterior pars perpendicularis ossis palatini.
            CONCHAE SPHENOIDALES adalah dua buah lembaran tipis, melengkung, terletak di bagian anterior corpus sphenoidalis. Pada dinding anterior terdapat lubang keluar dari sinus sphenoidalis yang menuju ke recessus sphenoidalis di dalam cavitas nasi.

OS ETHMOIDALE
            Tulang yang ringan dan mempunyai rongga-rongga kecil, terletak di bagian anterior dari basis cranii, berada di antara kedua belah orbita, membentuk sebagian besar dinding superior cavitas nasi. Terdiri dari empat bagian ; (1) lamina cribrosa atau lamina horizontalis, membentuk sebagian dari basis cranii, (2) lamina perpendiculare, turut membentuk septum nasi, (3) dua buah labryinthus (= lateral mass).
            LAMINA CRIBROSA  bersatu dengan incisura ethmoidalis ossis frontalis membentuk dinding superior (atap) cavitas nasi. Ke arah superior membentuk crista galli, suatu tonjolan berupa lembaran berbentuk segitiga, terletak pada linea mediana. Pada tepi posterior crista galli melekat falx cerebri, sedangkan tepi anteriornya pendek, tebal dan membentuk persendian dengan os frontale, turut membentuk foramen caaecum. Pada sisi lateral crista galli terdapat lamina cribrosa, ditempati oleh bulbus olfactorius, ditembusi oleh Nervus olfactorius.
            LAMINA PERPENDICULARIS berbentuk lembaran yang turut membentuk septum nasi. Tepi anterior bersatu dengan os frontale dan os nasale. Margo posterior bersatu dengan crista sphenoidalis ( di bagian superior) dan dengan vomer (di bagian inferior). Tepi inferior lebih tebal daripada tepi posterior dan menjadi tempat melekat pars cartilaginis septum nasi.
            LABRYNTHUS ETHMOIDALIS terdiri dari sejumalh cellulae ethmoidales, yaitu rongga-rongga kecil dengan dinding yang sangat tipis, dibagi oleh dua lembaran yang etrletak vertikal menjadi tiga gugusan, yaitu gugusan anterior, medial dan posterior. Lembaran (lamina) lateral turut membentuk orbita, dan lembaran medial turut membentuk cavitas nasi.
Di bagian lateral dari facies superior terdapat canalis ethmoidalis anterior et posterior, yang dibentuk bersama-sama dengan os frontale; canalis ini bermuara ke dalam cavum orbita melalui foramen ethmoidale anterior et posterior.
Pada facies posterior terdapat rongga-rongga yang lebih besar dan tidak beraturan (irregular cellular cavities).
Facies lateralis tipis dan halus, disebut lamina orbitalis (= lamina papyracea), yang menututpi cellulae ethmoidales di bagian posterior dan medial, dan membentuk sebagian besar dinding medial orbita.
Membentuk persendian dengan lamina orbitalis ossis frontalis, maxilla, processus orbitalis ossis palatini, os lacrimale dan os sphenoiddale. Di sebelah anterior dari lamina orbitalis terdapat rongga-rongga kecil berisi udara, ditutupi oleh os lacrimale dan processus frontalis maxillae. Dari bagian ini ke arah inferior dan posterior terdapat suatu lembaran yang melengkung, disebut processus uncinatus, menuju labrynthus, membentuk sebagian dari dinding nedial sinus maxillaries, bersatu dengan processus ethmoidalis dari concha nasalis inferior.
            Permukaan medial dari labrynthus membentuk sebagian dari dinding lateral cavitas nasi. Berbentuk tipis dan kasar, berisikan saluran-saluran yang dilalui oleh cabang-cabang Nervus olfactorius ujung inferiornya berakhir bebas pada concha nasalis media. Bagian posterior dari facies medialis labrynthus dibagi oleh suatu fissura yang sempit yang letaknya anterior-posterior, disebut meatus nasi superior, yang memisahkan concha nasalis superior dari concha nasalis media. Concha nasalis media meluas sepanjang permukaan medial dari labrynthus dan empunyai tepi yang bebas dan tebal. Concha nasalis superior mempunyai bentuk yang lebih kecil daaripada concha nasalis media.
Meatus nasi superior adalah sebuah celah yang berada di bagian superior, ditutupi oleh concha nasalis superior, dan cellulae ethnoidalis pars superior mempunyai hubungan dengan celah ini.
Meatus nasi medius adalah juga celah yang sempit, yang meluas ke arah superior dan ditutupi oleh concha nasalis media. Dinding lateral concha nasalis media mengandung infundibulum, suatu saluran yang melengkung, memisahkan processus uncinatus di bagian inferior dengan bulla ethnoidalis di bagian superior. Aantara ainafundibulum dengan concha nasalis media terdapat hiatus semilunaris. Ostium sinus maxillaries terdapat di bagian dasar pada pars medialis infundibulum. Ostium sinus frontalis dan cellulae ethmoidalis anterior berada pada ujung anterior infundibulum atau berada di bagian antero-superior meatus nasi medius.

CONCHA NASALIS INFERIOR
            Merupakan sebuah tulang tersendiri, terletak horizontal di sepanjang dinding lateral cavitas nasi, dibentuk oleh tulang-tulang yang berongga (spongiosa), melengkung. Mempunyai dua buah permukaan, dua buah tepi dan dua buah extremitas (ujung-ujung).
            Facies medialis berbentuk konveks, mempunyai beberapa lubang-lubang kecil yang dilalui oleh pembuluh darah.
            Facies lateralis konkaf, membentuk sebagian dari meatus nasi inferior.
            Margo superior tipis, irreguler, bersatu dengan dinding lateral cavitas nasi. Dibagi menjadi 3 bagia, sebagai berikut : pars anterior, pars medialis danpars posterior.

VOMER
            Terletak pada dinding mediana, tetapi tepi anteriornya banyak kali bergeser ke arah satu sisi. Membentuk bagian posterior dan inferior septum nasi. Mempunyai dua buah permukaan dan empat buah tepi. Pada permukaannya terdapat alur-alur yang dilalui oleh pembuluh-pembuluh darah, membentuk sulcus nasopalatinus yang ditempati oleh nervus nasopalatinus dan vasa nasopalatina.
            Margo superior tebal, membentuk suatu sulcus yang dalam, yang bersatu dengan rostrum sphemoidalis, ke arah lateral membentuk ala vomeris yang berdatu dengan processus vaginalis dari lamina pterygoidea medialis dan dengan processus sphenoidalis ossis palatini.
            Margo inferior mengadakan persendian dengan maxilla dan os pa;atinum.
            Margo anterior adalah yang terpanjang, bagian superior bersatu dengan lamina perpendicularis ossis ethmoidalis dan bagian inferior bersatu dengan tepi inferior pars cartilaginis septum nasi.
            Margo posterior bebas, konkaf dan memisahkan choanae menjadi di bagian sinister dan dexter.



OS LACRIMALE
            Sebuah tulanag yang cukup kecil, berada di bagian anterior dinding medial orbita. Mempunyai dua buah facies dan empat buah tepi.
            Facies lateralis atau facies orbitalis dibagi oleh crista lacrimalis posterior, suatu tonjolan vertikal, menjadi dua bagian. Bagian anterior adalah sulcus lacrimalis yang membentuk fossa lacrimalis (= fossa sacci lacrimalis) bersama-sama dengan processus frontalis maxillae. Di bagian superior terdapat saccus lacrimalis dan bagian inferior ditempati oleh ductus nasolacrimalis. Bagian posterior turut membentuk dinding medial orbita.

MAXILLA
            Membentuk atap cavitas oris, lantai dan dinding lateral cavitas nasi dan lateral orbita. Di dalam maxilla terdapat sinus maxillaries. Turut membentuk fossa infratemporalis  dan  fossa   pterygopalatina.  Terdiri atas : (1) corpus maxillae, (2) processus  zygomaticus, (3) processus frontalis, (4) processus laveolaris dan (5) processus palatinus.
            CORPUS MAXILLAE berbentuk pyramid, mengandung sinus maxillaries (= antrum of Highmore). Mempunyai facies anterior, posterior (infratemporalis), superior (orbitalis) dan medialis (nasalis).
            Pada pars inferior facies anterior (facialis) terdapat sederetan tonjolan, disebut juga alveolaria, yang sesuai dengan posisi radix dentes. Di sebelah superior gigi incisivus terdapat fossa incisive. Di sebelah lateral fossa incisiva terdapat fossa canina, yang bentuknya lebih besar dan lebih dalam. Di sebelah superior dari fossacanina terdapat foramen infraorbitale, dilalui oleh nervus infraorbitalis dan vasa infraorbitalis.
Di sebelah medial facies anterior membentuk incisura nasalis, dan pada linea mediana membentuk spina nasalis anterior.
            Facies infratemporalis dipisahkan dari facies anterior oleh processus zygomaticus bersama dengan tonjolan ke arah superior dari ujung radix gigi molar I, yang disebut crista zygomaticoalveolaris. Pada pars inferior facies infratemporalis terdapat tuber maxillare, yang tampak menonjol setelah gigi molar III tumnuh.
            Facies orbitalis membentuk sebagian besar dari lantai orbita, di sebelah medial membentuk incisura lacrimalis, di sebelah posterior dari incisura ini terdapat persendian dengan os lacrimale, lamina orbitalis (lamina papyracea) ossis ethmoidalis dan processus orbitalis ossis palatini. Di sebelah posterior membentuk tepi yang bundar yang merupakan tepi anterior dari fissura orbitalis inferior. Dekat di bagian tengah pada pars posterior facies orbitalis terdapat sulcus infraorbitalis, dilalui oleh nervus infraorbitalis dan vasa infraorbitalis. Sulcus infraorbitalis melanjutkan diri menjadi canalis infraorbitalis dan berrakhir pada foramen infraorbitale, yang terletak di sebelah caudal margo inferior orbita.
            Pada facies nasalis terdapat hiatus maxillaries, suatu lubangg yang menuju ke sinus maxillaries. Pada tepi superior dari hiatus maxillaries terdapat rongga kecil yang berisi udara, ditutupi oleh os ethmoidale dan os lacrimale. Di sebelah inferior hiatus terdapat cekungan yang turut membentuk meatus nasi inferior, dan di sebelah posteriornya lagi bersatu dengan pars perpendicularis ossis palatini. Di seblah rostral dari hiatus maxillaries terdapat sulcus nasolacrimalis, dan selanjutnya membentuk canalis nasolacrimalis bersama-sama dengan os lacrimale dan concha nasalis inferior. Canalis nasolacrimalis dilalui oleh ductus nasolacrimalis dan bermuara ke dalam meatus nasi inferior.
            SINUS MAXILLARIS (= antrum, of Highmore) adalah sebuah rongga yang terbentuk pyramid terdapat di dalam corpus maxillae. Dindingnya tipis dan berkaitan dengan facies nasalis, orbitalis, anterior dan infratemporalis dari corpus maxillae. Sinus maxillaries bermuara ke dalam meatus nasi medius.
            PROCESSUS ZYGOMATICUS berbentuk segitiga, terletak pada pertemuan facies anterior, infratemporalis dan orbitalis. Membentuk persendian dengan os zygomaticum dan turut membentuk permukaan anterior wajah dan fossa infratemporalis.
            PROCESSUS FRONTALIS berupa suatu lembaran yang kuat, turut membentuk batas lateral cavitas nasi. Permukaan lateral halus dan menjadi tempat perlekatan beberapa otot mimik. Facies medialis menjadi dinding lateral. Tepi superior processus frontalis bersatu dengan os frontale, tepi anterior membentuk persendian deangan os nasale, tepi posterior bersatu dengan os lacrimale membentuk fossa lacrimalis.
            PROCESSUS ALVEOLARIS mempunyai lubang-lubang yang dalam, yang ditempati oleh radix dentis. Kedudukan processus alveolaris membentuk arcus alveolaris.
            PROCESSUS PALATINUS terletak horizontal, meluas ke arah mesial dari facies nasalis maxillae. Membentuk lantai cavitas nasi dan sekaligus atap dari cavitas oris. Facies inferior konkaf, kasar, tidak rata, dan membentuk dengan pihak yang sebelah tiga per empat bagian anterior palatum durum. Pada bagian ini terdapat beberapa lubang kecil yang dilalui oleh pembuluh darah, dan terdapat cekungan-cekungan kecil yang ditempati oleh glandula palatina.
Di bagian posterior foramen palatinum major, dilalui oleh vasa palatina major dan nervus palatina major, di sebelah posteriornya terdapat canalis palatinus minor. Pada linea mediana di bagian anterior, pada tempat pertemuan maxilla sinistra dan dextra, terdapat foramen incisivum, tepatnya di posterior gigi incisivus.
OS PALATINUM
            Berbentuk huruf L, terdiri dari lamina perpendicularis dari lamina horizontalis. Lamina horizontalis bertemu dengan pihak sebelah membentuk seperempat bagian posterior palatinum durum. Pada pertemuan kedua lamina tersebut terbentuk processus pyramidalis, yang menonjol ke dorso-lateral, memisahkan maxilla daripada processus pterygoideus ossis sphenoidalis.
Dari lmina perpendicularis terdapat processus, orbitalis dan processus sphenoidalis yang turut membentuk foramen sphenopalatinum.

MANDIBULA
            Merupakan tulang yang terbesar dan paling kuat dari wajah. Terdiri dari sebuah corpus dan dua buah ramus. Pertemuan antara corpus dan ramus mandibulae membentuk angulus mandibulae. Bagian yang paling menonjol ke lateral dari angulus disebut Gonion. Sudut angulus mandibulae berkisar antara 110 – 140 derajat, rata-rata 125 derajat.
            CORPUS MANDIBULAE berbentuk huruf U, membentuk facies interna dan facies externa, margo superior (pars alveolaris) dan margo inferior (= basis mandibulae). Pada facies externa, di linea mediana terdapat symphysis menti, yakni pertemuan antara corpus mandibulae bagian kiri dan kanan. Ke arah inferior membentuk tonjolan berbentuk segitiga, disebut protuberantia mentalis, dan di sebuah kiri kananya membentuk tuberculum mentale (sebagai basis dari protuberantia mentalis).
Ke arah lateral, seringkali di sebelah caudal dan gigi premolar II terdapat foramen mentale, dilalui oleh nervus mentalis dan vasa mentalis.
Dari tuberculum mentale terdapat linea oblique yang menuju ke arah dorso-cranial sampai pada tepi anterior ramus anterior mandibulae.
Pars superior corpus disebut pars alveolaris membentuk kantong (rongga) yang dinamakan alveolus, ditempati oleh dentis.
            Margo inferio mandibulae dinamakan basis mandibulae. Suatu cekungan dengan permukaan yang kasar terdapat di bagian posterior dari basis mandibulae, dekat pada symphsis menti, disebut fossa digastrica.
            Pada facies interna terdapat spina mentalis, berada di dorsalis dari symphisis. Di sini melekat m.genioglossus. dari fossa digastrica terdapat linea mylohlyoidea, suatu garis yang berjalan oblique, ke arah dorso-cranial mencapai suatu titik yang berada di sebelah posterior gigi molar III. Pada linea ini terdapat perlekatan m.mylohyoideus. di sebelah caudal dari linea mylohyoidea terdapat fovea submandibularis, sebagian ditempati oleh glandula submandibularis. Di sebelah anterior, di cranialis dari linea mylohyoidea terrdapat fovea sublingualis, ditempati oleh glandula sublingualis. Ujung anterior dari sulcus mylohyoideus mencapai corpus mandibulae di sebelah inferior dari ujung posterior linea mylohyoidea.
            RAMUS MANDIBULAE mempunyai facies lateralis dan medialis, margo anterior, margo superior dan margo posterior.
Facies lateralis datar, ditempati oleh m.massester. pada facies medialis terdapat foramen mandibulare, yang selanjutnya membentuk canalis mandibularis, berjalan ke arah caudoanterior. Dilalui oleh nervus alveolaris inferior dan vasa alveolaris inferior. Pada tepi medial foramen mandibulae terdapat linguak mandibulae, tempat melekat ligamentum sphenomandibulare. Canalis mandibularis berjalan ke anterior menuju ke linea mediana, membentuk suatu saluran yang bermuara pada foramen mentale, yang terdapat pada facies lateral corpus mandibulae.
            Tepi anterior ramus mandibulae membentuk incisura mandibulae. Di sebelah anterior membentuk processus coronoideus, tempat melekat m.temporalis. tonjolan yang berada di bagian posterior membentuk processus condylaris, yang terdiri dari caput mandibulae dan collum mandibulae. Caput mandibulae dilapisi oleh fibrocartilago yang bersama-sama dengan os temporale membentuk articulatio temporomandibularis. Tepi anterior dari ramus mandibulae dapat dipalpasi dari dalam cavum oris.

CAVITAS CRANII
            Dibentuk oleh cranii dan facies superior basis cranii. Ditempati oleh encephalon, bersama dengan meninx, dan nervi craniales dan pembuluh-pembuluh darah. Rongga pada basis cranii dibagi menjadi Fossa cranii anterior, Fossa cranii media dan Fossa cranii posterior.
            FOSSA CRANII ANTERIOR ditempati oleh lobus frontalis cerebri dan lantainya dibentuk oleh os ethmoidale, os frontale dan os sphenoidale. Pada pantai fossa cranii anterior terdapat crista galli dan lamina cribrosa; lamina cribrosa ditempati oleh bulbus olfactus dan dilalui oleh fila olfactoria, yang berasal dari mucosa cavitas nasi. Os ethmoidale mengadakan persendian dengan jugum sphenoidale, yaitu bagian dari corpus sphenoidalis yang membentuk atap dari sinus sphenoidalis.
            Ke arah lateral, sebagian besar dari fossa cranii anterior dibentuk oleh lamina  orbitalis ossis frontalis, berbentuk konveks dan terdapat ce4kungan-cekungan, ditempati oleh gyrus dan sulcus cerebri. Bagian ini membentuk atap orbita dan cellulae ethmoidalis. Lamina orbitalis ini bersatu dengan ala minor ossis sphenoidalis. Ala minor membentuk margo posterior yang tajam, disebut sphenoidal ridge, yang memisahkan fossa cranii anterior dari fossa cranii media. Tonjolan ini masuk ke dalam sulcus lateralis cerebri. Sphenoidal ridge di bagian medial berakhir pada processus clinoideus anterior, menjadi tempat perlekatan dari tentorium cerebelli.
Fossa cranii anterior terletak lebih tinggi daripada fossa cranii lainnya.
            FOSSA CRANII MEDIA mempunyai lantai seperti kupu-kupu dengan bagian tengah yang sempit dan di bagian lateral yang lebar. Bagian medial dari fossa cranii media dibentuk oleh sphenoidale, di sebelah anterior dibatasi oleh limbus sphenoidalis. Limbus sphenoidalis membentuk tepi anterior dari sulcus chiasmatis, yang selanjutnya menjadi canalis opticus. Di sebelah dorsal sulcus chiasmatis terdapat sella tursica. Batas anterior sella tursica dibentuk oleh tuberculum sellae, yang membentuk tepi posterior dari sulcus chiasmatis. Batas dorsal sella tursica adalah dorsum sellae, yang membentuk dua buah tonjolan ke cranial, disebut processus clinoideus posterior, tempat melekat tentorium cerebelli. Pada sella tursica terdapat fossa hypophyse, menjadi atap dari sinus sphenoidalis, dan ditempati oleh hypophyse. Pada sisi lateral corpus sphenoidalis terdapat sulcus caroticus, yang dimulai pada foramen lacerum, berjalan ke cranial-ventral – cranial kembali, di sebelah medial processus clinoideus medius. Sulcus caroticus dilalui oleh arteria carotis interna.
            Bagian lateral dari fossa cranii media dibentuk oleh ala major ossis sphenoidalis bersama-sama dengan pars squamosa dan pars petrosa ossis temporalis. Ditempati oleh lobus temporalis cerebri. Di sebelah anterior dibatasi oleh tepi posterior dari ala minor ossis sphenoidalis dan di sebelah dorsal dibatasi oleh margo superior pars petrosa ossis temporalis. Pada bagian ini terdapat fissura orbitalis superior, foramen rotundum, foramen ovale dan foramen spinosum.
            FOSSA CRANII POSTERIOR letaknya paling rendah dan ditempati oleh cerebellum, pons dan medulla oblongata, dibentuk oleh os sphenoidale, os temporale, os parietale dan os occipitale. Pada lantainya terdapat foramen occipitale magnum dan canalis nervi hypoglossi. Pada dinding fossa cranii posterior terdapat protuverantia occipitalis interna, sulcus sagitalis, sulcus transversus dan sulcus sigmoideus.


BAB III
EMBRYOLOGY  MANUSIA


            Perkembangan  manusia  dimulai dari adanya suatu pembuahan yaitu proses pertemuan dua sel  khusus antara sel benih pria (spermatozoon) dengan sel benih wanita (ovum).   Kedua sel tersebut  bergabung menjadi satu membentuk organisme baru disebut zygote.
            Pada embryo manusia, sel benih sederhana  ( primordial germ cells = PGC)  terbentuk pada dinding yolk sac pada  akhir minggu ketiga.  Sel-sel ini  selanjutnya akan bermigrasi dari asalnya menuju ke arah  kelenjar kelamin  (gonade) yang sedang berkembang.  Setelah PGC sampai  pada gonade wanita (ovarium) akan berdiferensiasi menjadi oogonia.  Apabila  PGC tadi bermigrasi ke gonade  pria  (testis) akan berkembang menjadi spermatogonia.
            Proses pembentukan sel benih (sel gamet) disebut  gametogenesis, terdiri dari dua jenis:
1.     Proses pembentukan sel benih pria  disebut  SPERMATOGENESIS
2.     Proses pembentukan sel benih wanita  disebut  OOGENESIS.

A.      SPERMATOGENESIS
            Diferensiasi  PGC pada pria dimulai pada saat pubertas.  Pada waktu lahir, PGC ini dapat dijumpai di dalam testis  yaitu  di dalam saluran-saluran  yang disebut  tubulus  seminiferous.  Beberapa  saat sebelum  masa dewasa,  PGC berkembang menjadi spermatogonia.  Selanjutnya  spermatogonia berdiferensiasi  menjadi  spermatocyte  primer,  kemudian menjadi spermatocyte  secunder, dan selanjutnya menjadi spermatid.  Spermatid akan mengalami  beberapa perubahan  yang akhirnya akan menjadi spermatozoon.  Proses perubahan dari spermatid  menjadi  spermatozoon disebut spermiogenesis, terdiri dari 4  tahap yaitu:
1.     Mula-mula terjadi pembentukan acrosome yang meliputi lebih dari  separuh permukaan  inti.
2.     Terjadi pemekatan inti
3.     Terjadi pembentukan leher, lempeng tengah dan ekor.
4.     Terjadi penyusutan sitoplasma dan terbentuk spermatozoon yang matang.
Pada  manusia, perkembangan dari spermatogonia menjadi spermatozoa  yang matang memerlukan waktu kurang lebih 61 hari.

B.      OOGENESIS
Setelah PGC  tiba di ovarium  akan berdiferensiasi menjadi oogonia. Proses selanjutnya,   oogonia akan berkembang dan memperbanyak diri menjadi oocyte primer yang berukuran lebih besar dari sel induknya.  Dari satu oocyte primer akan membelah diri menjadi dua oocyte secunder, akan tetapi  hanya satu yang berkembang  secara sempurna, sedangkan yang satunya tidak sempurna perkembangannya.  Selanjutnya  setiap oocyte secunder  baik yang berkembang sempurna maupun  yang tidak, masing-masing akan membelah diri menjadi dua. Oocyte secunder yang berkembang sempurna akan  membentuk  oocyte yang matang  yang disebut ovum, sedangkan yang lainnya akan menyusut.  Pembelahan sel yang terjadi pada oocyte primer  disebut pembelahan  meiosis pertama,  dimana belahan anak sel  mengandung  2n  DNA  dan  23 pasang kromosome.  Pembelahan sel  yang  terjadi pada oocyte  secunder   disebut  meiosis kedua, dimana belahan  selnya menghasilkan  1n DNA  dan 23  buah  kromosome.   Dalam perkembangannya, jumlah oogonia akan bertambah dengan cepat sehingga menjelang bulan kelima  keseluruhan  diperkirakan mencapai  6 juta oogonia.  Kemudian oogonia berdegenerasi sehingga banyak yang mati (atretic).  Menjelang bulan ketujuh, sebagian besar oogonia telah berdegenerasi, kecuali yang terletak pada bagian permukaan ovarium.  Selanjutnya oocyt primer dikelilingi selapis sel gepeng yang disebut sel folliculer, membentuk follicle primer.  
 Pada  waktu lahir, oocyte primer berjumlah kira-kira 700.000 - 2 juta.  Selama masa kanak-kanak sebagian besar mengalami atretik, sehinga menjelang puber,  jumlahnya  kira-kira tinggal 40.000.  Selanjutnya  sel-sel  follikuler yang berbentuk gepeng  berubah menjadi sel-sel kuboid membentuk follicle secunder.  Pada mulanya sel-sel follikuler berhubungan erat dengan oocyte,  kemudian terpisah oleh adanya suatu zat mukopolisacharida   yang dihasilkan oleh sel-sel follikuler  dan mengendap pada permukaan oocyte.  Endapan ini makin lama makin  tebal membentuk lapisan yang disebut  zona  pellucida.  Selanjutnya sel-sel follikuler  berproliferasi membentuk lapisan celluler yang tebal di sekeliling oocyte.  Selanjunya pada lapisan celluler terbentuk rongga-rongga kecil ( rongga follicle) yang  berisi  cairan.  Rongga-rongga ini makin lama makin besar, kemudian menyatu membentuk suatu rongga  besar yang disebut antrum folliculi.   Mulanya antrum folliculi berbentuk  seperti bulan  sabit yang  makin lama makin besar  mendesak sel-sel folliculer ke pinggir.    Sel-sel folliculer  di sekitar oocyte tetap utuh membentuk cummulus oophorus.  Follicel secunder  berkembang terus dan semakin  besar akhirnya membentuk follicel matang disebut  follicle de Graaf.   Follicle de Graaf  dikelilingi oleh dua lapis jarinan ikat yaitu lapisan dalam disebut theca interna, yang banyak mengandung pembuluh darah, dan lapisan luar yang disebut theca externa yang akan menyatu dengan stroma ovarium.

C.      OVULASI  DAN SIKLUS MENSTRUASI
            Pada masa akil balik, wanita mulai mengalami siklus bulanan secara teratur, yang dikenal sebagai siklus menstruasiyang diatur oleh kelenjar hypophyse.  Kelenjar hypophyse akan mengeluarkan hormon gonadotropin yang terdiri dari  FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone) yang  mengatur dan meransang perubahan berkala dalam ovarium. Pada awal  siklus menstruasi, sejumlah follicle primer mulai tumbuh oleh pengaruh hormon FSH.  Dari sejumlah follicle yang tumbuh tersebut hanya satu yang dapat mencapai perkembangan maksimal pada setiap siklus.  Sel-sel theca  interna  pada follicle yang matang  (follicle de Graaf)  akan menghasilkan hormon estrogen yang akan  meransang pengeluaran hormon LH.  Hormon LH ini diperlukan untuk meransang pelepasan ovum.
            Pada hari  menjelang ovulasi, follicle de Graaf bertambah besar dengan cepat sampai mencapai ukuran kira-kira 15 mm.  Pada permukaan ovarium terdapat penonjolan lokal dan pada puncak penonjolan ini nampak suatu titik tanpa pembuluh darah, daerah ini disebut stigma.  Sebagai akibat kelemahan titik tersebut, cairan follicle merembes keluar bersama-sama dengan  ovum dengan sel-sel cummulus oophorus. Pelepasan ovum dari ovarium disebut  ovulasi.  Pada saat  ovulasi terjadi, ovum akan terlepas keluar dari ovarium yang dikelilingi oleh lapisan zona pellucida dan lapisan corona radiata. Ovulasi terjadi sekali dalam satu siklus, kira-kira 14 + hari sebelum permulaan menstruasi berikutnya. Walaupun waktu antara ovulasi  dan  menstruasi  berikutnya  tetap, tetapi waktu  antara ovulasi  dan menstruasi  sebelumnya  sangat bervariasi sehingga siklus haid setiap wanita bervariasi antara 26 - 32 hari.  Setelah terjadi ovulasi, sel-sel follicle yang tertinggal  akan diisi oleh darah.   Dengan pengaruh hormon LH, sel-sel ini akan menghasilkan zat warna kekuning-kuningan  sehingga sisa sel-sel follicle tadi  berubah menjadi  sel-sel lutea, sehingga follicle  berubah menjadi corpus luteum.  Corpus luteum akan mengahasilkan hormonprogesteron.
            Apabila terjadi  fertilisasi, corpus luteum akan tetap dipertahankan oleh adanya hormon gonadotropin yang dikeluarkan oleh trophoblast, dan membentuk corpus luteum gravidarum.   Apabila tidak terjadi fertilisasi, corpus luteum tidak bisa brtahan lama dan akan mencapai puncak perkembangannya sampai hari ke 9 setelah ovulasi, dan  selanjutnya  akan mengecil menjadi corpus albicans.

D.      PERUBAHAN YANG TERJADI PADA ENDOMETRIUM
            Dinding  uterus terdiri dari 3 lapisan yaitu:1. Endometrium, yang berada pada lapisan paling dalam 2. Myometrium, merupakan lapisan otot yang terletak di bagian tengah,  dan 3. Perimetrium, merupakan lapisan peritoneum yang melapisi dinding sebelah luar.
            Dengan pengaruh hormon progesteron yang dihasilkan oleh corpus luteum, kelenjar pada endometrium akan bertumbuh berkelok-kelok menghasilkan banyak sekret yang berupa cairan.  Pembuluh darah juga berkelok-kelok, lapisan endometrium semakin menebal dan akhirnya lapisan endometrium terbagi dalam tiga lapisan yang berbeda yaitu: 1. Lapisan paling luar (dekat dengan myometrium) disebutstratum basale..  2. Lapisan tengah yang agak longar disebut stratum spongiosa. 3. Lapisan paling dalam merupakan lapisan yang paling padat disebut stratum compacta.
            Apabila tidak terjadi fertilisasi, corpus luteum menjadi corpus albicans, produksi hormon  progesteron menurun, mucosa endometrium tidak  dapat dipertahankan lagi,. Akibat terjadinya kontriksi pembuluh darah arteri, darah keluar bersama-sama dengan lapisan endometrium (stratum spongiosa dan stratum compacta)  akan terlepas  berupa potongan-potongan kecil jaringan ikat dan kelenjar sebagai darah menstruasi. Sifat utama darah menstruasi adalah tidak dapat membeku disebabkan adanya enzym proteolytic yang merusak zat-zat pembeku yang ada di dalam darah.  Jumlah darah yang hilang pada waktu menstruasi rata-rata  50 - 60 ml dam waktu 2 - 7 hari.  Setelah selesai perdarahan, terjadi kembali pertumbuhan endometrium  dalam  tiga fase, yaitu  fase  menstruasi, proliferasi, dan fase sekresi.

E.      FERTILISASI    
            Fertilisasi  (pembuahan ) adalah proses penyatuan antara spermatozoon dengan ovum, terjadi di dalam daerah ampulla tuba uterina.  Pada saat terjadinya ovulasi, oocyte (ovum) akan keluar meninggalkan ovarium, kemudian masuk ke dalam tuba uterina.  Ovum pada saat itu  dilapisi oleh lapisan zona pellucida dan corona radiata. 
            Seorang pria dewasa, pada saat ejaculatio dapat mengeluarkan cairan ejaculat 2-3 ml yang mengandung kira-kira 100-200 juta spermatozoa.  Dari sejumlah tersebut yang diletakkan di dalam vagina, tidak seluruhnya mendapat kesempatan untuk membuahi, sebab sebagian besar akan mati dalam perjalanan.  Yang dapat sampai ke daerah pembuahan (ampulla)  kira-kira hanya 300 - 500 ekor saja, dan  dari sejumlah tersebut hanya satu yang mempunyai kesempatan untuk dapat membuahi satu ovum.   Proses terjadinya fertilisasi terjadi dalam beberapa tahap yaitu:
Tahap pertama: Penembusan corona radiata.
            Spermatozoon yang telah bertemu dengan ovum akan menembus corona radiata.  Penghancuran corona radiata dilakukan  oleh enzym-enzym yang diproduksi oleh mucosa tuba uterina dan dari spermatozoa sendiri.
Tahap kedua: Penembusan  zona pellucida
            Selaput pelindung kedua dari oocyte adalah zona pellucida.  Dengan pengaruh enzym yang dilepaskan oleh acrosome, spermatozoon dapat menembus zona pellucida.  Sekali spermatozoon menyentuh zona pellucida, ia akan melekat dengan kuat sekali dan menembusnya dengan sangat cepat.  Setelah spermatozoon yang pertama dapat menembus zona pellucida dan segera masuk ke dalam  ovum, zona pellucida akan segera mempertebal diri dengan sehingga tidak bisa lagi di masuki/ditembus oleh spermatozan  lainnya. Sangat jarang terjadi adanya dua spermatozoa dapat membuahi sekaligus pada satu oocyte.
Tahap ketiga: Penyatuan sel spermatozoon-ovum
            Setelah meliwati zona pellucida spermatozoon akan menyentuh membran sel oocyte, kemudian kedua membran plasmanya bersatu.  Segera setelah spermatozoon masuk ke dalam oocyte, cytoplasma akan menyusut dan terlihat ruang  perivitellinum antara oocyte dengan zona pellucida.  Setelah itu spermatozoon bergerak maju hinga mendekati pronucleus wanita. Kemudian spermatozoon akan melepaskan ekornya dan intinya membengkak membentuk pronucleus pria.   Secara morphologis pronucleus pria dan pronucleus wanita  tidak dapat dibedakan satu dengan yang lainnya.  Selanjutnya kedua pronuclei tersebut  menyatu  membentuk satu sel baru yang disebut  zygote.  Sementara itu timbullah sulcus yang dalam pada permukaan sel yang berangsur-angsur membagi cytoplasma menjadi dua bagian, untuk selanjutnya  akan terjadi pembelahan sel.  Penentuan jenis kelamin ditentukan oleh jenis spermatozoon yang membuahi oocyte.  Apabila spermatozoon yang mengandung chromosom X yang membuahi maka akan terbentuk embryo wanita (XX), sedangkan apabila yang membuahi mengandung chromosome  Y, maka akan terbentuk embryo pria (XY).


F.      PEMBELAHAN SEL
             Setelah terjadi pembuahan,  zygote yang terbentuk akan membelah diri menjadi dua, empat, delapan, enambelas sel.  Dalam waktu kira-kira 30 jam akan tercapai tingkat  dua sel, tingkat empat  sel  akan tercapai dalam 40 - 50 jam.  Seterusnya pembelahan berjalan terus menjadi 8 sel, 12 sel seterusnya sampai pada tingkat yang disebut morula. Zygote yang sementara mengalami pembelahan sel  berjalan menuju ke dalam uterus, dan pada waktu tiba di uterus sudah dalam tingkat morula.  Perkembangan selanjutnya pada tingkat morula, akan terbentuk ruangan-ruangan kecil yang berisi cairan.  Ruangan-ruangan tersebut makin lama makin besar  kemudian membentuk satu rongga yang disebut blastocele. Sel-sel pada saat ini akan menyusun diri, kemudian terbentuk kelompok sel di salah satu sisi membentuk  inner cells mass (massa sel dalam), yang selanjutnya akan berkembang menjadi   embryoblast.  Di sekeliling massa sel dalam terbentuk lapisan sel yang dikenal sebagai outer cells mass ( massa sel luar) yang akan berkembang menjadi trophoblast, dan selanjutnya trophoblast akan berkembang menjadi placenta.   Pada stadium ini zona pellucida segera mengilang dan dikenal sebagai stadium blastocyte. Selanjutnya  blastocyte akan  bersarang di dalam endometrium pada umur kira-kira 5,5 - 6 hari sesudah ovulasi. Peristiwa bersarangnya blastocyte ke dalam endometrium disebut  implantasi (nidasi) .  Pada saat implantasi kadang terjadi sedikit perdarahan berupa bercak yang sehingga seorang ibu menyangka darah  menstruasi, sehingga tidak jarang mengacaukan perhitungan umur kehamilan.  Pada perkembangan hari ke6, sebagian besar blastocyte  sudah tertanam ke dalam stroma endometrium.  Pada kutub dimana terdapat embryoblast disebut kutub embryonal, dan kutub lainnya disebut kutub abembryonal.
           
G.      PEMBENTUKAN  PLACENTA
            Menjelang permulaan minggu ketiga, trophoblast berkembang menjadi dua lapisan, lapisan sebelah dalam membentuk massa padat yang mempunyai inti tunggal dikenal sebagai cytotrophoblast.  Lapisan sebelah luar, mempunyai banyak inti, tidak mempunyai batasan-batasan sel yang tegas, disebut sebagai syncytiotrphoblast atau syncytium.   Selanjutnya trophoblast berkembang terus dan terbentuk tonjolan-tonjola yang terdiri dari inti cytotrophoblast yang diliputi oleh selapis syncytium, tonjolan ini disebut  villi primer (jonjot primer).  Selanjutnya sel-sel mesoderm menembus inti villi primer dan tumbuh ke arah desidua. Susunan yang baru terbentuk ini dikenal sebagai villi secunder. Menjelang akhir minggu ketiga, sel-sel mesoderm di dalam inti villi secunder mulai berdiferensiasi menjadi sel darah dan pembuluh darah kecil, sehingga  akhirnya terbentuk susunan kapiler villi. Pada saat ini dikenal sebagai  villi tertier.  Pembuluh darah di dalam villi  tertier membentuk hubungan dengan kapiler yang berkembang di dalam mesoderm  chorion plate dan di dalam conecting stalk.   Selanjutnya susunan pembuluh darah ini  mengadakan hubungan dengan susunan peredaran darah  di dalam embryo, sehingga terjadi hubungan antara villi tertier dengan embryo. Oleh  karena itu, apabila jantung mulai berkontraksi dalam minggu keempat, susunan villi telah siap mengedarkan darah ke dalam embryo yang membawa zat makanan dan oxygen yang diperlukan.  Sementara itu,  cytotrphoblast di dalam villi menembus secara progressif ke dalam syncytium di sekitarnya sehingga mencapai endometrium maternal.  Di sini mereka mengadakan hubungan dengan perluasan yang sama dari villi di sekitarnya.
            Menjelang permulaan bulan kedua, trophoblast ditandai oleh sejumlah besar villi-villi secunder dan tertier yang berbentuk  seperti jari-jari.  Villi-villi ini berakar pada mesoderm chorion plate, yang pada awalnya meliputi seluruh permukaan chorion.  Dengan berlanjutnya kehamilan, villi-villi pada kutub embryonal terus tumbuh dan meluas, membentuk chorion frondosum.  Villi pada kutub abembryonal mengalami degenerasi disebut chorion laeve.  Perbedaan pertumbuhan villi pada kutub embryonal dan abembryonal diikuti pula perbedaan pertumbuhan decidua. Desidua pada kutub embryonal akan menjadi decidua basalis, desidua yang  meliputi kutub abembryonal disebut decidua  capsularis,  sedangkan decidua di bagian lain disebut decidua parietalis. Dengan bertambah besarnya cavum chorion, decidua capsularis akan berdegenerasi sehingga chorion laeve akan bersentuhan langsung dengan decidua parietalis kemudian menyatu.  Cavum uteri akhirnya tertutup.  Chorion frondosum bersama-sama dengan decidua basalis membentukplacenta. 
Fungsi Placenta  ialah: 1. Tempat pertukaran hasil metabolisme gas oxigen dan CO2 antara peredaran darah ibu dan janin. 2. Menghasilkn hormon.

H.      PERKEMBANGAN EMBRYO

PEMBENTUKAN DISCUS GERMINALIS BILAMINER
            Pada minggu kedua, embryoblast akan berdiferensiasi menjadi dua lapisan sel yang berbentuk cakram , sehingga disebutdiscus germinalis bilaminer, yang terdiri dari: 1. Lapisan sel berbentuk kuboid yang terletak di sebelah dalam disebut lapisan germinalio entoderm.   2. Lapisan sel berbentuk kolumner di sebelah luar disebut lapisan germinalis ectoderm. 
            Mula-mula sel-sel dari ectoderm berhubungan erat dengan cytotrophoblast, tetapi pada perkembangan selanjutnya terbentuk celah-celah kecil diantara kedua lapisan tersebut.  Selanjutnya celah-celah tersebut bergabung membentuk satu rongga yang disebut rongga amnion.   Sel-sel yang membatasi rongga amnion yang  berbatasan dengan trophobalst disebut amnioblast.
            Pada perkembangan hari ke 9, blastocyte terbenam semakin dalam,  trophoblast berkembang  dengan pesat khususnya pada kutub embryonal.  Pada derah Syncytium terbentuk banyak vacuola kecil yang kemudian bersatu membentuk rongga yang besar.  Pada kutub abembryonal, sel-sel gepeng yang dari permukaan dalam cytotrophoblast melepaskan diri membentuk suatu membaran tipis yang dikenal sebagai  membrana Heuser.   Membrana ini melanjutkan diri ke daerah entoderm dan bersama-sama membentuk dinding dari blastocele yang saat ini disebut yolk sac primitivum  (cavum exocoeloma). 
            Pada hari ke 11 dan ke 12, blastocyte telah terbenam secara keseluruhan di dalam stroma endometrium. Differensiasi trophoblast tidak terbatas pada bagian syncytium saja, tetapi juga pada cytotrphoblast.  Pada permukaan dalam cytotrophoblast, sel-sel melepaskan diri dan membentuk jaringan  mesoderm extra embryonal. Jaringan ini mengisi rongga yang meluas antara trophoblast di sebelah luar dengan amnion dan yolk sac primitivum di sebelah dalam. Di dalam mesoderm extra embryonal terbentuk rongga yang disebut coeloma extra embryonal.  Selanjutnya  coeloma extra embryonal  akan meluas membentuk rongga besar melapisi hampir seluruh permukaan dalam cytotrphoblast membentuk cavum chorion, akibatnya yolk sac primitivum bersama cavum amnion melepaskan diri dari cytotrophoblast kecuali pada daerah yang akan menjadi penghubung yang disebut connecting stalkyang kemudian akan menjadi umbilicus.  Yolk sac primitivum berkembang menjadi yolk sac definitivum.  Mesoderm extra embryonal akan menjadi chorion plate.

PEMBENTUKAN DISCUS GERMINALIS TRILAMINER
            Pada perkembangan minggu ketiga, kejadian yang paling khas ialah terbentuknya primitive streak, yang merupakan suatu garis sederhana pada permukaan ectoderm.  Ujung anterior primitive streak disebut nodus primitivum. Sel-sel pada primitive streak ini berbentuk bulat, berbeda dengan sel-sel ectoderm  di sekitarnya.  Diperkirakan bahwa sel-sel dari lapisan ectoderm berpindah ke arah primitive streak yang kemudian berubah bentuk dan mengadakan invaginasi ke dalam alur primitive streak.  Selanjutnya  sel-sel tadi menyebar ke arah lateral diantara lapisan ectoderm dan entoderm membentuk lapisan ketiga di bagian tengah dan disebut sebagai  lapisan germinalis mesoderm  (mesoderm intra embryonal).   Sel-sel ini berkembang terus sampai berhubungan dengan mesoderm extra embryonal.  Perkembangan selanjutnya, nodus primitivum akan menjadi lubang sederhana disebut blastophorus.   Sel-sel yang mengadakan invaginasi di daerah blastophorus  terus bergerak ke depan sampai pada prochordal plate (ujung anterior ectoderm dan entoderm).  Sel-sel ini membentuk batang yang menyerupai tabung disebut processus notochord.
            Menjelang perkembangan hari ke 17, lapisan mesoderm dan processus notochord memisahkan lapisan ectoderm dan entoderm kecuali pada bagian cranial pada prochordal plate dan pada bagian caudal pada cloacal plate.  Menjelang hari ke 18, dasar processus notochord bersatu dengan entoderm di bawahnya.  Lama kelamaan processus notochord mnghilang dan tinggal saluran kecil disebut canalis neuroentericus yang menghubungkan antara yolk sac dengan rongga amnion.  Selanjutnya processus notochord berproliferasi dan membentuk tali yang padat disebut  chorda dorsalis.
            Dari ketiga lapisan germinalis tadi akan terbentuk jaringan-jaringan dan organ-organ embryo.
Dari ectoderm akan terbentuk:
·         central nervus system
·         pheriferal nervus system
·         epitel mucosa dari teinga, hidung, mata.
·         epidermis
·         kelenjar mammae, hypophyse, kel-kel. subcutaneus
·         email gigi
Dari Entoderm  akan terbentuk
·         epitel yang membatasi tr. Digestivus, tr. Respiratorius.
·         parenchym dari tonsil, gld. Thyroidea, gld. Para thyroidea, thymus, hepar, pancreas.
·         epitel yang membatasi vesica urinaria dan urethra.
·         primordial grem cell (PGC) : ovum dan spermatozoa.
·         epitel yang membatasi cav. Tympani, tuba eustachii.
Dari mesoderm akan terbentuk:
·         jaringan ikat, kartilago, tulang, otot.
·         jantung, pembuluh darah, pembuluh lymphe, lymphonodus.
·         ren, gonade dan saluran-salurannya.
·         selaput serosa seperti: pericardium, pleura, peritoneum.
·         lien
·         cortex adrenalis
Selain dari ketiga lapisan germinal tersebut diatas,  ditemukan pula beberapa organ yang berkembang dari  lapisan khusus yaitu disebut mesectoderm.   Dari mesectoderm terbentuk : ganglion, nervus sensoris, melanoblast,cartilago branchialis,mesenchyme dari kepala.

I.        OSTEOGENESIS
            Proses pembentukan dan perkembangan tulang disebutosteogenesis. Dikenal ada dua jenis osteogenesis yaitu osteogenesis desmalis dan osteogenesis chondralis.
Osteogenesis desmalis, yaitu pembentukan tulang yang langsung dari jaringan mesenchym menjadi tulang.  Penulangan secara desmalis ditemukan pada tulang-tulang pipih, misalnya calvaria cranii (os parietale, sebagian os frontale, sebagian os occipitale, sebagian os temporale), os scapula.  Di dalam jaringan mesenchym dimana akan akan terjadi penulangan, muncullah pusat-pusat penulangan ( inti penulangan primer) sebagai tempat permulaan terjadinya penulangan.  Pada proses penulangan ini sel-sel mesenchym berproliferasi dan berangsur-angsur mengubah bentuk yang kemudian disebut osteoblast  (sel pembentuk tulang). Osteoblast-osteoblat ini mula-mula letaknya  tidak beraturan, kemudian menyusun   diri dalam sebuah deretan dan mengeluarkan zat collagen yang dapat menyebabkan jaringan  yang terbentuk nampak seperti membran yang dikenal sebagai osteoid.  Oleh karena itu penulangan ini dikenal pula sebagai osteogenesis membranosa. Selanjutnya osteoid tadi akan menjadi matriks tulang yang mengalami perkapuran. Matrix tulang yang telah mengalami perkapuran selalu terpisah dari  osteoblast-osteobalst oleh lapisan osteoid yang tipis.  Akan tetapi beberapa osteoblast tertanam di dalam matrix tulang itu sendiri dan membentuk osteocyt (sel-sel tulang). 
            Beberapa waktu kemudian terbentuklah sejumlah tonjolan-tonjolan tulang yang disebut spicula.  Selanjutnya spicula-spicula bertumbuh sehingga ujung-ujungnya membesar dan membentuk trabecula yang menyebar dari inti penulangan primer menuju ke segala arah bagian perifer.  Tulang-tulang yang  terbentuk akan  dikelilingi  oleh mesenchym padat yang disebut  periosteum.  Pada permukaan dalam dari periosteum, sel-sel mesenchym berdiferensiasi menjadi osteoblast   yang meletakkan lempeng-lempeng tulang yang sejajar dengan inti penulangan primer.  Lempeng-lempeng tulang ini dikenal sebagai substantia compacta.  Tulang-tulang membranosa seperti ini ditemukan pada tulang-tulang cranium.   Di bagian  tengah akan terjadi penyerapan tulang yang dilakukan oleh osteoclast (sel perusak tulang).  Dengan adanya perusakan tulang ini terbentuklah bagian yang berlubang-lubang yang disebut substantia spongiosa. Dengan cara ini  terbentuklah substantia compacta  di bagian luar yang disebut tabula externa dan di bagian dalam disebut tabula interna, serta substantia spongiosa di bagian tengah disebut diploe.

1.         OSTEOGENESIS CHONDRALIS
            Penulangan secara chondralis ditemukan pada tulang-tulang panjang misalnya humerus, femur dll.  Mula-mula terbentuk suatu model tulang rawan hyalin yang dikelilingi oleh lapisan mesenchym padat yang mengandung pembuluh darah.  Mesenchym ini mula-mula membentuk  lapisan luar yang disebut perichondrium.  Perichondrium kemdian akan menjadi periosteum. Perkembangan selanjutnya akan menyusup suatu tunas pembuluh darah ke dalam pusat model.  Selanjutnya terjadi reaksi dari sel-sel cartilago di sekitar tempat masuknya pembuluh darah tadi, sehingga mengalami perubahan-perubahan  dan terbentuk empat daerah yaitu.
1.     Zona Proliferasi :  yaitu daerah  dimana sel-sel cartilago memperlihatkan mitosis yang banyak.
2.     Zona hypertrophy: yaitu daerah dimana sel-sel mengalami  pembesaran.
3.     Zona necrose : yaitu daerah dimana sel-sel mengalami kematian dan intercelluler matrix terisi  dengan garam-garam calcium.
4.     Zona vasculer: yaitu daerah tempat  pembuluh darah  menyusup masuk ke dalam rongga-rongga yang terbentuk akibat adanya sel-sel necrose.
            Bersamaan dengan pembuluh darah tadi ikut pula menyusup sel-sel mesenchym khusus yang disebut osteoclast yang akan memecahkan matrix tulang, sehingga terbentuk rongga-rongga kecil.  Rongga-rongga kecil tadi kemudian akan bersatu membentuk rongga yang lebih besar.  Selain itu sel-sel osteoblast akan menyusun diri sepanjang dinding rongga besar yang baru terbentuk tadi dan akan mengalami perkapuran.  Proses ini dikenal sebagai penulangan Enchonrdalis,yang menghasilkan taju-taju tulang rawan yang terbungkus dengan tulang (taju-taju campuran). Segera setelah pembentukannya, sejumlah tonjolan-tonjolan yang letaknya di tengah dihancurkan oleh osteoclast.  Dengan demikian hanya tonjolan-tonjolan yang letaknya di samping  yang masih utuh memperkuat dinding tulang.  Sebagai akibat penyerapan ini terbentuklah rongga sumsum yang luas pada bagian tengah.  Dari pusat penulangan primer di bagian diaphysis, penulangan enchondralis berangsur-angsur meluas ke arah ujung-ujung model tulang rawan (epiphysis).
            Pada waktu lahir, diaphysis biasanya telah menjadi tulang secara keseluruhan, namun kedua bagian epiphysis tetap sebagai tulang rawan (belum mengalami penulangan). Akan tetapi segera setelah lahir, pusat-pusat penlangan  mulai timbul pada bagian epiphysis secara enchondralis.  Penulangan di sini sama dengan pada diaphysis.  Untuk sementara waktu masih terdapat lempeng rawan antara diaphysis dan epiphysis, lempeng ini dikenal sebagai  lempeng epiphyse (epiphyseal plate).   Epiphyseal plate ini memegang perana pada pertumbuhan panjang dari tulang. Setelah tulang mencapai panjang maximal, epipyseal plate tadi akan  menghilang dan epiphysis akan bersatu dengan diaphysis.   Pada tulang panjang, epiphyseal plate ditemukan pada ke dua ujung tulang, sedangkan pada tulang-tulang yang lebih kecil misalnya ossa phalnges, hanya terdapat pada satu ujung saja. Pada tulang yang bentuknya irreguler seperti os vertebrae terdapat satu atau lebih pusat penulangan primer, dan biasanya nampak pula beberapa pusat penulangan secunder.  Pusat-pusat penulangan secunder pada tulang-tulang extremitas berkembang pada waktu yang berbeda-beda setelah kelahiran.  Pengetahuan mengenai timbulnya pusat-pusat penulangan ini berguna bagi ahli-ahli radiology untuk menentukan apakah seseorang anak telah mencapai usia pertumbuhan yang sesuai.

2.         OSTEOGENESIS  CHONDROMETAPLASTICA
            Osteogenesis pada mandibula, berbeda dengan osteogenesis tulang-tulang yang lainnya.  Mula-mula terbentuk lebih dahulu suatu model tulang rawan seperti  pada osteogenesis chondralis.  Kemudian mensenchyme di sebelah luar dari model tadi akan mengalami  penulangan secara desmalis sehingga terbentuk tulang selapis demiselapis.  Akhirnya model tulang rawan tadi dikelilingi oleh jaringan tulang yang baru  terbentuk dan mendesak tulang rawan yang ada.  Makin lama tulang rawan makin terdesak dan akhirnya menghlang.  Kadang-kadang masih ada tersisa yang dikenal sebagai cartilago Meckeli.  Penulangan ini dikenal sebagai osteogenesis chondro metaplastica.

3.         ONTOGENI CRANIUM
            Cranium dapat dibagi dalam dua bagian:
1.     Neurocranium, yaitu tulang-tulang yang melingdungi otak.
2.     Viscero cranium atau Splanchno cranium  yaitu tulang-tulang yang membentuk kerangka wajah.
            Bagian dari neurocranium yang mengelilingi otak yang berbentuk sebagai kubah terdiri dari tulang-tulang pipih, disebut calvaria cranii.  Bagian lain yang merupakan bagian cartilaginosa yang membentuk dasar tengkorak disebut basis cranii.  Pada waktu bayi lahir, tulang-tulang calvaria cranii dipisahkan satu dengan lainnya oleh jaringan ikat tipis yang disebut sutura.  Pada tempat di mana lebih dari dua tulang bertemu, sutura akan melebar dan dikenal sebagai fontanella  (ubun-ubun).    Di sebelah depan terdapat fontanella major yang dibentuk oleh  pertemuan antara os parietale kiri kanan, dengan os frontale kiri kanan dengan os parietale kiri kanan.  Di bagian belakang terdapat fontanella minor yang dibentuk oleh pertemuan antara os parietale dengan os occipitale.  Di bagian lateral terdapat fontanella lateral dan fontanella postero lateral. Degan adanya sutura dan fontanella ini akan dapat memungkinkan tulang-tulang cranium saling merapat bahkan meliputi satu dengan lainnya sehingga cranium dapat sedikit mengecil pada waktu bayi dilahirkan.   Beberapa sutura dan fontanella tetap berbentuk selaput untuk waktu yang agak lama setelah bayi lahir.  Dikenal beberapa sutura antara lain: sutura sagittalis, sutura coronaria, sutura lambdoidea, sutura metopica.

NEUROCRANIUM
            Pada pembentukan tulang-tulang basis cranii, chorda dorsalis memainkan peranan yang penting.  Mula-mula terbentuk tulang-tulang rawan dari mesenchym di sekitar chorda dorsalis yang merupakan suatu lempeng yang dikenal sebagai cartilago para chordalis atau basal plate (lempeng basalis). Lempeng ini meluas dari daerah sella turcica hingga ke somit-somit occipitalis yang membentuk 4 buah sclerotom.  Sclerotom yang paling cranial mengilang, tetapi  3 yang lainnya menetap  membentuk tulang rawan yang tidak bersegmen, kemudian bersatu dengan lempeng basalis.   Oleh karena itu dasar os occipitale terbentuk dari  cartilago para chordalis dan sclerotom occipitalis. Di sebelah rostral lempeng basalis ditemukan cartilago hypophyse dan trbeculae cranii. Cartilago-cartilago ini segera menyatu dan membentuk corpus ossis sphenoidalis dan corpus ossis ethmoidalis. Dengan demikian terbentuklah lempeng tulang rawan yang memanjang di garis tengah. Di samping kiri dan kanan dari lempeng ini terdapat mesenchym-mesenchym yang mengalami condensasi (pemekatan).  Yang paling rostral disebut ala orbitalis atau ala sphenoidalis  akan membentuk ala parva ossis sphenoidalis. Di sebelah caudal dari ala orbitalis terdapat ala temporalis, akan membentukala magna ossis sphenoidalis. Di sbelah caudalnya lagi, di samping dari cartilago para chordalis terdapat capsula periotic, akan membentuk pars petrosa dan pars mastoidea ossis temporalis.  Dengan demikian pembentukan basis cranii dimulai pembentukan cartilago, kemudian dirubah menjadi tulang melalui osteogenesis chondralis.

VISCERO CRANIUM
            Viscero cranium  terutama dibentuk oleh arcus pharyngeus I, yang disebut juga arcus mandibularis.  Arcus mandibularis terdiri dari dua bagian. Bagian dorsal disebut processus maxillaris yang akan membentuk premaxilla, maxilla, os zygomaticum dan sebagian os temporale. Bagian ventral disebut processus mandibularis (cartilago meckeli). Ujung dorsal processus mandibularis bersama-sama dengan ujung dorsal arcus pharyngeus II  (cartilago Reichert) kelak akan membentuk incus, malleus dan stapes. Penulangan dari ke tiga tulang tersebut dimulai pada bulan keempat, sehingga merupakan tulang yang pertama menjadi tulang secara sempurna. Pada mulanya wajah bentuknya kecil dibanding dengan neurocranium.  Hal ini disebabkan karena belum terbentuknya sinus-sinus paranasalis.  Dengan tumbuhnya gigi-geligi, serta berkembangnya sinus paranasalis, wajah akan memperoleh ciri-cirinya seperti pada orang dewasa.

4.         COLUMNA  VERTEBTRALIS
Kira-kira pada minggu keempat, sel-sel sclerotom bermigrasi ke arah medial mengelilingi medulla spinalis dan chorda dorsalis, sehingga membentuk suatu batang mesenchym yang bersegmen sesuai dengan segmen sclerotomnya.  Diantara segmen-segmen tadi terdapat arteri inter segmentalis.  Dalam perkembangan selanjutnya, setiap segmen sclerotom  mengalami condensasi dan menyatu dengan bagian atas sclerotom di bawahnya, dan bersama-sama dengan jaringan inter segmentalis membentuk corpus vertebrae precartilaginosa.  Sel-sel yang berasal dari bagian atas segmen sclerotom mengisi  ruang antar corpus precartilaginosa dan ikut mengambil bagian dalam pembentukan discus intervertebralis. Sementara  chorda dorsalis menghilang  pada corpus vertebrae, sisanya akan menetap dan membesar pada daerah discus intervertebralis.  Di sini sisa chorda dorsalis akan mengalami degenerasi mucoid dan membentuk  nucleus pulposus.  Selanjutnya nucleus pulposus akan dikelilingi oleh serabut-serabut melingkar yang disebut annulus fibrosus. Ke dua struktur ini membentuk discus intervertebralis.

5.         SKELETON APPENDICULARE
            Pada permulaan minggu  kelima, mulai nampak tunas anggota (limb buds) yang mula-mula berbentuk seperti lengkungan busur panah.  Pada perkembangan selanjutnya akan berbentuk seperti dayung.  Limb bud untuk extremitas superior berkembang lebih cepat dibanding dengan extremitas inferior.  Pada mulanya lim bud terdiri dari mesenchym di bagian tengah yang berasal dari mesoderm somatis, dan di bagian luar ditutupi oleh lapisan ectoderm.  Pada bagian ujung (apex) limb bud, ectoderm mengalami penebalan membentuk Apical ectodermal ridge (AER). AER ini sangat penting yang memegang peranan dalam perkembangan extremitas.  Dari beberapa penelitian telah dilaporkan bahwa apabila AER dihilangkan pada tahap awal perkembangan, maka extremitas tidak berkembang secara sempurna.  Pada embryo usia 6 minggu, lim bud semakin memanjang dan terjadi suatu penyempitan dibagian tengah sehingga terbetuk bagian proximal dan bagian distal.  Bagian distal limb bud menjadi gepeng yang disebut hand plate untuk extermitas superior dan  foot plate untuk extremitas inferior. Selanjutnya pada hand/foot plate terbentuk lekukan-lekukan  yang menyebar yang memberikan bayangan akan terbentuknya jari-jari.   Selanjutnya limb bud semakin panjang, kemudian terjadi penyempitan yang kedua yaitu pada bagian proximal sehingga unsur-unsur utama extremitas dapat dikenal yaitu, brachium, ante brachium dan manus.
            Sementara bentuk luarnya mulai terwujud, mesenchym di dalamnya mengalami condensasi dan sel-selnya menjadi bulat membentuk chondrobalast.  Menjelang perkembangan minggu ke 6, sudah dapat dikenal adanya model tulang rawan hyalin yang pertama, sebagai bayangan bakal menjadi tulang-tulang extremitas.  Selanjutnya model tulang rawan tadi akan mengalami penulangan secara chondralis.

6.         KELAINAN-KELAINAN BAWAAN
            Pada perkembanan tulang, dapat ditemukan berbagai kelainan atara lain achondroplasia,  yaitu suatu kelainan umum perkembangan tulang yang terjadi karena adanya gangguan penulangan enchondralis pada epiphyseal plate pada tulang-tulang panjang, sehingga  tulang-tulang tidak bertambah panjang.  Akibatnya orangnya menjadi kerdil.  Pada perkembangan cranium dapat dikenal kelainan pertumbuhan:
1.     Encephalocele, yaitu terjadinya penonjolan ke luar dari jaringan otak  yang disebabkan karena tulang-tulang cranium tidak tertutup secara sempurna.
2.     Scaphocephali, yaitu bentuk kepala yang memanjang, ini disebabkan karena  sutura sagittalis menutup lebih awal.
3.     Acrocephali, yaitu bentuk kepala yang tinggi, ini disebabkan karena sutura coronaria menutup lebih awal.
4.     Plagiocephali, yaitu bentuk kepala tidak symetris, ini disebabkan karena sutura coronaria dan sutura lambdoidea yang sepihak menutup lebih awal.
5.     Microcephali, yaitu bentuk kepala kecil, ini disebabkan karena otak tidak mengalami pertumbuhan secara sempurna sehingga cranium juga tidak berkembang.
            Pada perkembangan columna vertebralis dapat terjadi kelainan-kelainan berupa gangguan akibat tidak tertutupnya arcus vertebralis, kelainan disebut spina bifida. Kelainan ini dapat disertai timbulnya kelainan-kelainan medulla spinali misalnya menonjolnya medulla spinalis ke luar yang dapat berupa myelocele atau meningocele.
            Pada perkembangan extremitas dapat ditemukan berbagai kelainan a.l:
1.     Amelia, yaitu keadaan dimana tidak terbentuk salah satu atau ke dua extremitas (tidak ada tangan dan/atau kaki.
2.     Micromelia, yaitu  keadaan dimana semua unsur extremitas ada tetapi ukurannya pendek/kecil.
3.     Meromelia, yaitu keadaan dimana tangan(manus) dan atau kaki (pedis) melekat langsung pada badan, tidak terbentuk brachium, antebrachium atau femur dan cruris.
4.     Syndactylia, yaitu jari-jari  saling berlengketan
5.     Polydactylia, yaitu jumlah jari-jari lebih dari 5  pada setiap manus atau pedis.
6.     Ectrodactylia, yaitu jumlah jari-jari yang kurang dari 5 pada setiap manus atau pedis.
7.     Brachydactylia, yaitu semua ukuran jari-jari menjadi pendek

M Y O L O G I

A.      MYOLOGI UMUM

            Istilah Myologi berasal dari kata latin Mus yang berarti seekor tikus kecil, yang mempunyai caput, venter dan cauda.
Ada tiga tipe musculus, yaitu (1) otot skelet atau otot volunter, terdapat pada extremitas, dinding badan, (2) otot polos atau otot visceral (= otot involunter), terdapat pada dinding gaster, intestinum, dinding arteri, dan (3) otot jantung, terdapat pada cor. Secara fungsional otot skelet berada di bawah pengaruh kehendak, dapat dikendalikan ; otot polos dan otot jantung bekerja secara otonom.

STRUKTUR OTOT

            Secara mikroskopis otot skelet kelihatan bercorak, disebut otot bercorak atau otot seran lintang. Otot skelet terdiri dari sejumlah myofibril, yang merupakan sel otot berbentuk memanjang dengan beberapa nuclei. Protoplasma sel otot disebut sarcoplasma, dan sarcoplasma dibungkus oleh sarcolemma.
            Ujung-ujung otot mengadakan perlekatan pada tulang, fascia dan sesama otot lainnya (otot mimik). Ujung otot yang melekat pada tulang terdiri atas jaringan ikat padat, berbentuk bulat, dinamakan tendo, atau berbentuk lembaran, disebut aponeurose.
Perlekatan otot di abgian proximal disebut origo (= punctum fixum) dan perlekatan di bagian distal disebut insertio (= punctum mobile). Bagian otot yang berada di bagian kedua ujungnya disebut venter, dan ujung-ujung otot dinamakan caput dan cauda.
            Myofibril mempunyai sifat kontraktil, vascular, tahan terhadap infeksi, tidak tahan terhadap tekanan dan gesekan. Sebaliknya tendo tidak kontraktil, non vascular, tahan terhadap tekanan dan gesekan.
            Pada tempat-tempat di mana tendo bergesekan dengan tulang, maka tendo dilindungi oleh bursa mucosa dan synovial sheath.
Bursa mucosa berbentuk kantong, berisi sedikit cairan, berfungsi sebagai bantal untuk tendo ; diklasifikasikan menjadi bursa mucosa subtendinosa, articularis dan subcutanea.
Bursa mucosa subtendinosa melindungi tendo terhadap gesekan pada tulang, cartilago, ligamentum atau tendo lainnya ( banyak terdapat pada extremitas ).
Bursa mucosa articularis merupakan bagian dari suatu cavum articulare, aeperti yang terdapat di antara dens epistrophei dan ligamentum atlantis, juga terdapat pada articulatio metacarpophalangealis.
Bursa mucosa subcutanea terdapat pada (a) bagian konveks dari suatu articulus di mana keadaan  fleksi  bagian  tersebut   dapat bebas bergerak, misalnya di dorsalis  olecranon (= bursa olecranon), di ventralis articulatio genu (= bursa prepatellaris), dan (b) di atas tonjolan tulang dan ligamentum, misalnya pada acromion, ligamentum patellae, tuberositas tibiae dan insertio tendo calcanea.
Synovial sheath adalah suatu kantong berbentuk tubulus <tabung> yang membungkus tendo, terdiri dari dua buah tubulus, satu berada di sebelah profunda dan yang lain disebelah superficialis. Tabung yang superficialis  (= tabung parietalis) terpisah oleh suatu celah dari tabung profunda (= tabung viscelaris) yang melekat langsung pada tendo. Celah synovialis ,e,beri peluang kepada tendo untuk bergerak dengan bebas. Peralihan tabung parietalis menjadi tabung visceralis disebut mesotendon, yang dilalui oleh pembuluh darah.
Synovial sheath hanya terdapat pada tendo yang mengalami gesekan atau tekanan pada dua permukaan atau lebih, misalnya pada manus dan pedis. Celah synovialis berisi cairan synovial, yang serupa dengan cairan yang terdapat dalam bursa mucosa.
            FASCIA adalah lembaran jaringan ikat yang membungkus dan berada di sebelah profunda kulit. Terdiri dari fascia superficialis dan fascia profunda.
            Fascia superficialis (= fascia subcutanea, tela subcutanea) terletak di sebelah profunda cutis, terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan superficialis, disebut panniculus adiposus, yang mengandung timbunan lemak. Panniculus adiposus bisa menebal sampai beberapa sentimeter, tetapi bisa juga tidak ada lemak sama sekali. Lapisan profunda tipis, tidak mengandung lemak, banyak mengandung jaringan elastik. Kedua lapisan tersebut melekat satu sama lain, tetapi di bagian inferior dinding cavum abdominis dapat dipisahkan. Diu antara kedua lapisan tersebut terdapat arteri, vena, nervus, ductus lynphaticus, glandula mammae, sebagian otot mimik, platysma myoides. Di daerah dorsum manus fascia superficialis mudah dipisahkan (diangkat)  dari fascia profunda.
            Fascia profunda membungkus otot dan struktur-struktur yang terkait, selain itu fascia profunda membentuk septum intermusculare yang memisahkan kelompok-kelompok otot, seperti kelompok otot extensor dan otot flexor pada extremitas suyperior.
Salah satu fungsi fascia adalah membantu kelancaran circulasi darah.
            Arsitekturotot atau letak myofibril bisa berbentuk : (1) paralel, (2) oblique atau pennatus dan (3) radial  (= fan, kipas). Secara fungsional myofibril yang terletak oblique mempunyai kekuatan (mengangkat) yang lebih besar daripada yang berbentuk paralel.
            ad.1. Myofibril yang paralel, terletak paralel dengan axis memanjang dari otot, dari origo sampai insertio, misalnya m.sternocleidomastoideus, mm.rhomboidei, m.rectus abdominis, n.gluteus maximus, m.sartorius. Pada kelompok ini termasuk otot yang berbentuk fusiformis, seperti m,biceps brachii, m.semitendinosus. m.flexor carpi radialis.
            ad.2 Myofibril berbentuk pennatus <oblique>, seperti bulu ayam, dibagi menjadi (a) unipennatus, origonya sempit atau berbentuk garis, misalnya m.extensor digitorum longus, m.peroneus tertius, (b) bipennatus, mempunyai origo pada tempat (facies) yang luas, misalnya m.peroneus longus, m.flexor hallucis longus, dan (c) multipennatus, mempunyai sekat-sekat dari origo sampai insertio, misalnya m.deltoideus, m.subscapularis.
            ad.3. Myofibril berbentuk radial (segitiga, kipas), berorigo pada tempat yang lebar dan insertio pada tempat yang sempit (apex), misalnya m.pectoralis minor, m.adductor longus, m.temporalis, m.gluteus medius.

KONTRAKSI OTOT
            Unit struktural otot adalah myofibril. Unit fungsional otot adalah suatu motor unit, yang terdiri dari sebuah sel saraf motoris pada cornu anterior medulla spinalis dan semua myofibril (100 atau lebih) yang dipersarafi oleh serabut-serabut saraf motoris dari sel saraf tersebut. Stimulus dari satu sel saraf motoris akan mengaktifkan semua myofibril yang dipersarafinya. Gerakan dapat terjadi apabila sejumlah motot unit diaktifkan. Kontraksi (gesekan) otot ditentukan oleh jumlah myofibril yang diaktifkan.
Apabila dua buah otot mempunyai ukuran yang sama (penampang anatomi, penampang transversal melalui otot), maka otot dengan myofibril yang lebih banyak mempunyai kekuatan yanglebih besar (penampamg fisiologi, penampang melalui myofibril). Contoh m.rectus femoris mempunyai penampang anatomi yang sama dengan penampang fisiologi. Atas dasar ketentuan tersebut maka otot dengan myofibril berbentuk oblique mempunyai kekuatan yang lebih besar daripada otot dengan myofibril yang paralel.

            Ada 3 bentuk konstraksi otot : (1) konsektrik, myofibril menjadi lebih pendek sampai 1/3 – 1/2 dari panjang semula dan diameter otot menjadi lebih besar, misalnya kontraksi  m.biceps brachii, (2) eksentrik,   myofibril menjadi bertambah panjang  dan  (3) statis, myofibril tidak berubah dalam ukuran, misalnya lengan menahan suatu benda yang berat atau mendorong suatu benda yang besar dan berat.
            Otot yang berkontraksi menimbulkan perubahan-perubahan elektris, struktur, kimiawi dan temperatur (proses metabolisme otot).
            Kontraksi “  all or one  “ adalah kontraksi maximal dari myofibril terhadap suatu stimulus motoris, artinya walaupun stimulus datambah myofibril tidak bisa berkontraksi lagi.
            Suatu gerakan yang dikehendaki dapat dihasilkan oleh kontraksi beberapa otot dan sebaliknya suatu otot dapat berperan pada beberapa gereakan.
            Untuk menghasilkan suatu gerakan yang diinginkan, maka ada otot yang berperan sebagai : (1) prime mover, yang menjadi penggerak utama untuk menghasilkan gerakan yang diinginkan, misalnya flexi jari-jari tangan; gaya berat dapt juga menjadi primemmover, yaitu manakala seseorang mengangkat suatu benda dan meletakkannya di meja, (2) antagonis, peranan otot yang berlawanan dengan prime mover, misalnya m.triceps brachii yang berperan sebagai antagonis terhadap gerakan flexi dari articulatio cubiti, sedangkan m.triceps brachii sendiri adalah prime mover untuk gerakan extensi articulatio cubiti; gaya gravitasi dapat juga berperan sebagai antagonis, yaitu ketika dilakukan gerakan flexi apada articulatio cubiti dari Posisi Anatomi ; pada peran antagonis myofibril dapat menjadi bertambah panjang atau berada pada keadaan relaks dan berfungsi mengontrol dan menghasilkan gerakan   (gerakan  menjadi  lebih  tepat), (3) fiksator, menfiksasi persendian lainnya agar supaya hanya gerakan yang diinginkan yang terjadi, terutama memfiksasi persendian yang berada di bagian proximal, maka articulatio humeri tidak mengalami perubahan posisi, (4) synergis, adalah bagian dari fiksator, misalnya otot prime mover melewati dua atau tiga persendian dan gerakan yang dikehendaki adalah pada persendian yang distal, mka persendian di bagian proximal difiksasi, contohnya fleksii jari-jari tangan yang tidak disertai fleksi pergelangan tangan.

VASCULARISASI

            Suplai darah diperoleh dari pembuluh darah yang masuk ke dalam otot, bisa melalui suatu tempat pada ujung otot (m.gastrocnemius), pada bagian tengah otot (m.biceps brachii) ataupun di beberapa tempat. Membentuk anatomase untuk mensuplai semua myofibril.

INNERVASI

            Saraf yang menuju ke otot adalah suatu mixed nerve, terdiri dari 3/5 bagian serabut notoris (efferent) dan 2/5 bagian serabut sensibel (afferent). Serabut efferent menuju end-plates dan serabut afferent berasal dari suatu receptor (antara lain : free nerve endings).

Otot-otot yang termasuk Kategori  (b)

b.1.  M.pectoralis major
            Berbentuk kipas, berada pada facies anterior dinding thorax dan axilla, Berorigo pada (a) pars medialis claviculae, bagian otot ini disebut pars clavicularis atau caput clavicularis, (b) facies anterior sternum dan costa II – VII, bagian ini disebut pars sternocostalis, bertenu dengan pihak sebelah pada linea mediana, dan (c) pars abdominalis yang melekat pada aponeurosis m.obliquus externus abdominis.
Insertio otot inimelekat pada crista tuberculis majoris humeri dengan perantaraan suatu tendo yang serabut-serabutnya bersilangan membentuk huruf  “U”. Serabut dari pars clavicularis membentuk kaki depan huruf U tersebut  ( berada  di bagian caudal ) dan serabut-serabut dari pars sternocostalis dan pars abdominalis membentuk kaki posterior dari huruf U yang dimaksud ( berada di abgian cranial ).

b.2.  M.latissimus dorsi
            Berbentuk kipas, berada pda regio lumbalis dan di bagian caudalis regio thoracalis dorsalis. Ujung distal otot ini membentuk batas posterior fossa axillaris. Origo otot ini berada pada pars dorsalis crista iliaca, processus spinosus vertebra lumbalis I – V dan vertebra VII – XII ( nelalui fascia lumbodorsalis ), arah myofibril ke craniolateral menuju ( insertio ) crista tuberculi minoris humeri. Bagian cranialis otot ini berada di sebelah profunda m.trapezius pars ascendens.
            Tendo m.latissimus dorsi berjalan melingkar di bagian medial humerus, berada di antara dinding thorax dan humerus. Serabut otot di bagian cranial arahnya horizontal, yang intermedia arahnya oblique dan bagian caudal arahnya hampir vertikal.

Otot-otot yang termasuk Kategori (c) terletak di sebelah cranial, caudal, ventral dan dorsasl articulatio humeri, berperan pada gerakan articulatio humeri dan mempertahankan stabilitas articulus tersebut.

c.1.  M.deltoideus
            Berbentuk segitiga ( delta ), besar, tebak, terletak di sebelah superficial articulatio humeri. Terdiri dari : (1) pars anterior (= pars clavicularis), melekat pada pars lateralis claviculae, (2) pars lateralis (=pars acromialis), melekat pada acromion, dan (3) pars dorsalis (= pars scapularis), melekat pada margo inferior spina scapulae. Ujung distal ketiga bagian otot ini bersatu dan mengdakan insertio pada tuberositas deltoidea humeri.
            M.deltoideus bersama-sama dengan caput humeri dan acromion membentuk kontur bahu.

c.2.  M.supra spinatus
            Berasal dari 2/3 bagisn medial fossa suprspinatan berjalan ke lateral di sebelah caudal acromion, di sebelah profunda m.deltoideus dan m.trapezius, menyilang articulatio humeri di bagian cranial, dan mengadakan indertio pada tuberculum majus humeri.
            Di antara m.supraspinatus dan m.deltoideus terdapat suatu bursa mucosa.

c.3.  M.infraspinatus
            Berorigo pada 2/3 bagian medial fossa infraspinatus, myofibril di bagian cranial berjalan horizontal, sedangkan myofibril di bagian caudal berjalan oblique menuju ke lateral, menyilang facies dorsalis articulatio humeri, mengadakn insertio pada tuberculum amjus di bagian dorsal, yakni di antara insertio m.supraspinatus dan m.teres minor.
            Sebagian besar m.infraspinatus terletak di sebelah superficial pada facies dorsalis bahu, dan insertionya ditutupi oleh m.deltoideus.
            M. infraspinatus dan m. teres minor terletak saling berdekatan satu sama lain dan mempunyai fungsi yang sama sehingga banyak kali dianggap sebagai satu otot.

c.4.  M.teres minor
            Terletak di sebelah cranialis m. teres major. Mengadakan origo pada facies dorsalis margo axillaris scapulae, berjalan sejajar dengan myofibril m. teres major menuju ke lateral, berada di sebelah dorsal articulatio humeri. Berinsertio pada facies dorsalis tuberculum majus humeri.

c.5.  M.teres major
            Berorigo pada facies dorsalis angulus inferior scapulae berada di sebelah caudalis m. teres minor, berjalan ke craniolateral di sebelah ventral caput longum m. tricipitis, melingkari facies medialis humerus menuju ke ventral dan mengadakan insertio pada crista tuberculi minoris humeri.

c.6.  M.subscapularis
            Secara morfologis adalah suatu otot multipennatus yang sangat kuat dan terletak di dalam fossa subscapularis. Berasal dari dua pertiga bagian medial fossa subscapularis, berjalan ke lateral menyilang di sebelah ventral articulatio humeri, mengadakan insertio pada tuberculum minus humeri.
            Di antara bagian lateral m. subscapularis dan capsula articularis humeri terdapat suatu bursa mucosa, yang mempunyai hubungan dengan cavum articulare articulatio humeri.
            Otot ini membentuk bagian cranialis fossa axillaris.

c.7.  M.coracobrachialis
            Barada pada bagian craniomedial brachium. Membentuk origo pada processus coracoideus scapulae bersama-sama dengan m. biceps brachii caput breve, berjalan turun di sebelah dorsal pertengahan m. biceps brachii, mengadakan insertio pada sisi medial pertengahan humerus.

FOSSA AXILLARIS
Fossa axillaris adalah suatu rongga yang berada di antara sisi medial brachium dan sisi lateral dinding thorax. Berbentuk piramid, mempunyai basis, apex, dan 4 buah dinding. Bagian apex melanjutkan diri sampai mencapai trigonum colli posterius, berada di antara clavicula di sebelah ventral, costa I di sebelah medial dan margo superior scapulae di sebelah posterior.
            Dinding anterior dibentuk oleh m. pectoralis major, m. pectoralis minor, m. subclavius dan fascia clavipectorale.
            Dinding posterior dibentuk oleh m. subscapularis, m. latissimus dorsi, dan m. teres major.
            Dinding medial dibentuk oleh costa II  -  VI  bersama-sama dengan m. serratus anterior.
            Dinding lateral dibentuk oleh caput longum m. biceps brachii yang terletak di dalam sulcus intertubercularis.
            Basis fossa axillaris dibentuk oleh fascia axillaris dan kulit.
            Di dalam fossa axillaris terdapat pars caudalis plexus brachialis bersama-sama dengan percabangannya, vasa axillaris, lymphonodi axillaris dan jaringan lemak.

ad. 1. 2. OTOT-OTOT BRACHIUM
Berperan pada articulatio humeri dan articulatio cubiti.

1.  M.triceps brachii
Mengadakan origo pada 3 tempat dengan perantaraan 3 buah caput. Caput logam melekat pada tuberositas infraglenoidalis, caput laterale melekat pada facies posterior corpus humeri di sebelah cranialis sulcus spiralis, dan caput mediale mengadakan perlekatan pada facies posterior corpus humeri di sebelah caudal sulcus spiralis. Caput mediale ditutupi oleh aponeurose dari caput longum dan caput laterale.
Caput laterale berada di sebelah caudal dari insertio m.teres minor.
Insertio m. triceps brachii berada pada bagian posterior facies cranialis olecranon.

2.  M.biceps brachii
Terletak pada bagian anterior brachium, mengadakan perlekatan ( origo ) di scapula melalui dua buah caput, sebagai berikut :
(a) caput breve pada processus coracoideus dan (b) caput longum pada tuberositas supraglenoidalis. Tendo dari caput longum berada di dalam capsula articulare, dibungkus oleh synovial sheath, melintasi caput humeri di sebelah cranialis dan berjalan di dalam sulcus intertubercularis. Di bagian tengah humerus caput breve dan caput longum bersatu, melanjutkan perjalanannya ke caudal membentuk suatu tendo yang melintasi articulatio cubiti, mengadakan insertio pada tuberositas radii dan pada aponeurose bicipitalis ( = lacertus fibrosus ). Lacertus fibrosus mengadakan perlekatan pada fascia yang membungkus otot-otot flexor di bagian medial dari fossa cubiti.

3.  M.brachialis
Membentuk origo pada facies anterior seperdua ujung distal humerus, melintasi facies ventralis articulatio cubiti, sebagian besar ditutupi oleh m. biceps brachii, mengadakan insertio pada facies anterior processus coronoideus ulnae dan pada tuberositas ulnae.
Septum intermusculare laterale et mediale  dibentuk oleh penebalan fascia profunda brachii, yang melekat pada margo lateralis dan margo medialis humeri, dan juga pada epicondylus humeri ; memisahkan m.triceps brachii di bagian dorsal dan m.brachialis di bagian anterior. 

4.    M.coracobrachialis  -  lihat c.7.

Ad.1.3.  OTOT-OTOT ANTEBRACHIUM
              Berperan pada aticulatio cubiti, articulatio radiocarpalis, articulatio intercarpalis, articulatio carpomentacarpalis, articulatio metacarpophalangealis dan articulatio interphalangealis.

1.    M.brachioradialis
Terletak di bagian superficial, menyilang permukaan lateroanterior articulatio cubiti. Mengadakan origo pada margo lateralis ujung distal humerus dan pada septum intermusculare laterale.
Otot ini membentuk sisi lateral fossa cubiti.
Pada pertengahan antebrachium myofibril berakhir dan diganti dengan tendo yang panjang, mengadakan insertio pada sisi lateral ujung distal radius di bagian proximal processus styloideus radii. Pada tempat ini tendo tersebut disilangi di sebelah superficialis oleh tendo m.abductor pollicis longus dan m.extensor pollicis brevis, yang datangnya dari arah dorsalis.

2.  M.pronator teres
            Otot ini relatif pendek, melekat di bagian proximal dengan perantaraan dua buah caput, yaitu (a) caput humerale, besar, melekat pada epicondylus medialis humeri dan pada septum intermusculare mediale dan (b) caput ulnare yang melekat pada processus coronoideus ulnae. Otot ini menyilang articulatio cubiti di bagian ventral. Serabut otot dari caput humerale terletak di sebelah superficial., berjalan ke laterocaudal, dan terletak dekat di sebelah cranialis m.flexor carpi radialis. Mengadakan insertio pada facies lateralis pertengahan radius, ditutupi oleh m.brachioradialis.

3.  M.flexor carpi radialis
            Terletak di sebelah medial dari m.pronator teres pada facies ventralis antebrachium. Berorigo pada epicondylus medialis humeri di sebelah distal dari origo m.pranator teres. Otot ini berjalan ke distal, pada pertengahaan antebrachium dilanjutkan oleh suatu tendo yang semakin ke arah distal semakin mengecil berupa tali, terletak di sebelah lateral linea mediana antebrachii, selanjutnya berjalan di sebelah profunda ligamentum carpi transversum (= retinaculum flexoren ), berada di ventralis os multangulum majus, dan mengadakan insertio pada basis ossis metacarpalis II dan III.

4.  M.plamaris longus
            Berada di sebelah medial m.flexor carpi radialis, mengadakan origo pada epicondylus medialis humeri, berjalan lurus ke distal pada facies volaris antebrachium dan pada pertengahan antebrachium serabut-serabut otot ini dilanjutkan oleh tendo, yang selanjutnya berjalan pada permukaan ventral wrist joint, berada di sebelah superficialis ligamentum carpi transversum, mengadakan insersio pada aponeurosis palmaris. Pada daerah pergelangan tangan tendo otot ini terletak di sebelah medial dari tendo m.flexor carpi radialis, berjalan searah dengan tendo m. flexor digitorum sublimis yang menuju ke jari III. Banyak variasi yang terjadi pada otot ini dan seringkali absen.

5.  M.flexor carpi ulnaris
            Terletak paling medial dan membentuk sisi medial dan membentuk sisi medialis antebrachium, membentuk origo melalui caput humerale dan caput ulnare, yang dihubungkan satu sama lain oleh suatu arcus tendinosus. Caput humerale melekat pada epicondylus medialis humeri dan caput ulnare mengadakan perlekatan pada sisi medial olecranon dan pada 2/3 bagian cranialis margo posterior ulna, membentuk suatu tendo yang panjang dan berinsertio pada os pisiforme.

6.  M.flexor digitorum sublimis (= m.flexor digitorum superficialis )
            Mengadakan origo dengan tiga buah caput, yaitu caput humerale, caput ulnare dan caput radiale. Caput humerale melekat pada epicondylus medialis humeri dan liogamentum collaterale ulnare. Caput ulnare melekat pada sisi medial processus coronoideus ulnae, dan caput radiale melekat pada linea obliqua radii ( berada diantara perlekatan m.flexor pollicis longus dan m.supinator ). Caput ulnare dihubungkan oleh suatu arcus tendinosus dengan caput radiale, yang dilalui di sebelah profundanya oleh nervus medianus dan a.ulnaris.
Pada bagian 1/3 bagian distal antebrachium myofibril diganti dengan tendo, yang selanjutnya berjalan di sebelah profunda ligamentum carpi transversum, di bagian distal antebrachium tendo otot ini terletak di sebelah superficial, berada diantara tendo m. palmaris longus dan tendo m.flexor carpi ulnaris. Selanjutnya tendo m.flexor digitorum sublimis terbagi menjadi 4 buah tendo, berjalan di dalam canalis carpi, dan disini tendo untuk jari III dan IV terletak di sebelah superficialis tendo yang menuju ke jari II dan V. Ujung distal setiap tendo terbagi menjadi dua bagian dan mengadakan insertio pada kedua sisi phalanx medialis ; di antara kedua ujung tendo tersebut berjalan tendo m.flexor digitorum profundus.

            Otot-otot lapisan profunda pada bagian ventral antebrachium terdiri dari :

1.  M.flexor digitorum prondus
            Membentuk origo pada facies medialis et ventralis dari ulna dan pada membrana interossea. Pada pertengahan antebrachium serabut-serabut otot diganti oleh tendo, dan segera terbagi menjadi 4 tendo yang lebih kecil, letak berdampingan satu sama lain di sebelahprofunda ligamentum carpi transversum. Masing-masing tendo berjalan menuju ke jari II – V, melewati di bagian profunda insertio m.flexor digitorum sublimis, dan mengadakan insertio pada facies palmaris phalanx distalis.

2.  M.flexor pollicis longus
            Terletak paling lateral pada antebrachium dan pada pergelangan tangan, mempunyai origo pada facies anterior radius, disebelah lateral dari origo m.flexor digitorum sublimis, dan pada membrana interossea. Seringkali ada seberkas serabut yang mengadakan perlekatan pada processus coronoideus ulnae atau padsa epicondylus humeri. Pada pertengahan antebrachium serabut otot diganti oleh tendo yang panjang, berjalan di sebelah profunda ligamentum carpi transversum, berada di sebelah lateral dari tendo pertama m. flexor digitorum profundus, selanjutnya berjalan di antara m.oppones pollicis dan m.adductor pollicis, mengadakan insertio pada facies palmaris basis phalanx distalis jari I.

3.  M.pronator quadratus
            Berbentuk segiempat, berada pada facies anterior ujung distal antebrachium. Berasal dari (origo) facies anterior ¼ bagian distal ulna berjalan menyilang menuju ke facies anterior ¼ bagian distal radius.

FOSSA CUBITI
            Berbentuk segitiga, berada pada permukaan articulatio cubiti. Sisi lateral dibentuk oleh m.brachioradialis, tepi medial dibentuk oleh m. pronator teres. Apoex dari fossa ini berada di sebelah distal pada pertemuan m.brachioradialis dengan m.pronator teres, basisnya berada di bagian proximal, dibentuk oleh suatu garis lurus yang menghubungkan kedua epicondylus humeri. Lantai dari fossa ini dibentuk oleh m.brachialis, atapnya dibentuk oleh fascia profunda brachii yang diperkuat oleh lacertus fibrosus. Didalam fossa cubiti terdapat arteria brachialis dan nervus medianus.

            Otot-otot yang terdapat pada bagian posterior Antebrachium terdiri dari gugusan superfical dan gugusan profunda.
            Otot Gugusan Superficialis terdiri dari  :

1.  M.extensor carpi radialis longus
            Terletak di bagian lateroposterior antebrachium, sebagian ditutupi oleh m. brachioradialis. Sebagian dari pars proximalis otot ini terletak di sebelah anterior antebrachium, origonya berada di tiga tempat, yaitu (a) pada facies anterior 1/3 bagian distal margo lateralis humeri, (b) pada septum intermusculare laterale dan (c) pada epicondylus lateralis humeri. Berjalan ke distal menyilang bagian latero-anterior articulatio cubiti. Di sebelah distal articulatio cubiti otot ini berada di sebelah medial m.brachioradialis. Peralihan serabut otot menjadi tendo terjadi setinggi tendo m.brachioradialis. Tendo otot ini berjalan ke distal di sisi lateral radius, berada di sebelah medial tendo m.brachioradialis. Di bagian distal antebrachium m.extensor carpi radialis longus berjalan di sebelah profunda m. abductor pollicis longus dan m.extensor pollicis brevis, lewat di sebelah profunda ligamentum carpi dorsale, berada di sebelah dorsal processus styloideus radii, mengadakan insertio pada facies dorsalis basis ossis metacarpalis II pada sisi radialis atau sisi ulnarisnya.

2.  M.extensor carpi radialis brevis
            Berasal dari epicondylus lateralis humeri di sebelah distal dari origo m.extensor carpi radialis longus. Bagian proximal otot ini ditutupi oleh m.extensor carpi radialis longus, dan berada di sebelah medialisnya. Di daerah pergelangan tangan tendo m.extensor carpi radialis berjalan bersama-sama dengan tendo m. extensor carpi radialis longus, dan kedua-duanya disilangi di sebelah superficialis oleh abductor pollicis longus dan m. extensor pollicis brevis. Berjalan di sebelah profunda ligamentum carpi dorsale, lalu mengadakan insertio pada facies dorsalis basis ossis metacarpalis III pada sisi radialisnya.



3.  M.extensor digitorum communis
            Terletak di sebelah lateral linea mediana antebrachii. Membentuk origo pada epicondylus lateral humeri, berjalan lurus ke distal, berada di sebelah medial m.extensor carpi radialis brevis. Di sebelah proximal pergelangan tangan serabut otot diganti dengan tendo, yang selanjutnya terbagi menjadi 4 buah tendo yang lebih kecil, berjalan di sebelah profunda ligamentum carpi dorsale, lalu berjalan di sebelah dorsal articulatio metacarpophalangea, kemudian di sebelah dorsal phalanx proximalis, dan mengadakan insertio di bagian dorsal basis phalanx medialis dan basis phalanx distalis.



4.  M.extensor digiti minimi
            Berada di sebelah medial m.extensor digitorum communis dan serimg bergabung dengan otot ini. Merupakan otot extensor untuk jari V. Berasal dari epicondylus lateralis humeri, setinggi pergelangan tangan serabut otot diganti oleh tendo, yang mengadakan insertio pada phalanx proximalis jari V.

5.  M.anconeus
            Otot ini kecil, berbentuk segitiga, berjalan diagonal menyilang bagian dorsal articulatio cubiti. Berasal dari facies posterior epicondylus humeri, menuju ke sisi lateral olecranon dan pars posterior ujung proximal ulna.

6.  M.extensor carpi ulnaris
            Berada pada lapisan superficial permukaan dorsalis antebrachium, dipisahkan dari gugusan otot-otot flexor oleh tepi posterior ulna. Membentuk origo pada epicondylus lateralis humeri dan pada sisi posterior pertengahan ulna, terletak di sebelah medial dari m.extensor digiti minimi dan berjalan ke distal pada permukaan dorsal antebrachium.
            Berjalan di sebelah profunda ligamentum carpi dorsale, mengadakan insertio pada facies medialis basis ossis metacarpalis V.

Otot- otot gugusan Profunda terdiri dari :

1.  M.supinator
            Mempunyai origo di tiga tempat, yaitu (a) pada epicondylus lateralis humeri, (b) ligamentum collaterale radiale dan (c) crista m.supinatoris ulnae. Tempat perlekatan ini membentuk suati garis diagonal, dari sini serabut-serabut otot berjalan ke lateral untuk berinsertio pada facies lateralis 1/3 bagian proximal radius setinggi tuberositas radii.

2.  M.abductor pollicis longus
            Mengadakan origo di tiga tempat, sebagai berikut : (a) sisi lateral facies posterior ulna di sebelah distal origo m.supinator, (b) membrana interossea dan (c) permukaan posterior 1/3 bagian intermedia radius.
            Di bagian proximal antebrachium otot ini ditutupi oleh m.extensor digitorum communis, berjalan turun ke lateral dan di bagian distal antebrachium otot ini terletak di bagian superficial, menyilang m.extensor carpi radialis longus et brevis, m.brachioradialis dan processus styloideus radii, mengadakan insertio pada sisi radialis basis ossis metacarpalis I.
            Tendo otot ini terletak paling radialis pada facies anterior pergelangan tangan.

3.  M.extensor pollicis brevis
            Terletak di sebelah distal dan medial dari m.abductor pollicis longus. Mempunyai origo pada facies dorsalis radius dan membrana interossea di sebelah distal dari origo m.abductor pollicis longus, berjalan sejajar dengan m.abductor pollicis longus menuju ke distal dan menyilang tendo m.extensor carpi radialis longus et brevis. Berada di sebelah ventral processus styloideus radii, dan mengadakan insertio pada facies dorsalis basis phalanx proximalis jari I.
            Bersama-sama dengan tendo m.abductor pollicis longus membentuk batas lateral dari Tabatiere.

4.  M.extensor pollicis longus
            Berasal dari sisi lateral facies posterior 1/3 bagian medial ulna dan membrana interossea. Tendonya menyilang bagian lateral facies posterior pergelangan tangan, mengadakan insertio pada facies dorsalis basis phalanx distalis jari I. Pada extensi jari I tendo ini tampak jelas membentuk batas medial dari Tabatiere ( Anatomical snuff box ).

5.  M.extensor indicis proprius
            Terletak paling medial dari kelompok otot dorsal antebrachium. Mengadakan origo pada facies posterior ulna dan membrana interossea antebrachii, yaitu di sebelah distal perlekatan m.extensor pollicis longus. Berjalan melewati ligamentum carpi dorsale bersama-sama dengan tendo m.extensor digitorum communis.
            Setinggi caput ossis metacarpalis II tendo m.extensor indicis proprius bergabung dengan tendo m.extensor digitorum communis, menuju ke jari II pada sisi medialnya.

THENAR
Dibentuk oleh :

1.  M.abductor pollicis brevis
            Terletak di bagian lateral, superficial, dan mengadakan origo pada facies ventralis ligamentum carpi transversum, tuberositas ossis navicularis dan pada tendo m.abductor pollicis longus.
            Berjalan hampir paralel dengan os metacarpale I, mengadakan insertio pada sisi lateral basis phalanx proximal jari I.

2.  M.opponens pollicis
            Terletak di sebelah profunda m.abductor pollicis brevis, mengadakan origo pada ligamentum carpi transversum (= flexor retinaculum ) dan pada os mutangulum majus, mengadakan insertio pada sisi lateral os metacarpale I.

3.  M.flexor pollicis brevis
            Mempunyai caput superficialis, yang mengadakan origo pada ligamentum carpi transversum, dan caput profundus yang mengadakan origo pada ossa multangula dan os capitatum, membentuk insertio pada sisi lateral basis phalanx proximal jari I, di sini terdapat os sesamoideum. Ada yang berpendapat bahwa caput profundum adalah identik dengan m.interosseus volaris I.

4.  M. adductor pollicis
            Mempunyai dua buah caput, yaitu (a) caput transversum dan (b) caput obliquum. Caput transversum berasal dari permukaan palmaris ossis metacarpalis III, dan caput obliquum berasal dari basis ossis metacarpalis II dan III dan dari os capitatum. Kedua tendo tersebut bersatu dan mengadakan insertio pada sisi medial basis phalanx proximalis jari I. Pada tendo otot ini terdapat os sesamoideum yang terletak setinggi caput ossis metacarpalis I.

HYPOTHENAR
Dibentuk oleh :

1.  M.palmaris brevis
Terletak di bagian superficial, di sebelah profunda kulit. Mengadakan origo pada aponeurosis palmaris dan insertio pada kulit di bagian medialis manus ( sisi ulnaris ).

2.  M.abductor digiti quinti (V)
            Nama lain dari otot ini adalah m.abductor digiti minimi. Terletak di bagian superficial, berorigo pada os pisiforme dan tendo m.flexor carpi ulnare. Berada paling medial pada manus, dan berinsersi pada sisi ulnaris basis phalanx proximalis jari V.

3.  M.flexor digiti quinti (V) brevis (= m.flexor digiti minimi)
            Sebagian besar terletak di bagian superficial dan selebihnya berada di sebelah profunda sisi lateral m.abductor digiti quinti (V). Membentuk origo pada hamulus ossis hamati dan ligamentum carpi transversum, mengadakan insersi bersama-sam dengan m.abductor digiti quinti (V).

4.  M.opponens digiti quinti (V)
            Sebagian besar terletak di sebelah profunda dari m.abductor digiti quinti dan m.flexor digiti minimi, sisanya terletak di bagian superficial. Berasal dari hamulus ossis hamati dan ligamentum carpi transversum, menuju ke margo medialis ossis metacarpalis V.

GUGUSAN PROFUNDUS
Terdiri dari :

1.  Mm.lumbricales
            Ada empat buah otot, yang masing-masing berasal dari tendo m.flexor digitorum profundus. M.lumbricalis I dan II melekat pada sisi lateral dari tendo yang menuju ke jari II dan III, sedangkan m.lumbricalis III mengadakan perlekatan pada sisi medial tendo yg menuju ke jari  III dan sisi lateral tendo yang menuju ke jari IV; m. lumbricalis IV melekat pada sisi medial tendo jari IV dan sisi lateral tendo ke jari V.Tendo dari setiap m.lumbricalis II sampai IV, mengadakan insersi pada tendo m.extensor digitorumcommunis.

1.   Mm.interossei
Terdiri dari  :
  
(1)  Mm.interossei volares
            Ada 4 buah otot yang berasal dari sisi  medialis os metecarpale I dan II; otot III  dan IV masing-masing berasal dari sisi lateralis os metecarpale III dan IV.    
            M.interosseus I dan II mengadakan      insertio pada sisi     medialis phalanx proximalis jari I dan II.
            M.interosseus III dan IV membentuk insertio pada sisi lateral phalanx proximalis jari III dan IV.

(2) Mm. Interossei dorsales
            Berjumlah 4 buah yang mengadakan perlekatan dengan perantaraan dua buah caput pada ossa metercapalia yang berdampingan, disebelah dorsalis dari perlekatan  mm.interossei palmaris.
            M.interossei dorsalis I adalah yang paling besar, mengadakan perlekatan pada sisi medial os metacarpale I dan sisi lateral os metecarpale II, dan membentuk insertio pada sisi lateral phalanx proximalis jari II.
            M.interossei dorsalis II berorigo pada sisi medial os metacarpale II dan sisi lateral os metacarpale III, mengadakan insertio pada sisi lateral phalanx proximalis jari III.
            M.interossei dorsalis II mengadakan perlekatan pada sisi medial os metacarpale III dan pada sisi lateral os metacarpale IV, mengadakan insertio pada sisi medial phalanx proximalis jari III.
            M.interossei dorsalis IV mengadakan perlekatan pada sisi medial os metacarpale IV dan pada sisi lateral os metacarpale V, membentuk insertio pada sisi ulnaris phalanx proximalis jari IV.

APONEUROSE PALMARIS
            Adalah jaringan ikat yang kuat, yang mengadakan perlekatan di bagian proximal pada ligamentum carpi transversum dan menjadi tempat insertio dari m.palmaris longus. Berada di sebelah profunda dari kulit. Ke arah distal terbagi menjadi 4 bagian yang menuju ke jari II, III, IV dan V, mengadakan perlekatan pada sisi-sisi phalanx proximalis.
Pada pangkal jari-jari, keempat bagian tersebut tadi dihubungkan satu sama lain oleh serabut-serabut transversal, disebut fasciculi transversi. Pada daerah manus aponeurosis palmaris melanjutkan diri ke arah lateral dan medial pada facies yang menutupi otot-otot thenar dan hypothenar. Dari sini aponeurosis palmaris terdapat dua buah septa dari jaringan ikat yang meluas ke arah profundus. Septum ini di bagian lateral melekat pada os metacarpale I, di sebelah medial dari otot-otot thenar; septum bagian medial melekat pada os metacarpale V di sebelah lateral dari otot-otot hypothenar. Kedua  septa  ini  memisahkan otot-otot thenar, hypothenar dan intermedia. Di sebelah profundus  dari aponeurosis palmaris terdapat arcus volaris superficialis, tendo otot-otot flexor jari-jari, nevus medianus dan ramus superficialis nervi ulnaris.

LIGAMENTUM CARPI TRANSVERSUM (= RETINACULUM FLEXORUM)
            Merupakan penebalan dari fascia profunda, ukuran lebar 2,5 cm, ukuran panjang 2 cm, mengadakan perlekatan di bagian lateral tuberculum ossis multanguli najoris dan tuberculum ossis navicularis, dan di bagian medial mengadakan perlekatan pada hamulus ossis hamati dan pada os pisiforme.
            Di antara ligamentum carpi transversum dan ossa carpalia terbentuk canalis carpi, yang dilalui oleh tendo m.flexor carpi radialis, tendo m.flexor pollicis longus, tendo m.flexor digitorum sublimis dan tendo m.flexor digitorum profundus serta nervus medianus.
            Ligamentum carpi transversum mempertahankan otot-otot flexor tangan dan jari-jari agar supaya tetap pada tempatnya bilamana dilakukan gerakan fleksi tangan ataupun jari-jari.

LIGAMENTUM CARPI DORSALE (= RETINACULUM EXTENSOREN )
            Berbentuk oblique dan mengadakan perlekatan di sebelah medial pada ujung distal ulna, ossa carpalia bagian medial dan pada ligamentum medialis dari wrist joint, dan perlekatannya di bagian lateralis adalah pada tepi anterior radius. Di sebelah profunda dari ligamentum carpi dorsale terbentuk 6 buah saluran yang dilalui oleh tendo-tendo dari otot-otot extensor yang menuju ke manus.

SYNOVIAL SHEATS = MEMBRANA SYNOVIALIS = VAGINA TENDINEUM
            Terdiri dari :

(1)       Membrana synovialis anterior
            Berada di sebelah profundus ligamentum carpi transversum, meluas ke proximalis sampai mencapai pergelangan tangan. Terbagi menjadi 3 bagian sebagai berikut :
a)    Membungkus tendo m.flexor digitorum sublimis et profundus, membentuk vagina tendineum mm.flexorum digitorum communium atau bursa ulnaris ;
b)    Membungkus tendo m.flexor pollicis longus, membentuk vagina tendinis m.flexoris pollicis longi atau bursa radialis ;
c)    Membungkus tendo m.flexor carpi radialis, membentuk vagina tendinis m.flexor carpi radialis.
Bursa ulnaris meluas ke arah proximal sampai kira-kira 2,5 cm di sebelah proximal dari
ligamentum carpi transversum. Ke arah distalis meluas sampai pertengahan manus, kecuali bagian medialnya yang bersatu dengan vagina tendineum digitalis jari V.
Bursa ulnaris membungkus tendo-tendo di bagian medial dengan baik, sedangkan di bagian lateral mengadakan hubungan dengan bursa radialis dan berada di sebelah profundus nervus medianus.
            Bursa radialis meluas sampai setinggi tempat perlekatan tendo m.flexor pollicis longus pada phalanx distalis.
            Vagina tendinis m.flexor carpi radialis meluas mulai dari bagian proximal ligamentum carpi transversum (2,5 cm di proximalis ligamentum carpi transversum) sampai pada tempat insertionya.  Mempunyai hubungan dengan bursa radialis.
            Tendo m.flexor digitorum sublimis et profundus, yang menuju ke jari II, III, IV dibungkus oleh suatu synovial sheath, yang di bagian proximal berada setinggi articulatio metacarpophalangea dan di bagian distal meluas sampai pada tempat insertio m.flexor digitorum profundus di phalanx distalis ; synovial sheath tersebut tadi membentuk vaginae tendinum digitales 

(2)    Membrana synovialis posterior
            Dimulai kira-kira 1 cm di sebelah proximal dari ligamentum caarpi dorsale dan mencapai basis ossis metacarpalis.
Terbentuk 6 buah saluran atau vagina tendeneum yang membungkus tendo-tendo, sebagai berikut :

SPATIUM FASCIALIS pada MANUS
            Ada 2 buah celah fascialis, yaitu sebuah di sebelah medial dan sebuah di sebelah lateral. Celah-celah ini terletak di sebelah profunda tendo m.flexor digitorum profumdus dan mm.lumbricales.
            Antara satu celah dengan yang lainnya terdapat suatu jaringan ikat tipis yang pada satu ujungnya melekat pada os metacarpale III dan ujung yang lain melekat pada aponeurosis palmaris, berada di sebelah anterior dari m.adductor pollicis dan mengandung tendo m.flexor pollicis longus.
            Celah bagian medial dipisahkan dari otot-otot  hypothenar oleh septum fascialis yang melekat pada os metacarpale V, berada di anterior dari mm.interossei dan mengandung tendo m.flexor digitorum sublimis et profundus untuk jari III – IV – V bersama-sama dengan mm.lumbricales bersangkutan.
            Ke arah proximal celah-celah tersebut tadi meluas sampai pada tepi distalis ligamentum carpi transversum dan ke arah distalis meluas sampai setinggi lipatan jari-jari (= distal palmar crease).

2.  Otot-otot yang berada pada Extremitas inferior
            Otot-otot regio femoris dibungkus oleh fasscia profunda yang disebut fascia lata. Fascia lata secara relatif tebal di bagian anterior, lateral dan posterior, sedangkan di bagian medial tipis dan nenutupi otot-otot adductores. Bagian yang paling lateral membentuk Ttactus iliotobialis Maissiati, tempat perlekatan m.tensor fasciae latae dan sebagian besar m.gluteus maximus.
            Tractus iliotibialis di bagian cranial melekat pada os sacrum, di cranioposterior melekat pada os coccygeus, di abgian lateral melekat pada crista iliaca, di bagian anterior melekat pada ligamentum inguinale dan di bagian medial pada ramus ischiopubiscus pada tuber ischiadicum. Fascia profunda dari tractus ini melanjutkan diri pada septum intermusculare laterale, yang mengadakan perlekatan pada linea aspera femoris.
            Di bagian inferior tractus tersebut melekat pada patella dan pada condylud lateralis tibiae. Pada sisi-sisi patella fascia lata menebal dan melanjutkan diri pada retinaculum patellae. Pada retinaculum patellae terdapat sebagian dari insertio m.vastus lateralis dan m.vastus mesialis, selanjutnya retinaculum melekat pada kedua acondyli tibiae.
            Pada fascia lata yang menutupi trigonum femorale terdapat suatu cekungan, disebut fossa ovalis; pada fossa ovalis ini terdapat suatu lubang yang disebut saphenous opening dengan tepi lateral yang tajam, dinamakan margo falciformis. Lubang tersebut berdiameter 2 cm, pusatnya terletak 3 cm di sebelah caudolateral tuberculum pubicus, ditutupi oleh fascia cribriformis, ditenbusi oleh vena saphena magna, arteria dan pembuluh lymphe.
            Otot-otot Extremitas inferior terdiri dari otot-otot yang berada pada :
1)    Regio Glutea
2)    Regio Femoris
3)    Regio cruralis
4)    Regio Pedis

Ad. 1.   Otot-otot Regio Glutes

1.1 M.gluteus maximus
Terletak paling superficial, bentuk rhomboid, sangat besar dan tebal. Berasal dari spina iliaca posterior superior, ujung os coccygeus, ligamentum sacrotuberosum, os ilium di sebelah dorsal dari linea glutea posterior dan pada fascia lumbodorsalis. Berjalan ke caudo-lateral, serabut-serabut otot bagian superior mengadakan insertio pada tractus iliotibialis, dan serabut-serabut otot bagian inferior (1/3 bagian) mengadakan insertio pada tuberositas glutea femoris, yaitu di antara linea aspera dan trochanter major. Tepi posterior m.gluteus maximus menutupi tuber ischiadicum dan pangkal otot hamstring pada posisi extensi articulatio coxae; pada posisi duduk maka tepi caudalis otot ini bergeser ke lateral sehingga tuber ischiadicum tidak terlindung sama sekali di tempat ini terdapat suatu bursa mucoa.

1.2  M.gluteus medius
Di bagian cranialis melekat pada os ilium di antara linea glutea anterior dan linea posterior. Di bagian caudalis melekat (insertio) pada facies lateralis trochanter major. Bagian posterior otot ini ditutupi oleh m.gluteus maximus dan bagian anterior ditutupi oleh m.tensor fasciae latae.



1.3  M.gluteus minimus
Membentuk origo pada os ilium di antara linea glutea anterior dan linea glutea inferior. Di sebelah caudal melekat (insertio) pada facies anterior trochanter major. Seluruh otot berada di sebelah profunda m.gluteus medius. Capsula articularis coxae ditutupi oleh m.gluteus minimus.

1.4  M.tensor faciae latae
Melekat pada crista iliaca di sebelah posterior dari spina iliaca anterior superior dan mengadakan insertio pada tractus iliotibialis. Otot ini membentuk penonjolan di sebelah caudo-lateral crista iliaca.

1.5  M.piriformis
Melekat pada facies anterior pertangahan os sacrum, meninggalkan pelvis melalui foramen ischiadicum majus, mangadakan insertio pada tepi cranialis trochanter major. Di dalam pelvis otot ini berada di sebelah posterior dari plexus sacralis. Foramen ischiadicum majus dibentuk oleh incisura ischiadicum major denagan ligamentum sacrospinosum.

1.6  M.obturatur internus
Berbentuk segitiga, terletak pada dinding lateral pelvis, megadakam perlekatan (origo) pada tepi foramen obturatorium dan facies profundus membrana obturatoris. Meninggalkan pelvis dengan melewati foramen ischiadicum minus, lalu menyilang di sebelah dorsal articulatio coxae (foramen ischiadicum minus dibentuk oleh incisure ischiadicum minor, ligamentum sacrospinosus dan ligamentum sactuberosum). Membentuk insertio pada bagian anterior ujung cranialis trochanter major.

1.7  Mm.gemelli
Terdiri atas M.gemellus superior, yang berorigo pada spina ischiadica, dan M.gemellus inferior, yang berorigo pada tuber ischiadicum. Kedua-duanya membentuk insertio pada trochanter major, bersama-sama dengan dengan insertio m.obturator internus. M.gemellus superior dan m.gemellus inferior mengapit m.obturator internus.

1.8  M.quadratus femoris
Berbentuk segiempat dan datar, berasal dari tepi lateral tuber ischiadicum, berjalan ke lateral menuju ke femur untuk mengadakan insertio pada crista intertrochanterica. Otot ini berada di sebelah posterior dari tendo m.obturator externus dan ditutupi oleh m.gluteus maximus.

Ad.2.   Otot-otot regio Femoris
            a) Otot-otot di bagian Anterior dan Medial
           
            Regio femoris bagian Anterior dibagi oleh m.sartorius menjadi dua bagian, yaitu (1) bagian cranial-medial yang berbentuk segitiga, disebut trigonum femorale, berisikan otot-otot yang mempunyai peranan pada articulatio coxae dan (2) bagian caudo-lateral yang mengandung m.quadriceps femoris dengan peranan utama pada articulatio genu.
            Pada daerah sepertiga bagian medial terdapat canalis adductorius Hunteri (= canalis subsartorius), ditutupi oleh m.sartorius.

            Trigonum femorale adalah suatu cekungan berbentuk segitiga, dibatasi di sebelah proximal ( basis ) oleh ligamnetum inguinale, di sebelah lateral dibatasi oleh margo medialis m.sartorius dan batas medial dibentuk oleh tepi medial m.adductor longus.
            Apex dari trigonum ini berada pada tempat pertemuan m.sartorius dan m.adductor longus, yaitu setinggi batas sepertiga bagian proximal dan bagian medial regio femoris.
            Atapnya dibentuk oleh fascia lata dan fascia cribriformis. Lantainya dibentuk dari caudal ke cranial oleh m.adductor longus, m.pectineus dan m. iliopsoas.
            Di dalam trigonum femorale terdapat femoral sheath yang membeungkus vasa femoralis dan canalis femoralis, nervus femoralis ( berada di lateral dan di luar femoral sheath ) dan lymphonodus inguinalis profundus. Canalis femoralis berisi jaringan ikat longgar dan beberapa buah lymphonodus.

1.  M.sartorius
            Merupakan otot yang terpanjang pada tubuh manusia. Mengadakan origo pada spina iliaca anterior superior bersama-sama dengan tempat perlekatan ligamentum inguinale, berjalan oblique dari cranio-ventral menuju caudo-lateral, mengadakan insertio pada facies medialis bagian caudal tuberositas tibiae. Terletak superficial, membentuk batas lateral trigonum femorale dan turut membentuk canalis adductoris. Menyilang condylus medialis tibiae, ligamentum collaterale tibiale, tendo m. gracilis dan tendo m.semitendinosus.
            M.sartorius, m.gracilis dan m.semitendinosus mengadakan insertio pada tempat yang sama, mempunyai fungsi yang sama, tetapi mendapatkan innervasi yang berbeda, dan letak dari serabut-serabur otot tersebut pada daerah yang berbeda.
            M.sartorius berada pada bagian anterior dan tendonya berada di sebelah superficial dari tendo m.graci;is; m.gracilis berada pada daerah medial dan tendonya terletak di superficialis tendo m.semitendinosus; dan m.semitendinosus berada pada bagian dorsalis regio femoris.
2.    M. psoas major
Turut membentuk dinding dorsal cavus abdominis, mengadakan origo pada sisi corpus vertebrae lumbales dan pada facies anterior dari processus transversus vertebrae lumbales. Berjalan turun ke arah ventral menyikang collum femoris di sebelah medial dan mengadakan insertio pada trochanter minor.
3.  M.iliacus
Berasal dari fossa iliaca, berjalan paralel dan berada di sebelah lateral dari m.psoas major, turun di sebelah antero-medial collum femoris, mengadakan insertio pada trochanter minor.
M.iliacus dan m.psoas major sering dinamalan m.illiopsoas.

4.  M.psoas minor
Otot yang kecil, sering absen, berada pada permukaan anterior m.psoas major, berjalam turun dari corpus vertebrae thoracalis XII dan vertebra lumbalis I, dengan perantaraan tendo yang panjang mengadakan insertio pada linea arcuata dan eminentia iliopectines.

5.  M.pectineus
Berasal dari ramus superior ossis pubis dan pecten ossis pubis, berjalan ke caudo-dorsal di sebelah medialis articulatio coxae, mengadakan inserio pada linea pectinea femoris.
Otot ini membentuk lantai trigoneum femorale di bagian medial

6.  M.obturator externus
Terletak di sebelah profunda dari m.pectineus, melekat pada tepi foramen obturatorium dan pada membrana obturatoris, berjalan di sebelah caudal articulatio coxae, lalu memutar pada bagian dorsal collum femoris dan mengadakan insertio pada fossa trochanterica.

7.  M.gracillis
Otot yang panjang, terletak superficial di bagian medialis regio femoris. Mengadakan origo pada ramus inferior ossis pubis dan ramus inferior ossis ischii, berjalan turun vertikal menyilang facies medialis articulus genus, mengadakan insertio bersama-sama dengan m.sartorius.

8.   M.adductor longus
            Letak superficial, berasal darai ramus superior pubis, berjalan turun ke lateral dan megadakan insertio pada labium mediale linea aspera.

9.   M.adductor brevis
            Berada di sebelah dorsal m.adductor longus dan m.pectineus, berbentuk segitiga dan tebal, mengadakan origo pada ramus inferior ossis pubis. Berjalan ke lateral, hampir horizontal, mengadakan insersi pada labium mediale linea aspera femoris.

10.               M.adductor magnus
Lebih besar daripada kedua mm.adductores lainnya, terletak di sebelah dorsal m.adductor brevis et longus. Mengadakan origo pada ramus inferior ossis pubis, ramus inferior ossis ischii dan tuber ischiadicum. Serabut otot di bagian cranial arahnya hampir horizontal dan serabut-serabut otot lainnya hampir vertikal. Membentuk insertio pada labium mediale linea aspera femoris dan pada epicondylus medialis femoris. Di antara  kedua tempat insersi ini terbentuk hiatus tendineus (= hiatus adductorius).
Otot ini ditutupi di sebelah posterior oleh otot hamstring dan tepi caudalis m.gluteus maximus.

11.    M.quadriceps femoris  
Terdiri atas empat buah otot, yaitu (a) m.rectus femoris, (b) m.vastus lateralis. (c) m.vastus medialis dan (d) m.vastus intermedius.

(a)      M.rectus femoris
Terletak di bagian superficial pada facies ventralis regio femoris, berada di antara m.vastus lateralis. Membentuk origo pada spina iliaca anterior inferior (caput rectum) dan pada os ilium di cranalis acetebulum (caput obliquum). Mengadakan insertio pada tuberositas tibiae dengan perantaraan ligamentum patallae. Di dalam ligamentum patellae terdapat os patella (os sesamoideum).
(b)   M.vastus lateralis
Mengadakan pendekatan pada facies ventro-lateral trochanter major dan labium lateral lineae asperea femoris
(c)    M.vastus Medialis
Mengadakan perlekatan pada labium mediale lineae asperea femoris
(d)   M.vastus Intermedius
Membentuk origo pada facies ventro-lateral corpus femoria.

Ketiga otot yang disebut terakhir tapi mengadakan perlekatan pada facies profundus m.rectus femoris, tepi crenialis os patella dan pada sisi patella, bersama-sama dengan tendo m.rectus femoris mengadakan insertio pada tuberositas tibiae dengan dengan perantara ligamentum patellae.
M.vestus medialis dan m.vastus lateralis membentuk retinaculum yang mengadakan perlekatan pada condylus medialis dan condylus lateralis tibiea.

a) Otot-otot di bagian Posterior
Otot-otot di bagian posterior regio femoris disebut musculus hamstring dengan ciri-ciri : 1) berorigo pada tuber ischiadicum, 2) berinsersi pada tibia dan fibula dan 3) dipersafari oleh nervus tibealis.
Otot-otot hamstring hanya membungkus femur dan tidak melekat kepadanya. Berperan pada extensi articulation coxae dan fleksi articulus genus, keduagerakan tersebut tidak dapat dilakukan sepenuhnya secara bersamaan.
Yang termasuk otot-otot hamstring adalah : (1) m.biceps femoris caput logum, (2) m.semitendinosus,(3) m.semimembranosus dan (4) m.adductor magnus. M.adductor magnus memenuhi kriteria tersebut diatas mengingat bahwa insertionya berada pada tibia dengan perantara ligamentum collaterale tibiale.
M.biceps femoris caput breve berorigo pada labium laterale lineae asperae femoris dan di persarafi oleh nervus peronaeus sehingga tidak termasuk dalam kelompok otot-otot hamstring.

1.    M.biceps femoris
Mempunyai dua buah caput, yaitu caput longum dan caput breve. Caput longum berorigo pada pars medialis tuber ischiadicum bersama-sama dengan m.semitendinisus. Caput breve mengadakan origo pada laboum lateral lineae asperae femoris, di sebelah distal dari insersi m.glueus, di sebelah medial dari origo m.vastus lateralis.
Serabut otot dari capur breve bergabung dengan serabut otot dari caput longum ( pada permukaan profundanya ) dan bersama-sama membentuk suatu tendo yang membetasi dinding latero-cranial fossa poplitea, mengadakan insertio pada capitulum fibulae.
Caput longum menutupi nervus ischiadicus dan melindunginya terhadap tepi caudalis m.gluteus maximus.

2.    M.semitendinosus
Membentuk origo bersama-sana dengan caput longum m.biceps fe,oris pada pars medialis tuber ischiadicum, berjalan turun di sebelah medial dan berada di sebelah superficial m.membranosus, berakhir dengan suatu tendo yang panjang dan mengadakan insertio pada facies medialis ujung proximal tibia di sebelah dorsal perlekatan m.sartorius dan m.gracilis.
Perlekatan ketiga buah otot tersebut tadi membentuk pes anserinus.

3.    M.semimembranosus
Mengadakan perlekatan pada pars lateralis tuber ischiadicum, berjalan turun pada sisi medial regio posterior femoris. Mula-mula ditutupi oleh caput longum m.biceps femoris dan makin ke caudalis ditutupi oleh m.semitendinosus. Membentuk insertio pada facies posterior condylus medialis tibiae.
4.    M.popliteus
Berbentuk segitiga, melekat di sebelah cranial facies lateralis condylus lateralis femoris, dan di sebelah caudalis melekat pada facies posterior tibia di sebelah superior linea poplitea. Tendo otot ini di bagian cranial berjalam menembusi capsula articularis genu, menyilang di bagian posterior menicus lateralis dan melekat pada meniscus ini, lalu keluar dari capsula articularis di sebelah cranialis dari articulatio tibiofibularis.

FOSSA POPLITEA
            Berbentuk belah ketupat, berada pada bagian posterior articulatio genu. Batas di sebelah cranio-lateral dibentuk oleh m.biceps femoris, batas cranio-medial dibentuk oleh m.semimembranosus dan m.semitendinosus, batas caudo-medial dibentuk oleh caput medial m.gastrocnemius dan batas caudo-lateral ditentukan oleh caput laterale m.gastrocnemius.
            Lantai fosssa dibentuk oleh planum popliteum femoris, facies posterior capsula articularis genu dan facies posterior m.popliteus.
            Di dalam fossa poplitea terdapat jaringan lemak, vasa poplitea, nervus tibialis dan nervus peroneus communis.

Ad.3. Otot-otot regio Cruralis
            Fascia lata berlanjut menjadi fascia cruris, di sekitar lutut melekat pada jaringan subcutaneus tibia dan capitilum fibulae. Fascia cruris melekat erat pada periosteum dan jaringan subcutaneus pada permukaan medialis tibia dan pada malleolus medialis dan malleolus lateralis.
            Di bagian proximal fascia ini membungkus otot-otot. Ke bagian posterior melanjutkan diri mrnjadi fascia poplitea.
            Pada sisi lateral membentuk septum intermusculaare anterius yang menuju ke tepi anterior fibula dan septum intermusculare posterior yang menuju ke margo posterior fibula ( di antara kedua septa tersebut terdapat mm.peronei ), di sebelah posterior dari septum intermusculare posterior terdapat otot-otot cruralis posterior, di sebelah anterior dan medial dari septum intermusculare anterius terdapat otot-otot cruralis anterior.
            Pada bagian posterior crus terdapat septum tranversum profundus yang memisahkan otot-otot superficialis daripada otot-otot profunda.

            Otot-otot cruralis dibagi menjadi tiga kelompok, sebagi berikut :
(a)  Posterior
(b)  Anteror
(c)  Lateral

(a)      Otot-otot kelompok Posterior terdiri dari Gugusan Superficialis dan Gugusan Profundus.


GUGUSAN SUPERFICIALIS
1.    M.gastrocnemius
Mempunyai dua buah caput yang datar, yaitu caput lateralis dan caput mediale. Caput laterale berorigo pada epicondylus lateralis femoris di sebelah cranialis dari origo m.popliteus; di dalam tendo ini sering ditemukan os sesamoideum. Caput mediale berorigo pada planum popliteum di cranialis condylus medialis femoris, ditutupi oleh m.semimembranosus.
Kedua venter dari otot ini pada pertengahan crus berakhir pada suatu aponeurosis, yang selanjutnya bergabung dengan aponeurosis dari m.soleus dan tendo m.plantaris membentuk tendo calcaneus (= Tendo Achillis ), megadakan insertio pada facies posterior calcaneus. Di antara tendo calcaneus dengan os calcaneus terdapat suatu bursa mucosa.

2.    M.plantaris
            Berorigo planum popliteum di cranialis origo caput laterale m.gastrocnemius, mempunyai tendo yang panjang, berjalan turun di antara m.gastrocnemius dan m.soleus, berada di sebelah medial tendo Achillis dan bergabung dengan tendo ini.
            Otot ini seringkali absen dan kalau ada banyak variasinya.

3.    M.soleus
            Melekat  pada capitulum fibulae, 1/3 bagian proximal fibulae, linea soleus (= linea oblique tibiae = linea poplitea tibiae ) dan tepi medial tibia di caudalis linea oblique. Otot ini tidak menyilang articulus genus. Origonya berbentuk huruf  “U” ( tapal kuda ) dan dilalui di sebelah ventralnya oleh vasa tibialis posterior dan nervus tibialis. M.soleus berada di sebelah ventral m.gastrocnemius, tepi medial dan tepi lateralnya terletak superficial. Tendo m.soleus bergabung dengan aponeurosis m.gastrocnemius membentuk tendo calcaneus, mengadakan insertio pada facies posterior os calcaneus.

GUGUSAN PROFUNDUS
1.    M.flexor digitorum longus
            Melekat pada facies posterior tibia di sebelah caudal dari origo m.soleus dan di sebelah medial dari perlekatan m.tibialis posterior. Tendo otot ini berjalan di sebelah posterior tendo m>tibialis posterior, lalu membelok di sebelah dorsal malleolus medialis dan melanjutkan diri ke ventral di sebelah profunda retinaculum flexorum, berada di caudalis dari tendo m.tibialis posterior, berada pada sisi medial sustentaculum tali. Memasuki daerah planta pedis tendo m.flexor digitorum longus berjalan di sebelah profunda m.abductor hallucis, selanjutnya terbagi menjadi empat buah tendo dan mengadakan insertio pada phalanx distalis jari II – III – IV – V.

2.    M.flexor hallucis longus
            Mengadakan perlekatan pada facies posterior fibula di sebelah distal dari perlekatan m.soleus. tendonya berjalan pada facies posterior talus, di sebelah ventral tendo calcaneus, masuk ke daerah pedis dan berada pada facies profundus retinaculum flexorum, lalu berjalan ke ventral di sebelah caudalis sustentaculum tali. Tendo otot ini berada di sebelah profundus tendo m.flexor digitorum longus dan di sebelah superficialis dari m.flexor hallucis brevis, megadakan insertio pada basis phalanx dastalis jari I.

3.    M.tibialis posterior
            Berasal dari bagian lateral facies posterior tibia di sebelah caudalis dari linea soleus, membrana interossea cruris dan facies medialis fibulae. Membentu tendo yang panjang, berada di sebelah dorsal malleolus medialis, lalu membelok di caudalis malleolus medialis menuju ke ventral, menyilang facies medialis ligamentum deltoideus dan ligamentum calcaneonaviculare, mengadakan insertio pada tuberositas ossis navicularis dan pada facies plantaris os coboideum, os cuneiforme I – II – III dan os metatarsale II – III – IV.

(b)   Otot-otot kelompok Anterior

1.    M.tibialis anterior
            Mempunyai origo pada facies lateralis condylus lateralis tibiae, facies lateralis 2/3 bagian proximal tibia, pada membrana interossea cruris dan fascia profunda cruris. Pada 1/3 bagian distal crus serabut-serabut otot berganti dengan tendo, yang berjalan pada bagian ventral ujung distal tibia, mengadakan insertio pada sisi medial os cuneiforme I dan pada basis ossis metatarsalis I. Di bagian distal crus tendo m.tibialis anterior terletak paling medial.

2.    M.extensor digitorum longus
            Berbentuk unipennetus, terletak pada facies anterior cruris bersam-sama dengan m.tibialis anterior. Pada sepertiga bagian cranial crus kedua otot tersebut berada berdampingan satu sama lain, m.extensor digitorum longus terletak di sebelah lateral dari m.tibialis anterior. Origo berada pada capitulum fibulae dan crista anterior fibulae ( 3/4 bagian proximal fibulae ), condylus lateralis tibiae, septum intermusculare anterius, membrana interossea cruris dan pada fascia cruris. Berjalan turun, di ujung distal crus tendo otot ini terletak di sebelah lateral dari tendo m.extensor hallucis longus, selanjutnya membentuk empat buah ujung tendo terbagi menjadi tiga bagian, bagian yang medial berinsertio pada basisi phalanx medialis jari II – III – IV – V dan dua bagian lainnya melekat pada phalanx distalis jari II – III – IV – V.

3.    M.peronaesus tertius
            Suatu otot yang kecil, sangat berveriasi dalam ukuran dan sering absen. Merupakan bagian dari m.extensor digitorum longus, mengadakan origo pada crista anterior fibulae di sebelah distal dari origo m.extensor digitorum longus dan terletak di sebelah lateral dari otot tersenut. Tendo otot ini menyilang sisi lateral bagian anterior pergelangan kaki dan berjalan ke arah ventrolateral, mengadakan insertio pada facies dorsalis basis metatarsalis V.

4.    M.extensor hallucis longus
            Pada seperdua bagian proximal crus otot ini ditutupi oleh m.tibialis anterior dan m.extensor digitorum longus. Membentuk origo pada bagian tengah fibula, yaitu pada crista anterior fibulae di sebelah medial dari origo m.extensor digitorum longus, dan pada membrana interossea cruris. Di bagian distal crus serabut-serabut otot dan tendo m.extensor hallucis longus berjalan di antara m.tibialis anterior dan tendo m.extensor digitorum longus. Selanjutnya berjalan ke ventral pada dorsum pedis dan membentuk insertio pada basis phalanx distalis jari I (ibu jari kaki = hallux)

(c)   Otot-otot kelompok Lateral

1.    M.peronaesus longus
            Berbentuk bipennatus, terletak paling superficial pada bagian lateral crus, mengadakan origo pada aspectus lateralis dari 2/3 bagian cranial fibula, capitulum fibulae dan pada condylus lateralis tibiae. Mempunyai tendo yang panjang, terletak di sebelah superficial tendo m.peronaesus brevis  ketika  berada di sebelah dorsal  malleolus lateralis, lalu menyilang sisi lateral os calcaneus ( di caudalis processus trochleris calcanei ) dan os cuboideum, masuk ke daerah planta pedis. Berada di sebelah anterior tuberositas ossis cuboidei (pada sulcus tendinis m.peronaei longi)  dan mengadakan insertio pada sisi lateral os cuneiforme I dan basis ossis metatarsalis I berdekatan dengan insersi  tendo  m.tibialis  anterior. Pada  planta  pedis tendo  m.peronaeus  longus   ditutupi ( berada di sebelah profundus) oleh ligamentum plantare longum, m.adductor hallucis, tendo m.flexor hallucis longus dan tendo m.flexor hallucis brevis. Pada tempat di mana tendo otot ini menyilang os cuboideum terdapat os sesamoideum.

2.    M.peronaesus brevis
            Terletak di sebelah profunda m.peronaeus longus dan agak ke anterior. Berasal dari facies lateralis 2/3 bagian distal fibula, serabut-serabut otot dilanjutkan oleh tendo yang panjang, yang berjalan turun dan berada di sebelah dorsal malleolus lateralis, lalu menuju ke anterior berada di sepanjang sisi lateral os calcaneus, yaitu di sebelah cranialis processus trochlearis calcanei, dan setelah menyilang os cuboideum tendo otot ini mengadakan insertio pada sisi lateral basis ossis metatarsalis V.

RETINACULUM dan SYNOVIAL SHEATH
            Fascia profunda cruris di daerah pergelangan kaki menebal membentuk retinaculum yantg mempertahankan posisi tendo-tendo pada tempatnya ketika berjalan menyilang ankle joint.

RETINACULUM FLEXOREM (= LIGAMENTUM LACINIATUM)
            Berbentuk pita yang lebar, meluas dari malleolus medialis menuju ke sisi medial os calcaneus. Retinaculum tersebut menututpi tendo m.tibialis posterior, m.flexor digitorum longus dan m.flexor hallucis longus, dan juga vasa tibialis posterior serta nervus tibialis.
            Celah-celah tulang bersama-sama dengan retinaculum tersebut membentuk canalis yang dilalui oleh tendo-tendo tersebut tadi. Setiap tendo dibungkus oleh synovial sheath yang terpisah satu sama lain, yaitu vagina tendinis m.tibialis posterior, vagina tendinis m.flexor digitorum longi dan vagina tendinis m.flexor hallucis longi.

RETINACULUM EXTENSORUM
            Terdiri atas retinaculum extensorum superior (= ligamentum transversum cruris) dan retinaculum extensor inferior (=ligamentum cruriatum cruris).
            Ligamentum transversum cruris menyilang tendo-tendo extensor dan melekat pada pars distalis tibia dan fibula.
            Ligamentum cruciatum terletak pada dorsum pedis, berbentuk huruf “Y” dan tampaknya lebih tegas daripada retiniculum extensorum superior. Pangkal dari ligamentum cruriatum cruris melekat pada sisi lateral facies superior calcaneus, ujungnya membuka ke arah medial, bagian superior melekat pada malleolus medialis dan ujung caudalnya berjalan mengelilingi sisi medial pedis, mengadakan perlekatan pada fascia yang membungkus m.abductor hallucis pada planta pedis. Pars superior ligamentum cruriatum cruris (upper limb) menutupi tendo-tendo m.extensor digitorum longus dan m.peronaes tertius, vasa tibialis anterior dan nervus peronaeus profundus. Ke arah medialis membungkus tendo m.extensor hallucis longus dan tendo m.tibialis anterior.
Pars caudalis ligamentum cruciatum cruris menyilang semua tendo dan pembuluh-pembuluh darah pada dorsum pedis.
            Synovial sheath yang membungkus tendo m.tibialis anaterior (= vagina tendinis m.tibialis anterior) meluas mulai dari sebelah cranialis ligamentum tranvsersum cruris sampai di antara kedua bagian ligamentum cruciatum cruris. Synovial sheath yang membungkus tendo m.extensor hallucis longus disebut vagina tendinis m.extensoris hallucis longi; yang membungkus tendo m.extensor digitorum longus disebut vagina tendinum m.extensor digitorum longi, mulai pada daerah di antara logamentum cruris dan ligamentum cruciatum cruris sampai di bagian distal ligamentum cruciatum cruris, dan synovial sheath yang membungkus m.extensor hallucis longus meluas sampai sejauh phalanx distalis jari I.
            Retinaculum mm.peronaeorum terdiri atas dua bagian, yaitu retinaculun mm.peronaeorum superius yang mengadakn perlekatan pada tepi posterior malleolus lateralis dan pada facies lateralis calcaneus; retinaculum ini memfiksir tendo m.peronaeus brevis et longus pada posisinya di bagian dorsal malleolus lateralis. Yang kedua adalah retinaculum mm.peronaeorum inferius yang memfiksir tendo-tendo m.peroneus brevis et longus tetap pada tempatnya facies lateralis calcaneus; retinaculum ini melekat di bagian caudal pada os calcaneus, berjalan ke arah cranio-ventral dan melanjutkan diri pada ligamentum cruciatum cruris.
            Synovial sheath yang membungkus tendo m.peronaeus brevis et longus membentuk vagina tendinum mm.peronaeorum communis, yang terletak mulai kira-kira 2 cm di sebelah cranial retinaculun mm.peronaeorum superius sampai setinggi os cuboideum.

ad.4.    Otot-otot pada Pedis

            disebut juga otot intrinsic pedis. Hampir semua otot intrinsic pada pedis berada pada planta pedis, hanya satu otot yang terletak pada dorsum pedis, yaitu m.extensor digitorum brevis. Otot-otot intrinsic bersama-sama dengan tendo otot-otot extrinsic yang berada pada planta pedis memegang peranan penting dalam mempertahankan arcus pedis dan mengontro; gerakan jari I.

(a)  Otot di bagian dorsal ( dorsum pedis )

            Venter otot ini terletak pada sisi lateral dorsum pedis, mengadakan origo pada facies superior os calcaneus pada facies profundus ligamentum crucaitum cruris.
            Membentuk empat buah tendo yang menuju ke jari I – II – III – IV. Tendo yang menuju ke jari I melekat pada phalanx proximalis, disebut m.extensor hallucis brevis. Ketiga tendo lainnya mengadakan insertio pada tendo m.extensor digitorum longus.

(b)  Otot-otot bagian plantar
      Pada sisi lateral  :

1.    M.abductor hallucis
            Terletak di bagian superficial, berorigo pada ligamentum laciniatum dan berinsersi pada sisi medial basis phalanx proximal jari I. Pada tendo otot ini terdapat os sesamoideum.

2.    M.flexor hallucis brevis
            Berasal dari os cuboideum, di sebelah dorsal sulcus tendinis m.peronei longi, lalu terbagi menjadi dua bagian dan masing-masing melekat pada sisi medial dan lateral basis phalanx proximalis jari I.
            Pada setiap tendo terdapat os sesamoideum setinggi articulatio metatarsophalangealis.

3.    M.adductor hallucis
            Berada di sebelah lateral m.flexor hallucis brevis. Mempunyai (a) caput obliquum dan (b) caput transversum.
            Caput obliquum berorigo pada tendo m.peronaeus longus ketika berada di dalam sulcus tendinis m.peronaei longi dan [ada facies plantaris basis metatarsalis II – III – IV.
            Caput transversum berasal dari ligamentum capsulare articularis metatarsophalangea jari II – III – IV – V.
            Kedua caput tersebut bersatu dan membentuk insertio pada sisi lateral phalanx proximalis jari I.

Pada sisi lateral  :
1.    M.abductor digiti quiti ( V, minimi)
Berada di sebelah lateral m.flexor digitorum brevis, mengadakan origo pada tuber calcanei, berjalan ke ventral, megadakan insertio pada basis phalanx proximalis jari V < banyak kali berinsertio pada basis ossis metatarsalis V.

2.    M.flexor digiti minimi brevis
Berasal dari facies plantaris pars medialis basis ossis metatarsalis V dan dari tendo m.peronaeu longus, dan mengadakan insertio pada sisi laterala basis phalanx proximalis jari V.
3.    M.opponens digiti quinti
Berorigo pada ligamentum plantare longum, insertio pada ujung distal os metetarsale V

Otot-otot pada bagain tengah pedis  :
1.    M.flexor digitorum brevis
Berorigo pada processus medialis tuber calcanei dan pada aponeurosis plantaris. Membentuk empat buah tendo dan masing-masing menuju ke jari II – III – IV – V. ujung setiap tendo bercabang dua, dilalui oleh tendo m.flexor digitorum longus. Mempunyai insertio pada phalanx medialis jari II – III – IV – V.
2.    M.quadratus plantae
            Ada yang menyebutnya m.flexor digitorum accessorius. Melekat pada calcaneus dengan dua buah caput, masing-masing berada pada sisi ligamentum plantare longum.
            Caput mediale melekat pada facies medialis calcaneus dan caput laterale melekat pada processus lateralis tuber calcanei. Mengadakan insertio pada tendo m.flexor digitorum longus.
3.    Mm.lumbricales
Berasal dari (origo) tendo m.flexor digitorum longus. Mempunyai empat buah tendo, berjalan ke dorsal pada sisi medial jari II – III – IV – V, mengadakan insertio pada tendo m.extensor digitorum longus. M.lumbricalis yang menuju ke jari II berasal dari tenso m.flexor digitorum longus jari II ( dari sisi medialnya ), sedangkan m.lumbricalis lainnya berasal dari kedua tendo m.flexor digitorum longus yang mengapitnya.

4.    Mm.interossei
Terdiri atas 3 buah mm.interossei plantares, yang masing-masing terletak di antara ossa metatarsalia II – III, III – IV dan IV – V, dan 4 buah mm.interossei dorsales yang masing-masing berada di antara ossa metatarsalis I – II, II – III, III – IV dan IV – V.
Setiap m.interosseus plantaris di bagian proximal melekat pada sisi medial ossis metatarsalis dan di bagian distal melekat pada sisi medial basis phalanx proximalis jari-jari bersangkutan dan pada tendo m.extensor digitorum longus.
M.interosseus dorsalis di bagian proximal melekat pada caput ossis metatarsalis yang berdekatan, di bagian distal melekat pada sisi basis phalanx proximalis dan pada tendo m.extensor digitorum longus yang menuju ke jari II, III dan IV.
M.interosseus dorsalis jari I dan II mengadakan perlekatan pada sisi medial dan lateral phalanx proximalis jari II. M.interosseus dorsalis III dan IV melekat pada sisi lateral jari III dan IV.

Otot-otot planta pedis dapat diklasifikasikan menjadi empat lapisan :
1.    Lapisan superficial dibentuk oleh m.abductor hallucis, m.flexor digitorum brevis dan abductor digiti minimi.
2.    Lapisan kedua dibentuk oleh tendo m.flexor digitorum longus, m.flexor hallucis longus, mm.lumbricales dan m.quadratus plantae.
3.    Lapisan ketiga dibentuk oleh m.flexor hallucis brevis, m.adductor hallucis dan m.flexor digiti minimi brevis.
4.    Lapisan keempat terdiri dari mm.interossei, tendo m.fibialis posterior dan tendo m.peronaeus longus.

APONEUROSIS PLANTARIS

            Merupakan lembaran fascia yang kuat, menutupi otot-otot pada planta pedis. Terbagi menjadi 3 bagian, yaitu sebuah pars sentralis yang kuat dan dua buah pars veriveri yang tipis. Berada pada facies superficialis otot-otot di sebelah nedial dan lateral planta pedis. Di sebelah dorsal melekat pada tuber calcanei, ke arah anterior pars sentralis terbagi menjadi dua bagian yang menuju ke jari I.

3.   Otot-otot pada TRUNCUS

      Diklasifikasikan menjadi 6 kelompok :
I.      Otot-otot profundus Columna Vertebralis ( Deep muscles of the Back )
II.    Otot-otot suboccipitalis
III.   Otot-otot thorax
IV.  Otot-otot abdomen
V.   Otot-otot pelvis
VI.  Otot-otot perineum


Ad.I.  Otot-otot profundus columna vertebralis ( m.erectortrunci )
            Disebut juga otot-otot intrinsic, terdiri dari otot-otot yang sangat kompleks, mulai dari pelvis sampai craniun, dan berfungsi sebagai otot-otot extensor columna vertebralis.
Terbagi menjadi  :

a)    Gugusan superficialis terdiri dari n.splenius capitis, m.splenius cervicis, m.sacrospinalis  (m.erector spinae dibentuk oleh m.iliocostalis, m.longisimus, m.spinalis); kelompok otot ini disebut m.transverso-costalis.

b)   Gugusan profundus, yang meluas ke cranial dan medial, disebut m.transverso-spinalis.

a)    M.tranverso-costalis

1.   M.splenius capitis
            Berasal dari bagian caudal ligamentum nuchae, processus spinosus vertebrae cervicalis VII sampai dengan vertebra thoracalis IV.
            Serabut otot berjalan ke arah cranial dan lateral, mengadakan insertio pada os occipitale di caudalis 1/3 bagian lateral linea nuchae superior pada processus mastoideus.

2.  M.splenius cercivis
            Berasal dari processus spinosus vertebrae thoracales III – VI, mengadakan insertio pada tuberculum posterius processus transversus vertebrae cervicales I – III.

3.  M.sacrospinalis
            Pada regio thoracalis dan cervicalis otot ini terletak dalam saluran di sebelah kiri dan kanan columna vertebralis.
            Di daerah lumbal dan thoracal ditutupi oleh fascia lumbodorsalis, di daerah cervical ditutupi oleh fascia nuchae. Di daerah sacral otot ini kecil dan lancip, di daerah lumbal lebih besar dan agak tebal, berjalan ke cranial sampai di ujung cranialis regio lumbalis terbagi menjadi tiga bagian, sebagai berikut : yang lateral disebut m.iliocostalis, yang intermedia disebut m.longissimus dan yang medial disebut m.spinalis.
            M.sacrospinalis mengadakan origo dengan perantaraan suatu tendo yang besar dan tebal, melekat pada crista sacralis media, pocessus spinosus vertebra lumbalis V sampai dengan thoracalis XI, ligamentum supra spinalis , labium internum crista iliaca dan crista sacralis lateralis. Insertio berada di beberapa tempat, yaitu  :
1)    m.iliocostalis, terbagi menjadi m.iliocostalis lumborum, melekat pada angulus costae VII – XII, m.iliocostalis thocis melekat pada angulus costae I – VI dan pada bagian dorsal processus transversus vertebrae cervicalis VII, m.iliocostalis cervicis melekat pada tuberculum posterior processus transversus vertebrae cervicalis IV – VI  ;
2)    m.longissimus, teridiri dari m.longissimus thoracis melekat pada ujung processus transversus vertebrae thoracalis I – III dan pada angulus costae III – XII, m.longissimus cervicis melekat pada tuberculum posterior processus transversus vertebrae cervicalis II – VI, m.longissimus capitis melekat pada margo posterior processus mastoideus  ;
3)    m.spinalis, terdiri dari m.spinalis thoracis melekat pada processus spinosus vertebrae thoracalis I – IV ( atau I – VIII ), m.spinalis cervicis melekat pada processus spinosus epistrophei – vertebrae cervicalis III – IV, m.spinalis capitis melekat di antara linea-linea nuchae superior dan inferior (bersama-sama dengan m.semispinalis capitis)

M.transverso-spinalis terdiri dari  :
1.    M.semispinalis
2.    M.multifidus
3.    Mm.rotatores
4.    Mm.interspinales
5.    Mm.intertransversales

1.    M.semispinalis
            Terdiri dari m.semispinalis thoracis, membentuk origo pada processus transversus vertebrae thoracalis VI – X, mengadakan insertio pada processus spinosus vertebrae thoracalis I – IV dan vertebrae cervicalis VI – VII.
Otot ini berbentuk tipis.
            M.semispinalis cervicis berorigo pada processus transversus vertebrae thoracalis I – VI dan mengadakan insertio pada processus spinosus vertebrae cervicalis II – V.
Otot ini lebih besar daripada m.semispinalis thoracis.
            M.semispinalis capitis ditutupi oleh m.splenius, di medialis m.longissimus cervicis et capitis, berasal dfari ujung processus transversus vertebrae cervicalis VII – Thoracalis VII, mengadakan insertio di antara linea nuchae superior dan linea nuchae inferior ossis occipitalis.
            Serabut-serabut otot di bagian medial biasanya terpisah dan disebut m.spinalis capitis.

2.    M.multifidus
Berada di sebelah kiri dan kanan processus spinosus, mulai dari os sacrum sampai di epistropheus. Origo berada di regio sacralis pada facies dorsalis ossis sacri, facies medialis spina iliaca posterior superior dan dari ligamnetum sacroiliacum posterius, di regio lubalis melekat pada processus mammillaris dari semua vertebra lumbalis, di regio thoracalis melekat pada processus transversus semua vertebra thoracalis, di regio cervicalis melekat pada processus articularis vertebra cervicalis IV – VII.
Serabut-serabut otot ini berjalan naik dan oblique menyilang dua sampai empat vertebra menuju ke linea mediana, mengadakan insertio pada processus spinosus vertebrae lumbalis V sampai di epistropheus.
 

3.    Mm.rotatores
Terdiri dari sejumlah otot-otot kecil, letak paling profunda di dalam saluran yang terbentuk di antara processus  spinosus dan processus transversus, ditutupi oleh m.multifidus. Berada di sepanjang columna vertebralis mulai dari os scrum sampai di epistropheus.
Mempunyai origo pada processus transversus suatu vertebra dan mengadakan insertio pada bagian caudalis processus spinosus vertebra di cranialisnya.

4.    Mm.interspinales
Otot-otot kecil, berpasangan, terletak di antara processus spinosus vertebra satu dengan lainnya ( yang dicaudalisnya). Berada di regio cervicalis, thoracalis dan lumbalis.

5.    Mm.intertransversales (= mm.intertransversarii )
Sejumlah otot-otot kecil yang terletak di antara processus transversus.
Di regio cervicalis otot ini menjadi pars anterior danpars posterior, masing-masing melekat pada tuberculum anterius dan posterius.
Di regio lumbalis juga terbagi dua, sedangkan pada regio thoracalis tetap sebagi satu otot.

FASCIA LUMBODORSALIS

            Terdiri dari lamina superficialis dan lamina profunda. Lamina superficialis melekat pada processus spinosus, di sebelah caudal mlekat pada crista iliaca, crista sacralis media dan ligamentum sacroiliaca, ke cranial melanjutkan diri menjadi fascia nuchae.
Lamina profunda melekat pada processus transversus vertebra lumbalis, berada di antara costa XII dan crista iliaca, ke arah lateral menjadi aponeurosis lumbalis.
            Di sebelah lateral m.sacrospinalis lamina superficialis dan lamina profunda bersatu menjadi satu lembaran.

ad.II.  OTOT-OTOT SUBOCCIPITALIS
1.    M.rectus capitis posterior major
      Berasal dari processus spinosus epistrophei dan mengadakan insertio pada pars lateralis linea nuchae inferior, arah myofibril ke cranio-lateral. Fungsi  : extensi kepala san rotasi kepala ke arah yang sama.

2.   M.rectus capitis posterior minor
      Berasal dari tuberculum posterior atlantis, mengadakan insertio pada pars medialis linea nuchae inferior. Fungsi  : extensi kepala.

            3.   M.obliquus capitis inferior
            Berorigo pada processus spinosus epistrophei dan insertio pada processus transversus atlantis. Arah serabut otot adalah ke cranio-lateral. Fungsi otot ini memutar atlas sehingga menghadapkan wajah ke arah sisi yang sama.

4.   M.obliquus capitis superior 
      Berasal dari permukaan superior transversus atlantis dengan serabut-serabut myofibril mengarah ke cranio-medial, mengadakan insertio pada daerah di antara linea nuchae superior dan linea nuchae inferior, di sebelah lateral m.semispinalis capitis. Fungsi  : extensi kepala
Innervasi diperoleh dari ramus dorsalis n.suboccipitalis (n.spinalis C. 1)
            Trigonum suboccipitalis dibatasi di bagian medial oleh m,rectus capitis posterior major, batas di bagia caudo-lateral dibentuk oleh m.obliquus capitis inferior, dan batas cranio-lateral dibentuk oleh m.obliquus capitis superior. Trigonum tersebut berisi plexus venosus vertebralis, arteria vertebralis dan nervus suboccipitalis.

Ad.III.  OTOT-OTOT DINDING THORAX
            Lapisan otot pada dinding thorax dapat dibagi dalam 3 lapisan, lapisan superficial, intermedia dan profunda.
            Lapisan superficial dibentuk oleh otot-otot yang selain melekat dan berfungsi melindungi dinding thorax juga berperan pada extremotas superior, dan merupakan bagian dari dinding ventral abdomen. Otot-otot yang dimaksud adalah m.pectoralis major et minor, m.rectus abdominis, m.obniquus externus abdominis, m.serratus anterior, m.latissimus dorsi, m.trapezius. m.rhomboideus major et minor, m.levator scapulae dan m.serratus posterior.
            Lapisan intermedia terdiri dari dua lapisan otot, yaitu m.intercostalis externus dan m.intercostalis internus.
            Lapisan paling dalam (= internus) dibentuk oleh m.subcostalis dan m.transversus thoracis.

1.    M.intercostalis externus
Berjumlah 11 pasang yang meluas dari tuberculum costae di sebelah dorsal sampai pada pars cartilaginis costae di sebelah ventral, yaitu pada membrana intercostalis anterior ( membrana ini meluas sampai pada sternus ). Otot ini berorigo pada tepi caudal costa dan mengadakan insertio pada tepi cranial costa di sebelah caudalnya. Arah dari serabut otot tadi di bagian dorsal adalah mirirng ke caudo-lateral, dan di bagian ventral arahnya caudo-medial.

2.    M.intercostalis internus
Ada 11 pasang yang dimulai di sebelah ventral pada sternus dan pars cartilaginis costae, meluas ke dorsal sampai angulus costae dan selanjutnya dengan perantaraan membrana intercostalis posterior mencapai columna vertebralis. Origo otot ini berada pada permukaan internus dari tepi caudal dari suatu costa dan mengadakan insertio pada tepi cranial costa di sebelah caudalnya. Arah serabut otot ini miring dan tegak lurus pada m.intercostalis externus.

3.    M.subcostalis
Merupakan gabungan antara serabut otot dan jaringan ikat (aponeurose) yang pada umumnya hanya terdapat di bagian caudal dinding thorax. Origonya berada pada permukaan internus dekat collum costae dan mengadakan insersi pada permukaan internus 2 atau 3 costa di sebelah caudalnya.

4.    M.transversus thoracis
Terdiri dari serabut otot dan jaringan ikaat yang terdapat pada permukaan dinding thorax. Origo otot ini berada dalam 1/3 bagian caudal sternum, facies internus processus xiphoideus, pars cartilaginis costa IV – VII. Insersi berada pada facies internus tepi cauda costa II – VI; serabut otot di bagian caudal arahnya horizontal, serabut otot di bagian tengah arahnya oblique dan serabut otot yang paling cranial arahnya hampir vertikal. Otot ini berfungsi menarik bagian ventral costa ke arah caudal sehingga volume cavum thoracis menjadi berkurang. M.transversus thoracis dapat dianggap lanjutan ke arah cranialis dari m.transversus abdominis.

5.    M.serratus posterior superior
Suatu otot yang tipis dan berbentuk segiempat, berada di bagian cranial dan posterior thorax. Origo dengan perantaraan satu aponeurose yang tipis dan lebar pada pars inferior ligamentum nuchae, processus spinosus vertebra cevicalis VII serta vertebra thoracalis 1 – 3 dan dari ligamentum supraspinale. Mengadakan insertio dengan membentuk empat buah tendo pada tepi cranialis costa II. III. IV dan V dekat pada angulus costae.

6.    M.serratus posterior inferior
Berada di antara regio thoracalis dan regio lumbalis. Membentuk origo pada processus spinosus vertebra thoracalis XI – XII, vertebra lumbalis 1 –3 dan dari ligamentum supraspinale, berjalan ke arah cranio-lateral, membentuk empat buah otot yang mengadakan insertio pada tepi caudalis costa IX – XII, dekat pada angulus costae.

7.   M.levator costarum
             
ad. IV.A.  OTOT-OTOT DINDING VENTRAL ABDOMEN
            Dibagi mnjadi 2 kelompok, yaitu (a) antero-lateral dan (b) posterior.
Kelompok antero-lateral terdiri dari  : (1) m.obliquus externus abdominis, (2) M.obliquus internus abdominis, (3) m.transversus abdominis, (4) m.rectus abdominis dan (5) m.pyramidalis.
            Fascia superficialis abdominis (= tela subcutanea) pada dinding anterior abdomen tipis dan mudah digerakkan, ke arah cranialis melanjutkan diri menjadi fascia superficialis thoracis, ke caudalis melanjutkan menjadi fascia pada regio femoris dan genetalia externa, ke arah lateral menjadi lebih kuat dan membentuk fascia lumbodorsalis. Di sebelah caudal dari umbilicus fascia superficialis abdominis terbagi menjadi dua lapisan yakni (a) lamina superficialis (= fasscia Camperi ) dan (b) lamina profunda (= fasscia Scarpai ).
            Fascia Camperi mengandung fat, yang menebal beberapa sentimeter pada individu yang gemuk, melanjutkan diri melewati ligamentum inguinale. Pada pria, fascia tersebut melanjutkan diri pada penis dan scrotum, kehilangan jaringan lemak, dan menyatu dengan fascia scarpai, turut membentuk tunica dartos. Pada wanita, fascia tersebut masih mengandung jaringan lemak dan melanjutkan diri ke dalam labia majora. Baik pada pria maupun wanita, fascia tersebut melanjutkan diri ke dorsal menjadi fascia superficialis perinei dan fascia femoris pars medialis.
            Fascia scarpai merupakan suatu lembaran tanpa jaringan lemak, ke arah medial melekat pada linea alba. Ke arah cranialis dan lateral identitas fascia tersebut semakin menghilang, dan ke arah inferior berjalan melewati ligamentum inguinale menjadi fascia lata, membentuk fascia cribriformis yang menutupi fossa ovalis, melanjutkan diri pada penis dan scrotum, membentuk fascia collesi daerah perineum. Fascia ini turut membentuk tunica dartos bersama-sama dengan fascia camperi, dan pada linea mediana menebal membentuk ligamentum fundiforme penis.
            Fascia profunda abdominis (=fascia innominata = fascia gallaudeti)
            Mudah diindentifikasi di bagian lateral dari dinding anterior abdomen, menutupi m.obliquus externus abdominis, melanjutkan menjadi fascia yang menutupi m.latissimus dorsi dan m.pectoralis major. Ke arah caudal melekat pada ligamentum inguinale, melanjutkan menjadi fascia lata regio femoris, dan membentuk ligamentum suspensorium penis, yang memfiksasi dorsum penis pada simphisis pubis dan pada ligamentum arcuatum pubicum.

1.    M.obliquus externus abdominis
Berada di bagian lateral dan ventral abdomen, lebih besar terhadap otot-otot dinding abdomen lainnya, dan terletak paling superficial. Berbentuk lebar, tipis, hampir segiempat, mempunyai aponeurose yang lebar membentuk dinding ventral abdomen. Mempunyai origo pada facies externus dan tepi caudal costa V – XII ( berbentuk jari-jari), arah serabut otot ke caudo dorsal. Berinsersi pada linea alba dan pada labium externum cristae ilicae. Origo otot ini bertemu dengan origo dari m.serratus anterior, membentuk suatu garis bergerigi.
            M.obliquus externus abdominis membentuk suatu lembaran aponeurose, yang sangat kuat, dengan arah ke caudo medial, berada di sebelah superficial m.rectus abdominis, dan turut membentuk vagina musculi recti. Serabut-serabut dari kedua belah pihak bertemu pada garis tengah membentuk linea alba, yang mengadakan perlekatan mulai dari processus xiphoideus sampai pada symphysis ossium pubis.
Pars cranialis aponeurosis merupakan tempat origo dari m.pectoralis major pars caudalis.
Di sebelah cranial ligamentum inguinale, aponeurose tadi membentuk anulus inguinalis subcutaneus (= anulus inguinalis medialis ).
            Ligamentum inguinale pouparti adalah penebalan tepi caudal dari aponeurose m.obliquus externus abdominis, yang mengadakan perlekatan pada spina iliaca anterior superior dan pada pihak lain melekat pada tuberculum pubicum. Pada ligamentum inguinale melekat pula fasccia lata dan fascia innominata.
            Ligamentum lacunare Gimbernati adalah bagian dari ujung medial ligamentum inguinale yang berputar ke inferior funiculus spermaticus (pada pria), melekat pada pecten ossis pubis di sebelah lateral tuberculum pubicum. Berbentuk lembaran segitiga, ukuran panjang 1,25 cm, basisnya berbentuk konkaf menghadap ke lateral dan apex menghadap ke medial (tuberculum pubicum).
            Ligamentum inguinale reflexum ( collesi ) berbentuk segitiga, ikuran 2 – 3 cm, meluas dari anulus inguinalis externus sampai di linea alba. Melekat bersam-sama dengan ligamentum lacunare pada pecten ossis pubis, dengan arah serabut ke cranio-medial, berada di sebelah profunda aponeurosis m.obliquus externus abdominis. Ligamentum ini bisa berdiri sendiri dan bisa juga bergabung dengan aponeurosis m.obliquus externus abdominis atau dengan falx inguinalis.

2.    M.obliquus internus abdominis
Terletak di bagian lateral dan ventral abdomen, berbentuk segiempat, lebih kecil dan lebih tipis daripada m.obliquus externus abdominis, berada di sebelah profunda dari m.obliquus externus abdominis. Brorigo pada seperdua bagian lateral ligamentum inguinalis, lamina profunda fascia lumbodorsalis dan linea intermedia cristae iliacae. Insertio pada linea alba dan pars cartiliginis costae IX – XII. Membentuk aponeurose yang bersatu dengan aponeurosis dari m.obliquus externus abdominis dan m.transversus abdominis, turut membentuk vagina musculi recti, baik lapisan di bagian anterior maupun posterior m.rectus abdominis.
M.cremaster adalah suatu lapisan otot tipis yang membungkus funiculum spermaticus. Berorigo pada bagian pertengahan ligamentum inguinale sebagai lanjutan dari serabut otot m.obliquus internus abdominis dan mengadakan insertio pada tuberculum dan crista pubica, dan pada lamina  anterior vagina m.recti. serabut-serabut otot berjalan turun mencapai testis dan melekat pada tunica vaginalis testis. Berfungsi menarik testis naik ke arah anulus inguinalis subcutaneus.  
3.    M.transversus abdominis
Terletak paling profunda, langsung di bawah m.obliquus internus abdominis. Membentuk origo dengan perantaraan serabut-serabut otot pada sepertiga bagian lateral ligamentum inguinale, 3/4 bagian anterior labium internum crista iliaca, fascia lumbodorsalis dan facies internus pars cartilaginis costa VII – XII. Insertio dan linea alba. Tepi caudal dari otot ini bebas mulai dari bagian lateral ligamentum inguinale sampai pada tuberculum pubilicum, sedikit di cranialis dari anulus inguinalis abdominalis (anunlus inguinalis internus).
Falx inguinalis ( conjoinet tendon) adalah ujung terminal aponeurosis m.onbliquus internus abdominis yang menyatu dengan aponeurosis m.transversus abdominis. Mengadakan perlekatan pada crista pubica dan pecten ossis pubis, berada di dorsalis anulus inguinalis externus, memperkuat dinding anterior abdomen yang agak lemah di tempat itu.

4.    M.rectus abdominis
Letak memenjang pada dinding ventral abdomen, berada di sebelah kiri dan kanan linea alba. Di bagian cranial bentuknya lebih besar, namun lebih tipis di bagian caudal. Berasal dari crista pubica, mengadakan insertio pada pars cartilaginis costa V – VII dan tepi processus xiphoideus.
M.rectus abdominis di silang oleh 3 buah inscriptio tendinae yang terletak transversal, yanr pertama kira-kira setinggi ujung processus xiphoideus, yang kedua setinggi pertengahan jarak umbilicus dan processus xiphoideus, dan yang ketiga setinggi umbilicus.
            Vagina musculi recti abdominis merupakan suatu pembungkus untuk m.rectus abdominis, dibentuk oleh aponeurosis m.obliquus externus abdominis, m.obliquus internus abdominis dan m.transversus abdominis. Pada tepi lateral dari m.rectus abdominis vagina m.recti abdominis terbagi menjadi 2 bagian, yaitu lamina anterior dan lamina posterior. Aponeurosis m.obliquus externus abdominis berada di sebelah superficialis sepanjang m.rectus abdominis. Aponeurosis m.obliquus internus abdominis di sebelah cranial dari umbilicus terbagi menjadi dua lembaran, yaitu yang berada di anterior m.rectus abdominis menyatu dengan aponeurosis m.obliquus externus abdominis, sedangkan yang berada di sebelah posterior m.rectus abdominis menyatu dengan aponeurosis m.transversus abdominis. Aponeurosis m.transversus abdominis di sebelah cranial umbilicus berada di sebelah posterior di sepanjang m.rectus abdominis menyatu dengan aponeurosis  Pada jarak pertengahan antara umbilicus dan symphisis publis, lamina posterior vagina m.recti abdominis berakhir pada linea semicircularis Douglasi. Di sebelah  caudal linea tersebut ketiga aponeurosis m.abonimis berada di sebelah anterior m.rectus abdominis.

5.    M.pyramidalis
Sebuah otot kecil, berbentuk segitiga, berada di sebelah caudal dinding ventral abdomen, di sebelah ventral  m.rectus abdominis, di bungkus oleh vagina m.recti abnominis. Origo pada symphysis ossis pubis dan ligamentum pubicum anterior dan insertio  di linea alba pada umbilicus dan symphysis ossium pubis.
Linea alba adalah jaringan ikat yang terletak pada linea mediana, tempat insertio aponeorosis m.obliquus externus abdominis, m. obliquus internus abdominis dan m.transversus abdominis dari kedua belah pihak. Berbentuk suatu tendo yang melekat pada processus xiphoideus dan sympasis ossium pubis. Di bagian cranial bentuknya lebih lebar dari pada di bagian caudal.
Fascia transversalis abdominis berada pada facies internus dari m.transversus abdominis dan menutupi seluruh permukaan internus dinding cavum abdominis.
Membentuk suatu penebalan, disebut ligamentum interfoveolare Hesselbachi, berada pada pertengahan ligamentum inguinale, arah ke cranial mengikuti a.epigastica profunda inferior, membagi cekungan di cranialis ligamentum inguinale menjadi fovea inguinalis medialis dan fovea inguinalis lateralis. Fovea inguinalis lateralis sekaligus menjadi anulus inguinalis internus (= anulus inguinalis lateralis ).
            Canalis inguinalis  adalah sebuah saluran yang terletak di cranial ligamentum inguinale, ukuran panjang 4 cm, paralel dengan ligamentum inguinale, dilalui oleh funiculum spermaticus pada pria dan pada wanita dilalui oleh the round ligament.
Pada ujung lateral canalis inguinalis terdapat anulus inguinalis abdominalis (= anulus inguinalis internus ), pada ujung medial terdapat anulus inguinalis medialis (= anulus inguinalis subcutaneus = anulus inguinalis externus ).
            Dinding anterior dibentuk oleh cutis, fascia superficialis abdominis, aponeurosis m.obliquus externus abdominis, dan pada 1/3 bagian lateral oleh aponeurosis m.obliquus internus abdominis. Dinding posterior, dari medial ke lateral dibentuk oleh ligamentum inguinale reflexum, falx inguinalis, fascia transversalis abdominis dan peritoneum. Dinding cranial (atap) dibentuk oleh tepi caudal (berbentuk arcus) dari m.obliquus internus abdominis dan m.transversus abdominis.
            Anulus inguinalis medialis (= anulus inguinalis externus = anulus inguinalis superficialis) adalah lubang (celah) yang terdapat pada aponeurosis m.obliquus externus abdominis, berada di sebelah cranio-lateral symphisis ossium pubis, berbentuk segitiga yang mengarah ke cranio-lateral. Tepi lateral dari anulus inguinalis medialis disebut crus inferius (= crus laterale), kuat dan dibentuk bersama dengan ligamentum inguinale. Tepi medial tipis dan datar, disebut crus superius (= crus mediale) yang dibentuk oleh aponeurosis m.obliquus externus abdominis. Anulus inguinalis medialis terletak di sebelah ventral dari fovea inguinalis medialis.
            Anulus inguinalis lateralis (= anulus inguinalis internus = anulus inguinalis abdominalis = anulus inguinalis profundus) adalah lubang yang terdapat pada fovea inguinalis lateralis, terdapat pada ujung lateral canalis inguinalis, berbentuk oval dengan axis panjang terletak vertikal, berada pada pertengahan jarak antara spina iliaca anterior superior dengan symphysis ossium pubis, kira-kira 1,25 cm di cranialis ligamentum inguinale.
Tepi superior dibentuk oleh tepi caudal m.transversus abdominis (berbentuk arcus), tepi medial dibentuk oleh ligamentum interfoveolare Hesselbachi yang berisikan vasa episgastrica profunda inferior.

B. OTOT DINDING DORSAL ABDOMEN
            Terdiri atas  : (a) m.psoas major, (b) m.psoas minor, (c) m.iliacaus dan (d) quadratus lumborum. Otot-otot pada ad.a, b dan c dapat dibaca pada halaman 19.

            M.quadratus lumborum
            Berbentuk segiempat, besar di bagian inferior. Berorigo pada liamentum iliolumbale dan crista iliaca sepanjang 5 cm, berinsertio pada costa XII dan processus transversus vertebra lumbalis 1 – 4.
Fascia transversalis abdominis menutupi (facies ventralis)  paars lateralis m.quadratus abdominis, m.psoas major et minor dan ke arah medialis melekat pada processus tramsversus vertebra lumbalis.
            Fascia lumbodorsalis terdiri dari lamina superficialis dan lamina profunda. Lamina superficialis melekat pada crista iliaca, crista sacralis media dan ligamentum sacroiliacum. Ke arah cranialis menjadi fascia nuchae. Lamina profunda melekat pada processus transversus vertebra lumbalis, costa XII dan crista iliaca, berada di posterior m.quadratus lumborum. Ke arah lateral membentuk aponeurosis lumbalis.

ad.V.  OTOT-OTOT PELVIS
ad.VI. OTOT PERINEUM
            Catatan  : kedua topik tersebut akan dibicarakan pada kuliah Anatomi II


C.      ONTOGENI OTOT 

            Menjelang hari ke 17, sel-sel mesoderm intra embryonale membentuk suatu lembaran yang tipis pada ke dua sisi neural tube. Sebagian sel-sel di bagian tengah menebal, membentuk mesoderm paraxiale.  Lebih ke arah lateral, lapisan mesoderm tetap tipis  disebut mesoderm laterale.  Mesoderm laterale  akan berhubungan langsung dengan mesoderm extra embryonale. Mesoderm laterale kemudian akan terbagi dua lembaran, yang akan meliputi amnion disebut mesoderm somatis atau lamina parietalis, dan yang  meliputi yolk sac disebut mesoderm  splanchnicus atau lamina visceralis.  Ke dua lamina ini membatasi suatu rongga yang disebut coeloma intra embryonalis. Diantara mesoderm paraxiale dan mesoderm laterale akan terbentuk mesoderm intermedia.   Menjelang hari ke 21, mesoderm paraxiale di tiap sisi neural tube, membentuk kelompok-kelompok sel epitheloid yang berpasangan yang disebut somit.  Pasangan somit I  timbul pada bagian leher embryo. Dari sini somit-somit yang baru akan terbentuk  secara berurutan  dari arah cranial ke caudal.  Setiap hari akan terbentuk kira-kira 3 somit, dan akhirnya pada minggu ke 5 terdapat 42-44 pasang somit yang terdiri dari :
·         somit  occipitalis  : 4 pasang
·         somit cervicalis    : 8 pasang
·         Somit thoracalis   : 12 pasang
·         Somit  lumbalis    : 5 pasang
·         Somit  sacralis      : 5 pasang
·         Somit Coccygealis : 8-10 pasang 
            Somit occipitalis I dan 5-6 pasang somit coccygealis yang terakhir akan  segera menghilang. Selama masa perkembangan ini, umur embryo biasanyanya dinayatakan dalam jumlah somit.


DIFFERENSIASI SOMIT
            Menjelang permulaan minggu ke 4, sel-sel epitheloid yang membentuk dinding ventral dan medial somit mengalami pertumbuhan yang pesat.  Sel-sel ini lambat laun kehilangan bentuk epitheloidnya, berubah menjadi bentuk polymorph dan bermigrasi ke arah chorda dorsalis. Sel-sel ini keseluruhan disebut sclerotom  yang membentuk jaringan mesenchym. Salah satu sifat utama dari mesenchym ini ialah mempunyai kemampuan untuk berdiferensiasi dengan berbagai cara yaitu: 1. menjadi fibroblast, yang akan membentuk serabut-serabut  reticuler, collagen, elastin, yang terdapat di dalam jaringan penunjang;  2. Menjadi chondroblast untuk membentuk tulang dan tulang rawan.
Setelah sel-sel sclerotom bermigrasi ke arah ventro medial,  unsur-unsur tersebut akan membentuk columna vertebralis.  Bagian dari somit yang tidak bermigrasi yaitu dinding dorsolateral  disebut dermatom. Perkembangan selanjutnya, dermatom akan membentuk lapisan sel-sel baru di bagian dalamnya yang disebut myotom.  Setelah terbentuk myotom, sifat-sifat epitheloidnya menghilang lalu menyebar di bawah ectoderm di sekitarnya.  Di sini sel-sel ini akan membentuk dermis atau jaringan subcutis.  Dengan demikian maka setiap somit akan membentuk :
n  sclerotom untuk pembentukan tulang dan tulang rawan
n  myotom untuk pembentukan otot
n  dermatom untuk pembentukan kulit.
            Setiap segmen dan dermatom akan mempunyai komponen persarafan pada segmennya masing-masing.
OTOT  CORAK
Segera setelah sel-sel myotom terbentuk dari dermatom di sekitarnya, sel-sel ini berubah bentuk menjadi memanjang berbentuk spindel yang disebut myoblast.   Dalam perkembangan selanjutnya myoblast-myoblast bersatu membentuk serabut-serabut otot yang panjang berisi banyak inti yang selanjutnya myotom akan meluas ke arah rongga coeloma.

SUSUNAN OTOT  BATANG BADAN
            Menjelang akhir minggu ke 5 otot-otot dinding badan dibagi  ke dalam  dua bagian  yaitu bagian dorsal disebut epimere dan bagian ventral disebut hypomere.    Saraf-saraf yang menginnervasi segmen otot, juga dibagai menkadi ramus dorsalis untuk epimere dan ramus  ventralis untuk hypomere. Selanjutnya epimere akan membentuk otot-otot extensoren columna vertebralis  dan hypomere akan pecah menjadi tiga lapisan yaitu:
Pada dinding thorax akan membentuk :
1.     M. intercostalis externus
2.     M. intercostalis internus
3.     M. transversus thoracis
Pada dinding abdomen akan membentuk:
1.     M. Obliquus externus abdominis
2.     M. Obliquus internus abdominis
3.     M. Transversus abdominis
            Selain ke tiga lapisan otot tersebut di atas, pada ujung hypomere timbul jaringan otot memanjang yang pada daerah cervical membentuk otot-otot infrahyoidei, pada daerah thorax membentuk  m. sternalis, yang biasanya menghilang, dan pada  daerah abdomen membentuk m. rectus abdominis.
Pada daerah cranium, perkembangan myotom-myotom tidak begitu jelas.  Pada mulanya dapat ditemukan 4 pasang somit occipitalis, kemudian somit pertama (yang paling cranial) segera  menghilang.  Ke tiga pasang somit yang lainnya akan bermigrasi ke depan, membentuk otot-otot extrinsic dan intrinsic lingua.

SUSUNAN OTOT-OTOT EXTREMITAS
            Pada perkembangan akhir minggu ke 4, pada permukaan ventro-lateral embryo  terbentuk tonjolan yang bakal menjadi extremitas. Tonjolan ini disebut limb bud. Limb bud untuk extremitas superior terdapat pada setinggi antara somit segmen cervicalis 6 dan s segmen thoracalis 2 (C6 - Th. 2), sedangkan untuk extremitas inferior terletak setinggi somit  segmen Lumbalis 4 dan segmen Sacralis 3  (L4 - S3).  Pembentukan lim bud  superior lebih cepat dibanding dengan limb bud inferior.  Pembentukan susunan otot extremitas terjadi pada minggu ke 7 yang dimulai oleh adanya condensasi mesenchym dekat pangkal limb bud yang berasal dari mesoderm somatis.  Dari sini bermigrasi baik ke bagian ventral maupun ke bagian dorsal. Limb bud.  Mesenchym di bagian ventral akan membentuk  otot-oto flexoren, dan yang di bagian dorsal akan membentuk otot-otot extesoren.



SUSUNAN OTOT-OTOT PHARYNX
            Ketika embryo berumur kira-kira 7 minggu, sel-sel mesenchym yang terletak pada arcus pharyngealis berdiferensiasi menjadi myoblast-myoblast, yang selanjutnya bermigrasi ke berbagai arah.  Sekalipun migrasinya sangat jauh, tetap dapat diikuti asal otot ini yaitu dengan melihat asal saraf yang menginnervasinya.   Dengan cara ini dapat ditemukan bahwa otot-otot wajah, otot-otot  pharynx dan otot-otot larynx berasal dari arcus pharyngealis.

SUSUNAN OTOT POLOS
            Jaringan otot polos terutama berkembang dari lapisan mesoderm splanchnicus. Sel-sel mesenchym ini akan membentuk otot yang  melapisi   tractus digestivus, tractus respiratorius, serta pembuluh darah pada mesenterium.  Pembuluh-pembuluh drah yang berkembang pada extremitas, dinding badan dan kepala, memperoleh lapisan otot yang meliputinya dari mesenchym setempat.  Ternyata mesenchym yang terdapat di seluruh badan adalah sumber potensial untuk jaringan otot polos, kecuali  otot polos pada iris yaitu m. sphincter pupillae dan m. delatator pupillae, diduga berdifernsiasi dari ectoderm optical cap (cawang mata).

KELAINAN BAWAAN
            Tidak adanya sebagian atau keseluruhan dari suatu otot adalah hal yang sering terjadi.  Salah satu contoh: tidak adanya m. pectoralis major, atau sebagian tidak ada.  Tidak sempurnyanya pembentukan otot diaphragma, sehingga bisa timbul hernia diaphragmatica.  Tidak tertutupnya dinding abdomen karena otot-ototnya tidak berkembang dengan sempurna, sehingga bisa timbul omphalocele.  Ketegangan m. sternocleidomastoideus disebut torti colli.

KESEIMBANGAN BADAN
Pada sikap biasa titik berat badan berada di atas axis transversal yang melalui kedua articulatio coxae. Jadi badan berada dalam Keseimbangan Labil karena titik berat terdapat di atas titik penyokong. Pada sikap ini panggul letaknya sedemikian rupa sehingga spina iliaca anterior superior dan tuberculum pubicum terdapat dalam satu bidang frontal, incisura acetabuli menghadap ke caudal, dan bidang yang melalui adirus pelvis membentuk sudut 60 derajat dengan bidang datar (= inclinatio pelvis = miring pelvis ).
Karena badan berada dalam keseimbangan labil maka keseimbangan itu mudah terganggu, dalam hal ini panggul dapat berputar ke ventral atau ke dorsal, artinya inclinatio pelvis membesar atau mengecil. Karena panggul melekat erat pada os sacrum, maka tiap gerak panggul bertambah miring ke ventral, inclinatio pelvis bertambah besar, maka columna verteblaris juga akan bergerak ke ventral. Dengan majunya columna verteblaris ke ventral maka keseimbangan  badan terganggu dan badan akan terjatuh ventral. Untuk menghindari hal tersebut, badan melakukan koreksi dengan menambah pelengkungan lordosis lumbalis, artinya mengecilkan angulus lumbosacralis sehingga titik berat badan dipindahkan kembali ke dorsal. Sebaliknya jika miring panggul mengecil, jadi jika panggul memutar ke dorsal, maka columna vertebralis sebenarnya akan bergerak ke dorsal, tetapi hal itu dicegah oleh karena lordosis lumbalis merata, artinya angulus lumbodorsalis membesar. Jadi tiap pembesaran miring panggul mengakibatkan pengecilan angulus lumbodorsalis dan sebalaiknya tiap pengecilan miring panggul disertai dengan pembesaran angulus lumbodorsalis.

STATIK DAN MEKANIK GELANG PANGGUL
Lengkung-lengkung penerus gaya.
Berat badan yang membebani os sacrum dari cranial melalui articulatio sacroiliaca diteruskan kepada kedua ossa coxae dan pada sikap berdiri beban itu dilanjutkan kepada os femur melalui articulatio coxae. Lengkung gaya ini dinamakan Acus sacrofemoralis. Gaya yang berjalan melalui arcus ini mencoba untuk mendorong acetabulum dan dinding lateral pelvis ke arah lateral, jadi mencoba untuk merenggangkan kedua ossa coxae. Namun gaya ini dilawan oleh sebuah gaya yang berjalan melalui ramus superior ossis pubis (= Arcus pubis) dan oleh ligamentum pada symphysis osseum pubis.
Pada sikap duduk beban berat badan diteruskan dari os sacrum melalui articulatio sacroiliaca kepada kedua ossa coxae dan selanjutnya kepada kedua tuber ischiadicum. Lengkung gaya ini disebut Arcus sacroischius. Gaya ini pun berhasrat untuk merenggangkan ossa coxae, tetapi medapat perlawanan dari gaya yang berjalan melalui ramus inferior ossis pubis dan ramus inferior ossis ischii, lengkung gaya ini disebut Arcus ishiopubicus.

PERASAT THOMAS
Gerakan pada articulatio coxae dapat disembunyikan oleh gerak panggul. Misalnya pada appendicitis acuta m.ilipsoas berkontraksi yang menyebabkan antefleksi articulatio coxae dexter, dan jika orang tersebut berbaring maka antefleksi itu menghilang yang disebabkan oleh karena panggulnya berputar ke anterior. Dengan demikian angulus lumbodorsalis mengecil (lordosis lumbalis bertambah melengkung) sehingga di daerah lumbal akan terbentuk suatu celah di antara columna vertebralis dan tempat tidur; tangan dapat dimasukkan di dalam celah tersebut (pada keadaan normal tangan tidak bisa disisipkan di antara pinggang dengan tempat tidur).

GEJALA TRENDELENBURG
Apabila salah satu extremitas diangkat (misalnya yang dexter) maka pelvis di bagian tersebut (dexter) berhasrat akan turun oleh karena tidak ada sandarannya, namun hal itu tidak terjadi. Keadaan tersebut diatasi oleh berkontraksinya m.gluteus medius dan m.gluteus minimus pada pihak lain (pihak sinister). Bila pada suatu keadaan ada gangguan pada m.gluteus medius dan m.gluteus minimus (sinister) maka pelvis orang tadi akan turun dan segera diantisipasi oleh gerakan lateroflexi columna vertebralis ke arah yang sakit sehingga extremitas bagian yang sehat (dexter) tampak seolah-olah lebih panjang, dan orang tersebut akan jalan miring ke arah extremitas yang sakit.

ARCUS PEDIS
            Pedis tidak merupakan suatu bidang datar, melainkan melengkung membentuk suatu arcus dengan titik tumpu di bagian dorsal dan anterior. Arcus tersebut mengarah ke arah longitudinal dan transversal, dan disebut Arcus Pedis Longitudinalis dan Arcus Pedis Transversalis. Arcus pedis transversalis berbentuk setengah arcus dan menjadi arcus penuh apabila kedua pedia diletakkan berdampingan. Titik tumpu di bagian dorsal adalah processus medialis tuberis calcanei dan di bagian aterior dibentuk oleh kedua ossa sesamoidea pada capitulum ossis metatarsalis I serta capituli ossium metatarsalium II – V. Dengan demikian pada bekas tapak kaki pada lantai akan tampak bahwa hanya tumit, daerah capituli ossium metatarsalium, jari-jari dan bagian lateral tapak kaki mengenai lantai. Bagian lateral pedis juga mengenai lantai oleh karena lengkung longitudinalis lateralis letaknya lebih rendah. Bagian medial tapak kaki tidak menyentuh lantai sebab arcus medial letaknya lebih tinggi. Pada Pes Planus sisi medial pedis menyentuh lantai.
Ada tiga factor yan mempengaruhi bentuk arcus pedis, yaitu:
1.    Ligamentum intersegmentalis, memfiksir tulang-tulang yang membentuk arcus pedis.
2.    Ligamentum interpillaris, yang menghubungkan (memfiksir) ujung-ujung arcus pedis
3.    Sengkang (strap) yang berada di bagian inferior dari puncak arcus pedis dan melekat pada bangunan di luar arcus pedis.

Suatu gaya yang menekan arcus pedis akan menghasilkan gaya tangential yang arahnya mendatar pada kedua ujung arcus. Pada gaya tangential yang sama besarnya, maka gaya tangential itu akan lebih besar pada arcus yang rendah daripada yang tinggi. Gaya tangential ini mencoba untuk memperbesar jarak antara kedua ujung arcus, tetapi hal ini dilawan oleh ligamentum intersegmentalis dan ligamentum interpillaris. Ligamentum intersegmentalis dan ligamentum interpillaris yang berada di bagian yan cekung dari arcus (inferior) lebih kuat daripada yang berada di bagian yang cembung (superior).

Arcus Pedis Longitudinalis dibagi menjadi (1) Arcus Pedis Longitudinalis Medialis dan (2) Arcus Pedis Longitudinalis Lateralis.

Arcus Pedis Longitudinalis Medialis
            Dibentuk oleh os calcaneus, os talus, os naviculare, ossa cuneiformia I – III dan ossa metatarsalia I – III (dan phalanges jari I – III). Bagian yang tertinggi (puncak) dari arcus berada pada batas 1/3 bagian dorsal dan 2/3 bagian anterior arcus, yaitu di antara os calcaneus dan os naviculare. Sebagai ligamentum intersegmentalis ialah ligamentum calcaneonaviculare, ligamentum cuneonaviculare dan ligamentum cuneometatarsalia. Bertindak sebagai ligamentum interpillaris adalah aponeurosis plantaris dan m.abductor hallucis dan m.digitorum brevis. Aponeurosis palmaris adalah suatu fascia yang kuat yang terletak pada permukaan tapak kaki menutupi otot-otot pada planta pedis, terbentang diantara calcaneus dan articulatio metatarsophalangealis. Sengkang pada arcus ini adalah tendo m.tibialis posterior, yang berjalan di sebelah profunda ligamentum calcaneonaviculare pada puncak arcus.

Arcus Pedis Longitudinalis Lateralis
Dibentuk oleh os calcaneus, os cuboideum, dan ossa metatarsalia IV – V (dan phalanges jari IV – V). puncak arcus dibentuk oleh os cuboideum dan pada tempat ini berjalan tendo m.peroneus longus. Ligamentum intersegmentalis dibentuk oleh ligamentum plantare longum dan ligamentum calcaneocuboideum plantare. Sebagai ligamentum interpillaris ialah aponeurosis plantaris, m.abductor digiti quinti dan m.flexor digitorum brevis. Sengkangnya adalah tendo m.peroneus longus yang berjalan di bagian inferior puncak arcus, di caudalis os cuboideum.


Arcus Pedis Transversalis
Arcus ini hanya dipertahankan oleh ligamentum intersegmrntalis dan ligamentum interpillaris, sedangkan tidak ada sengkang. Ligamentum intersegmentalis dibentuk oleh ligamentum yang memfiksir os naviculare pedis, os cuboideum, ossa cuneiformia dan basis ossium metatarsalium. Ligamentum interpillaris dibentuk tendo m.tibialis posterior dan m.peroneus longus, dan merupakan faktor yang paling utama untuk mempertahankan arcus pedis transversalis.

SIKAP BADAN
Ada tiga macam Sikap Badan, sebagai berikut:
1.    SIKAP BIASA, pada sikap ini miring panggul adalah 60 derajat dan badan berada dalam keseimbangan labil oleh karena titik berat badan terletak di atas sumbu lintang yang melalui kedua articulatio coxae yang merupakan titik penyokong badan. Titik berat badan dan axis lintang itu terletak dalam satu bidang frontal bersama-sama dengan pertengahan sendi kepala, articulatio humeri, articulatio genu dan articulatio talocruralis. Pada sikap ini tidak ada otot yan bekerja karena badan sudah berada dalam keadaan keseimbangan.
2.    SIKAP ISTIRAHAT, pada sikap ini panggul diputar kedorsal sebanyak kira-kira 25 derajat sehingga ligamentum iliofemorale menjadi tegang. Titik berat badan terletak di sebelah dorsal sumbu lintang pangkal paha. Garis berat badan berjalan di sebelah dorsal articulatio coxae, disebelah anterior articulatio genu dan memotong pedis pada tempat yang tertinggi dari talus. Pada sikap ini juga tidak ada otot yan berkontraksi oleh karena berat badan digantungkan pada ligamentum iliofemorale, jadi ligamentum ini yang menahan berat badan.
3.    SIKAP MILITER, pada sikap ini pelvis diputar ke anterior dan angulus lombosacalis mengecil. Titik berat badan terdapat di sebelah anterior sumbu lintang pangkal paha. Garis berat berjalan di anterior articulatio coxae, articulatio genu dan articulatio talocruralis. Keseimbangan tercapai oleh kontraksi mm.erector trunci, m.gluteus maximus, mm.ischiocrurales, m.gastrocnemius dan m.soleus.


Comments


EmoticonEmoticon